24. - Blood and Tears (READ NOTE)

59.5K 5.5K 1.4K
                                    

"Perpisahan selalu meninggalkan luka"

Maura Carissa Wijaya.

☃☃☃

"Gue tau lo benci sama gue, Ben" lanjut Maura pelan. Dan itu membuat Ben menyorotnya dalam.

Ben pun mengangguk. "Lo bener, gue emang benci sama lo"

Maura terdiam, gadis itu mengatupkan bibirnya setelah mendengar penuturan Ben padanya. Maura sudah sering rasanya di benci oleh orang-orang di sekitarnya dulu. Bagaimana dulunya ia di siksa begitu keji oleh Samuel, Fiona yang selalu membully-nya dan membakar jaket pemberian Ivanka, Aretha dan geng Fiona yang menyiksanya di gudang sekolah, lalu Kinara yang nyaris saja memecahkan kepalanya jika Arkan tidak datang menyelamatkannya.

Semuanya Maura alami. Siksaan, hinaan dan ujaran keencian yang dilayangkan padanya. Maura menerima itu semua dengan ikhlas. Namun berbeda saat Ben mengatakan kalimat kebencian padanya, entah kenapa hati Maura terasa berdenyut.

"Kenapa?" tanya Maura dengan nada yang bergetar.

"Karena lo hidup di atas kematian Ken"

Jawaban Ben membuat Maura seperti merasakan ribuan tikaman di sekujur tubuhnya. Air mata Maura menetes membasahi pipi kanannya. Jika ia bisa memilih, ia tak ingin Ken menjadi pendonornya.

"Ben, gue juga gak mau ini terjadi-"

"Gue tau" potong Ben. "Tapi semuanya udah terlanjur, Ra"

Maura tertunduk, merenung sejenak. Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Kenapa sesulit ini jalan hidupnya? Maura tak pernah mengerti apa rencana Tuhan, kenapa harus ada perpisahan setelah pertemuan? Kenapa Ken pergi secepat ini setelah pertemuan mereka yang mengesankan?

"Gue ngerasa marah waktu tau Ken donorin matanya tanpa sepengetahuan gue, mereka semua rahasiain itu dari gue. Gue gak di kasih tau siapa penerimanya"

"Gue mencoba untuk cari tau sendiri, sampe akhirnya gue tau kalo Om Edgar dalang dari semua ini"

Maura terkejut. "Om Edgar?" Ben mengangguk.

"Om Edgar yang rencanain semua ini, tentang operasi donor mata Ken ke elo, dan soal kematian Arkan, dia yang atur semua. Reyhan juga ikut turun tangan nyembunyiin Arkan dan buat lo makin terpuruk dan merasa bersalah"

"T-tapi kenapa? Terus hubungannya sama lo yang benci gue?"

Ben menghela napas panjangnya lagi. "Seperti yang gue bilang, dokter dan Om Edgar merahasiakan hal itu dari gue, gue sama sekali gak di kasih tau soal Ken yang jadi pendonor. Gue pikir, mungkin lo juga tau soal ini karena lo si penerimanya"

Maura menggeleng menampik ucapan Ben.

"Setelah kejadian itu, gue coba cari tau keberadaan lo, sampai akhirnya gue dapet info kalo lo tinggal di London"

"Jadi tujuan lo ke sini ...." Maura menggantungkan ucapannya.

Ben mengangguk singkat. "Gue berniat bales dendam ke elo" ujarnya.

"Ben ..." lirih Maura.

"Ken punya sifat yang dewasa, meskipun dia lebih muda setahun dari gue, sikap dia itu kayak sosok seorang kakak buat gue. Dia selalu bantu gue mecahin masalah, selalu ada saat gue butuh dia dan kata-kata semangat dia buat gue termotivasi"

"Ben ..." gumam Maura sendu. Gadis itu juga merasakan kesedihan yang mendalam atas kepergian Ken. Benar perkataan Ben, Ken memiliki sifat yang dewasa dan bertanggung jawab, meskipun hanya sesaat mengenal cowok itu, tapi Maura bisa menilai bagaimana baiknya Ken saat itu.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon