22

14.8K 4K 1.1K
                                    

Donghyun memejamkan matanya. Mulutnya menggumamkan kalimat yang tidak begitu jelas. Sesekali dia bersenandung, namun terdengar seram.

Malam ini, dia sendirian di rumah. Takut? Tentu saja tidak. Dia memilih diam, menunggu semuanya cepat selesai. Lagipula, hidupnya tidak lama lagi.

Iya, Donghyun pasrah. Mau melapor ataupun tidak, tetap saja hidupnya tidak lama lagi. Lebih baik dia diam dan berada di rumah untuk bersembunyi.

Tentu saja, itu yang harus dilakukan oleh seorang buronan, kan?






















































Entah kenapa, malam ini terasa aneh bagi Sihoon. Langit mendung, sekitarnya sepi, dan dia seorang diri di rumah.

Sambil duduk di menghadap jendela, dia memikirkan sesuatu. Sejak tadi tak henti-hentinya dia menatap langit yang tak menunjukkan bintang maupun bulan.

Otaknya berpikir keras. Hyunbin sudah tertipu, begitu pikirnya.

Kenapa? Sebenarnya, dia menguping pembicaraan Hyunbin dengan Seobin kemarin, dimana Seobin memberikan secarik kertas yang berisi nama korban-korbannya.

Semua nama tersebut tidak lah urut. Si pelaku pasti mengubah urutan korbannya, tidak mungkin dia membunuh sesuai urutan. Dengan begitu semuanya bisa dicegah, si pelaku mana mungkin membiarkan itu terjadi.

Apalagi, pelaku tersebut adalah orang yang cukup pintar mengatur strategi. Jadi, tidak mungkin si pelaku akan tertangkap dengan mudah.

"Aduh, kok gue deg-degan begini, ya."

Sihoon mengelus dadanya, entah kenapa jantungnya berdegup kencang. Firasatnya mendadak buruk, seperti akan ada yang terjadi.

Sihoon menyandarkan kepalanya di jendela, matanya menerawang ke luar.

Drrtt drrtt

Ponselnya yang berada di atas kasur tiba-tiba bergetar. Dengan malas Sihoon mengambil dan mengangkatnya tanpa berpindah posisi.

"Halo?"

"Kak Sihoon, ini gue Wonjin. Lo ada dimana sekarang?"

"Di rumah, emang kenapa?"

"Buruan pergi dari situ! Pelakunya mau ke rumah lo, Kak Sihoon!"

"Hah? Mana mungkin sih dia-"





DOR!





PRANG!








"Halo? Kak Sihoon! Lo gak apa-apa, kan? KAK SIHOON!"









Suara Wonjin masih terdengar dari ponsel Sihoon. Dia terus memanggil namanya, dia panik.

Namun, si pemilik ponsel kini tergeletak tak bernyawa di lantai dengan mata terbuka. Setelah ada yang menembak kepalanya dari luar rumahnya.




























































"Habis ini, gue bunuh si time traveller itu ah. Eh, atau Wonjin dulu, ya?

Setelah itu, dia tertawa.






































































Wonjin berlari secepat mungkin menuju rumah Sihoon. Masa bodo dengan Yunseong yang dia tinggal bersama Minhee di tempat persembunyian rahasianya, yang terpenting adalah keselamatan Sihoon.

"Kak Sihoon, gue harap lo selamat," gumam Wonjin mencoba berpikir positif.

Semakin lama dia berlari, dia semakin mendengar suara langkah kaki dari belakang. Temponya sama, seperti berlari mengejarnya.

Wonjin memelankan langkah, lalu berhenti berlari. Dia diam, suara langkah kaki tersebut tiba-tiba menghilang, membuatnya waspada.

Kemudian dia lanjut melangkah, dan kembali mendengar suara langkah kaki dari belakangnya.

Dia semakin waspada dan tanpa sadar kedua tangannya terkepal, bersiap memukul siapa saja yang mengikutinya.

"Ham Wonjin."

Wonjin bergeming. Dia kembali berhenti, tak menjawab sepatah katapun. Dia melirik ke samping, kemudian langsung memukul wajah seseorang hingga jatuh tersungkur ke aspal.

"Lo mau apa dari gue? Jawab!" Seru Wonjin marah.

"Lo apa-apaan nonjok gue, hah?!"

Seketika Wonjin terbelalak. "Kak Yohan?!"

Sambil mengusap pipinya yang terasa ngilu setelah ditonjok Wonjin, Yohan berdiri. Lalu, dia berdecak kesal.

"Masih untung gue ngikutin lo, kalo enggak gue yakin lo tinggal nama doang."

"Maksudnya?"

"Tadi ada orang yang ngikutin lo dari belakang. Gue mau negur, tapi dia keburu kabur," jelas Yohan.

"Lo gak bohong, kan?" Tanya Wonjin curiga. "Sorry aja nih, gue bukan tipe orang yang gampang percaya sama orang yang gak deket sama gue."

"Gue serius anjing, percaya sama gue napa sih."

"Dih ngegas," cibir Wonjin. "Terus, sekarang lo ngapain masih disini?"

"Gue mau ke rumah Sihoon, mau ngerjain pr bareng. Lo sendiri ngapain sendirian malem-malem begini?" Yohan balas bertanya.

"Gue mau ke rumah Kak Sihoon, ada urusan penting," jawab Wonjin seraya melangkahkan kakinya.

"Gue bareng, boleh gak?"

Wonjin tak menjawab. Dia agak curiga sama kakak kelasnya yang satu ini. Dia tidak ada maksud tertentu, kan?

"Gue tau lo curiga sama gue, tapi gue gak peduli. Gue mau ke rumah Sihoon, demi pr."

Wonjin masih tak menjawab. Kecurigaannya semakin kuat setelah Yohan mengatakan hal tersebut. Ada satu hal yang mengganjal.

Yohan kan benci sama Sihoon?

"Hehe, jadi bener ya lo curiga sama gue? Hehehe, gak usah takut kali. Hehe."


|2| Laboratorium | Produce X 101 ✓Where stories live. Discover now