12. - Pertanda

54.1K 4.7K 2.5K
                                    

"Cinta pertama akan selalu ada di hati, Ra. Meskipun lo berusaha untuk melupakan, dia gak akan pernah hilang"

Calista Krysilla S.

☃☃☃

"Arkan?"

Semuanya memandang Ben dengan tatapan tak percaya, Kevin hendak membuka mulutnya kembali namun terputuskan oleh perkataan Maura.

"Bukan, Vin. Ini Ben, bukan Arkan" jelas Maura. Kevin yang masih tak percaya pun melangkah maju mendekati Ben. Meneliti cowok itu, setelahnya Kevin pun akhirnya melangkah mundur.

"Bukan ternyata" kata Kevin, cowok itu kemudian terkekeh pelan. "Lagian mana mungkin orang yang udah meninggal bisa hidup lagi" tuturnya, membuat yang lainnya tertunduk sedih mengingat Arkan.

Maura terdiam, gadis itu lalu menoleh menatap Ben sendu. Ben yang merasa risih di tatap seperti itu pun memalingkan wajahnya dan berlalu pergi. dari tempatnya, Qiana menatap kepergian Ben.

Tak ingin membuat suasana semakin sedih Alvarel menyuruh mereka masuk dan beristirahat sementara dirinya pergi untuk urusan pekerjaan. Akhirnya satu persatu mereka melangkah masuk ke dalam hotel.

Calista yang masih belum puas melepas rindu dengan Maura menghampiri gadis itu. "Ra, jalan-jalan bentar yuk!" ajak Calista.

"Emang lo gak capek?" tanya Maura, Calista menggeleng dan memeluknya.

"Masih pengin kangen-kangenan sama lo" ujar Calista membuat Maura terkekeh di buatnya.

"Yaudah yuk" Maura melepas pelukan mereka lalu melangkah mendekati Rafa dan Qiana yang masih berdiri di tempatnya.

"Qi" panggil Maura membuat Qiana mengalihkan pandangannya menatap gadis itu lalu tersenyum.

"Hai, Ra"

"Hai. Lo apa kabar?" tanya Maura.

"Baik"

Maura mengusap tengkuknya, merasa suasananya berubah canggung. "Hmm... Gimana kabar bun--err,,, tante Clara sama om Edgar?" tanya Maura lagi. Maura yang niatnya ingin menyebut Clara bunda dan Edgar ayah pun urung, menyadari kesalahannya di masa lalu pada keluarga itu.

"Mereka baik kok, Ra"

Maura menghela napanya. Ada perasaan lega di hati Maura setelah mendengar kabar bahwa Clara dan Edgar baik-baik saja. Qiana pun turut memperhatikannya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

"Oh iya, gue sama Tata mau jalan-jalan di sekitaran pantai. Kalian mau ikut gak?" tawar Maura pada Qiana dan Rafa.

"Boleh" jawab Rafa membuat Calista yang mendengarnya pun mendengus. Gadis itu lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Maura.

"Gue kan penginnya berdua aja sama lo, kenapa malah ngajak tikus tanah sih?" bisiknya yang masih bisa di dengar oleh Rafa.

"Gue denger loh, Ta" ujar Rafa.

"Ta. Gak baik ngatain orang, lo ngatain dia sama aja lo ngatain diri lo sendiri" tegur Maura membuat Calista memanyunkan bibirnya lucu.

"Gue kayaknya nggak ikut deh, badan gue pegel-pegel. Sorry ya, Ra" tolak Qiana secara halus. Maura tersenyum memaklumi.

"Gapapa kok, lo istirahat aja"

Rafa mengusap kepala Qiana lembut. "Istirahat ya" Qiana mengangguk.

"Gue duluan ya" pamit Qiana lalu menyeret kopernya dan melangkah masuk ke dalam hotel.

☃☃☃

Dan di sinilah Maura sekarang, berjalan bersama Calista dan Rafa di sekitar bibir pantai untuk melepas kerinduan dan mengulang kebersamaan mereka seperti dulu. Sesekali Calista bertindak jahil dengan mencipratkan air ke arah Maura dengan kakinya dan berakhir dengan Rafa yang menegurnya untuk tidak melakukan hal itu pada Maura. Maura yang melihat keributan mereka hanya bisa tertawa geli.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now