21. - Bubur

58K 5.8K 2.6K
                                    

Warning! Typo Bertebaran!

☃☃☃

Maura kembali ke ruangan. Di lihatnya Arkan yang kembali memejamkan matanya, gadis itu tersenyum tipis. Baru saja Arkan bangun dari tidur panjangnya tetapi cowok itu malah kembali tertidur, Maura bahkan belum sempat menanyakan keadaannya saat ini pasca sadarnya Arkan dari komanya.

Maura mendudukkan dirinya di kursi lipat samping ranjang, menggenggam tangan Arkan dan membelai rahang cowok itu lembut. Bibirnya semakin melengkung ke atas melihat tak ada lagi selang yang selalu terpasang di mulut Arkan untuk jalur makanannya, dan besok Arkan akan di pindahkan ke ruang inap.

Rasa senang menyelimuti Maura mengenai kabar baik ini, kemajuan Arkan sangat pesat dan Maura sangat bersyukur soal ini. Namun tak ayal dengan perasaan sedih yang menyerang hatinya mengetahui Arkan tak mengingatnya.

Tapi tak mengapa. Bagi Maura, melihat Arkan membuka matanya saja ia sudah sangat bersyukur. Maura akan membantu Arkan mengingatnya perlahan-lahan.

Jika dulu Arkan berjuang untuk mendapatkan cintanya, kini giliran Maura yang berjuang untuk membuat Arkan mengingatnya dan semua kenangan mereka kembali, tak masalah jika ia harus melewati ribuan rasa sakit itu. Karena ia tahu, Tuhan hanya ingin menguji kekuatan cinta mereka.

"I always love you, Ar,"ujar Maura sembari tersenyum lembut. Gadis itu lalu bangkit mengecup kening dan pipi Arkan lembut.

"Good night my cold prince," ujar Maura, terakhir mengecup punggung tangan Arkan. Menatap wajah Arkan sekali lagi sebelum merebahkan kepalanya di pinggiran ranjang dan ikut memejamkan matanya di antara genggaman tangan mereka.

Setelah di rasa tak ada pergerakan dari Maura, Arkan pun membuka matanya menatap wajah Maura yang terlelap. Memperhatikan raut kelelahan di balik wajah cantik gadis itu. Pandangannya beralih menatap tangannya yang di genggam erat oleh kedua tangan Maura yang terasa hangat. Arkan membiarkannya karena tak ingin mengganggu tidur gadis itu.

Seperti yang sempat Kevin ceritakan padanya tadi, sepertinya gadis itu memang selalu menjaganya sepanjang waktu. Terlihat jelas wajah pucat dengan lingkar mata hitam di bawah matanya. Seperti panda.

Dan Arkan tak mengerti, kenapa hanya dengan melihat gadis itu saja jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya. Arkan tak percaya ketika teman-temannya mengatakan jika gadis itu adalah kekasihnya karena Arkan sendiri benar-benar tak mengenalinya.

Tetapi suara gadis itu terasa sangat familiar di telinganya.

'Who are you?' gumam Arkan dalam hati. Memandang wajah Maura sekali lagi sebelum kembali memejamkan matanya dan terlelap dalam mimpi.

☃☃☃

Pagi sekali Reyhan sudah berdiri di depan bangunan sederhana di hadapannya. Reyhan melirik lembaran kertas yang berisi alamat rumah lalu kembali beralih menatap bangunan di depannya.

Reyhan menghela napas sebelum melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah tersebut. Langkahnya terhenti ketika ia melihat seseorang laki-laki keluar dari sana.

"Ben" panggil Reyhan, membuat siempunya nama pun menoleh ke arahnya. Raut wajahnya yang datar pun seketika berubah dingin melihat keberadaan Reyhan di sana. Ben pun melangkah menghampiri Reyhan.

"Ngapain lo di sini?" tanya Ben dengan nada suaranya yang kelewat dingin, menyorot Reyhan benci.

"Gue ,,, mau ketemu adek gue"

"Adek lo di rumah sakit, bukan di sini" balas Ben.

Reyhan menggeleng. "Angel. Gue mau ketemu Angel"

"Dia bukan adek lo!"

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now