40. - Perpisahan (ENDING)

54.2K 4.8K 6.6K
                                    

Warning! Typo bertebaran!

Awas mewek!!:v

.
.
.

☃☃☃

"Kau dan aku telah menjadi air mata satu sama lain, dan hubungan ini adalah sebuah kesalahan takdir"

A.M

☃☃☃

Maura terbangun ketika tidurnya terusik akibat sebuah cahaya menerobos masuk ke retina matanya. Di lihatnya Adara yang tengah menyibakkan gordyn hingga cahaya matahari sepenuhnya masuk ke dalam kamarnya.

Tangan kanannya terangkat meraba handuk kecil yang menempel di keningnya. Maura hendak bangkit dari rebahannya namun tangan kirinya tertahan seakan seperti ada yang menahannya. Maura menoleh ke samping mendapati Arkan yang tertidur dengan posisi duduk dilantai dan kepala yang diletakkan ditepi ranjang dengan tangan kiri sebagai bantalan, sementara tangan kanannya menggenggam tangan kirinya erat.

Benar-benar erat hingga Maura merasakan kebas ditangannya karena cowok itu mengunci pergerakannya.

Maura merasa bingung karena tiba-tiba ia berada disini. Padahal seingatnya setelah pertengkaran Arkan dengannya kemarin Maura memasuki kamar dan terduduk menangis di sisi pintu kamar.

"Dia yang mindahin lo, dia juga yang jagain lo semaleman sampe gak tidur gara-gara lo demam" jelas Adara yang menangkap kebingungan Maura.

"Kok dia bisa masuk?"

"Tuh!" Adara menunjuk pintu kamarnya yang rusak sebagian karena ulah Arkan. "Saking khawatirnya sama lo, dia sampe rusakin pintu" lanjutnya.

Alvarel bahkan sempat marah karena perbuatan Arkan, namun pria itu mengerti setelah melihat raut kekhawatiran Arkan yang tak sadarkan diri. Padahal cowok itu bisa saja meminta kunci duplikat, tetapi Arkan langsung mendobrak pintu begitu saja.

Maura hendak membangunkan Arkan namun suara Adara menghentikannya.

"Jangan dibangunin, dia baru aja tidur"

Maura hanya diam menatap Adara dengan tatapan bingungnya. Jika Arkan baru saja tertidur bukankah cowok itu bisa terbangun karena cahaya masuk, atau suara dan pergerakan kecil dari Adara dan dirinya. Arkan terbilang sangat sensitif dengan sesuatu dan tentu dia akan terbangun jika merasa atau mendengar hal kecil.

"Gue campurin obat tidur ke minumannya tadi" jelas Adara yang menangkap kebingungan Maura terhadap Arkan yang tertidur namun terlihat seperti tak sadarkan diri.

Maura membelalakkan matanya. "Gila lo ya! Lo mau racunin Arkan?!"

"Nggak kok, tenang aja, gue ngasih sesuai takaran aman" ujar Adara santai.

"Dari pada lo ngasih dia obat tidur, kenapa gak lo suruh dia pulang aja?!"

Adara menghela napasnya. "Ra, gue sama Al udah nyuruh dia pulang, tapi dia tetep kekeh jagain lo. Dan kenapa gue ngasih dia obat tidur, karena dari semalem dia gak tidur jagain lo. Jadi terpaksa gue lakuin itu, dari pada dia ikut sakit"

Maura terdiam menatap Arkan yang terlelap damai disampingnya. Di usapnya kepala Arkan lembut menandakan raut kekhawatirannya karena posisi tidur cowok itu terbilang sangat tak nyaman. Leher dan tangan Arkan bisa sakit jika posisinya tidak dibenarkan.

"Tapi nanti lehernya sakit kalo begini terus"

Adara mendekat meraih handuk kecil Maura dan meletakkannya ke dalam baskom yang terletak diatas meja samping ranjang. Menempelkan punggung tangannya di kening Maura mengecek suhu tubuh gadis itu. Merasa tubuh Maura sudah tak sepanas seperti semalam, sepertinya keadaan gadis itu sudah mulai membaik.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now