29

15K 3.9K 682
                                    

Bukan tanpa alasan Wonjin mengalahkan segala ketakutannya untuk bertemu si pelaku. Wonjin mau semuanya selesai. Dia target utama, seharusnya dia yang menjadi korban, bukan teman-temannya.

Malam ini, dia memberanikan diri datang ke sekolah sendirian. Tentunya setelah kabur diam-diam dan pulang ke rumah untuk mempersiapkan diri.

Berbekal sebuah ponsel dan pisau lipat di saku jaketnya, dia menuju gerbang sekolah yang tertutup rapat.

Disana tidak ada satpam maupun polisi yang berjaga, itu hal bagus karena dirinya bisa masuk ke dalam dengan mudah.

Tapi, gerbangnya digembok.

"Gue harus manjat, gitu?" Dia mendongak menatap gerbang yang menjulang tinggi di depannya.

Saat sedang berpikir, Wonjin merasakan hawa dingin dari sebelah kanan dan kirinya. Saat menoleh, dia tidak melihat siapa-siapa.

Menyadari apa yang terjadi dengan dirinya, dia hanya tersenyum.

"Siapapun kalian, gue minta maaf karena gue gak bisa liat kalian. Gue gak tau sampe kapan mantra aneh dari setan itu bakal bertahan."

Setelah itu, Wonjin mulai memanjat dengan hati-hati agar tidak terjatuh. Tangan dan kakinya bergerak lincah naik ke atas.

Dua orang yang tidak bisa Wonjin lihat memegang gerbang agar tidak goyang. Hal itu mempermudah Wonjin untuk memanjat sampai ke atas.

"Kak Wonjin, semoga pilihan yang lo ambil adalah pilihan terbaik buat lo."

Wonjin mematung.

Suara itu, suaranya Hyungjun, kan?

"Iya kak, ini gue. Ada Eunsang juga, hehe. Kita bantu Kakak gak apa-apa, kan?"

"I-ini lo, Njun? Adek gue?"

Senyumnya merekah, dia tak menyangka akan mendengar suara adiknya lagi.

Masih di atas sana, Wonjin semakin bersemangat untuk masuk ke dalam. Kakinya bergerak lincah melewati ujung gerbang yang tajam.

Sekarang saatnya turun, dia semakin tidak sabar.

Kakinya dengan cepat menginjak besi di bawahnya. Tapi sayang, besi yang dia injak tiba-tiba patah, membuatnya langsung jatuh ke bawah.

"Kak Wonjin!"

Wonjin mengerang sambil meringis sembari memegang kakinya, sepertinya terkilir.

"Gimana rasanya, enak gak?"

Melihat kaki seseorang melangkah dan berhenti di depannya, dia mendongak. Dia terkejut dan segera berdiri.

"Sekarang, saatnya lo ketemu lagi sama dia, Kak Wonjin."

Kedua mata Wonjin membulat. Ketika dia hendak berteriak, mulutnya lebih dulu dibekap dari belakang, lalu diseret ke dalam sekolah.














































Dan Yohan menyaksikan semua itu dari rooftop, tanpa berniat menolongnya.








































Hangyul geleng-geleng kepala sambil melihat pesan yang baru saja masuk dari wanita pujaan hatinya.

"Gue suka sih, tapi sayangnya dari gaya chat lo aja gue tau gimana sifat asli lo."

Dengan santainya Hangyul mengetik 'maaf ya, gue nembak lo tadi cuma prank doang.'

Hangyul terkekeh seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

Namun dia teringat sesuatu, dia mengeluarkan ponselnya kembali lalu mencari kontak seseorang, kemudian menghubunginya.

"Gimana? Udah lengkap?"

"Lengkap, lo bisa dateng kesini sekarang."

"Oke, gue tutup dulu."

Setelah mengakhiri panggilan secara sepihak, Hangyul melangkahkan kakinya, berjalan menyusuri jalan untuk pergi ke tempat tujuannya.

Tapi, matanya tak sengaja melihat seseorang berlari di kejauhan. Dari warna rambutnya yang blonde, dia jelas tahu siapa orang itu.

"Minhee? Dia masih hidup?"

Dari jauh, Minhee yang merasa dirinya diperhatikan berhenti berlari dan menoleh ke belakang.

"Itu Kak Hangyul bukan sih?"

Minhee menyipitkan matanya untuk memastikan kalau yang dia lihat itu Hangyul atau bukan.

Tapi melihat orang tersebut melambaikan tangannya, dia yakin kalau dia benar-benar Hangyul.

"Minhee, lo mau kemana?!"

Apakah Minhee harus menjawab dan menghampirinya?

Minhee hanya takut kalau Hangyul pelakunya. Dia tidak percaya siapa-siapa lagi selain Wonjin dan Yunseong.

"Minhee!"

Minhee masih diam tak menjawab. Bibirnya terkatup rapat, dia bimbang.

Setelah diam sedikit lama, dia melihat ada pergerakan dari belakang Hangyul.

Semakin lama semakin jelas kalau itu adalah orang.

Seketika Minhee terkejut ketika melihat siapa orang yang berdiri di belakang Hangyul.

Kim Minkyu, dengan sebuah balok kayu yang diangkat tinggi, hendak memukul Hangyul.

"KAK HANGYUL AWAS!"























Aku update lagi tanggal 27 ya :")

Aku mau hiatus dulu, byeee.

|2| Laboratorium | Produce X 101 ✓Where stories live. Discover now