3. Waktu

64.7K 5.5K 912
                                    

Warning! Typo bertebaran!

☃☃☃

Note : kalimat tebal miring dgn tanda kutip adalah bagian dari suara Maura.

Song : Monday Kiz ft. Punch - Another Day

☃☃☃

Saat ini Maura tengah berada di Thames River. Duduk di tepian sungai dengan air yang beriak tenang dengan buku diary biru di pangkuannya. Memandang hamparan sungai yang luas serta bangunan-bangunan kuno di depannya.

Maura membolos. Gadis itu tidak menghadiri kelas dan memilih kemari untuk sekedar menjernihkan pikirannya. Tentu saja tanpa sepengetahuan ketiga temannya. Maura hanya tidak ingin Alvarel tahu dan marah besar karena ia melanggar janjinya.

Entah apa yang membuat dirinya menyukai tempat ini. Maura hanya merasa terikat meskipun tidak ada hubungannya dengan masa lalunya.

Merasa seperti... Tempat ini akan memberikannya sesuatu yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Pandangannya lalu turun menatap buku diary miliknya. Tangan kanannya kembali bergerak menuliskan beberapa kalimat di sana.

Meskipun ragaku berkata baik-baik saja, namun hati berkata lain.
Fikiranku mengatakan aku harus melupakan semuanya dan berbahagia.
Tetapi hati ini tak pernah menyetujuinya.

Mereka tak sejalan...

Dan kamu nggak bisa maksa aku untuk bahagia, Ar. Karena hidup di antara tekanan itu membuatku selalu bersedih dan berjalan tidak semestinya.

Maura berhenti dan menarik napas dalam-dalam kemudian memejamkan matanya, merasai hembusan angin yang menerpanya lembut.

"Waktu berlalu begitu cepat..."

Jakarta.

Fiona tak mengerti bagaimana lagi untuk meyakinkan Bayu jika dirinya baik-baik saja. Terhitung sudah berapa kali cowok itu bertanya tentang keadaannya sejak ia terpeleset di lantai yang licin saat ia hendak menyiapkan sarapan. Fiona mengerti bahwa Bayu mengkhawatirkannya namun jika cowok itu terus bertanya, bisa-bisa akan ada perdebatan lagi di rumah mereka.

"Kamu beneran gapapa?" tanya Bayu sekali lagi. Cowok itu sudah rapih dengan setelan jasnya dan bersiap untuk ke kantor. Hari ini Bayu tidak masuk kuliah karena ada meeting penting di kantor, menggantikan ayahnya yang pergi ke Jerman untuk persetujuan kontrak kerjasama dengan perusahaan ternama di sana.

"Aku gapapa, be" jawab Fiona lembut. Kedua tangannya terangkat merapihkan dasi Bayu yang telah berstatus sebagai suaminya selama dua tahun ini. Lelaki di hadapannya ini memang menepati janjinya jika dia akan menikahinya setelah ia lulus SMA.

Fiona bersyukur ia memiliki Bayu. Dua tahun tak mudah untuk menghadapi rintangan dan masalah yang datang silih berganti menguji rumah tangga mereka. Salah satu contohnya adalah mereka yang sampai saat ini belum memiliki momongan meskipun sudah menginjak usia dua tahun pernikahan mereka.

Tentu sulit bagi mereka berdua. Namun mereka harus saling menguatkan satu sama lain. Bergandengan tangan dan saling mengisi kekosongan masing-masing. Hal itu sudah cukup bagi Fiona setelah ia menjadi istri Bayu Anggara.

Bayu menatap wajah Fiona lekat. Cowok itu tersenyum lembut lalu mengecup kening Fiona setelah gadis itu selesai merapihkan dasinya.

"Thank you my wife" ujar Bayu, Fiona tersenyum lembut.

"Dan tanpa kita sadari..."

"Gih berangkat, nanti kamu telat" kata Fiona mengingatkan. Bayu mengangguk, cowok itu memeluk Fiona sejenak. Rutinitas yang selalu ia lakukan setiap hari sebelum pergi.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now