6. Ingin bahagia

59.6K 5.6K 1.6K
                                    

Warning! Typo Bertebaran!

Jangan lupa Like & Comment guys! Terima kasih🙏❤

☃☃☃


Alvarel melangkah memasuki kamar Maura dengan membawa nampan yang berisi semangkuk bubur, segelas air putih dan obat di tangannya.

Karena kelelahan akibat menangis terlalu lama Maura langsung tak sadarkan diri di pelukan Alvarel. Pria itu langsung menghubungi dokter saat di lihat wajah pucat sang adik.

Alvarel meletakkan nampannya di atas meja samping ranjang Maura lalu duduk di pinggirnya.

Di genggamnya tangan kiri Maura yang terasa hangat dan basah karena keringat. Alvarel bisa menebak jika gadis itu tengah bermimpi buruk lagi. Terlihat dari gurat kesedihan di wajah gadis itu membuat Alvarel semakin khawatir dengan kondisi Maura.

"Maura mengalami depresi, terus ajak dia berbicara jika kedapatan melamun. Usahakan untuk tidak membuatnya stress karena itu akan memicu gangguan mentalnya jika di biarkan"

Alvarel mengusap air mata yang jatuh dari sudut mata Maura yang masih terpejam.

"Arkan..." racau Maura dalam tidurnya. Alvarel menatap Maura ngilu.

"Andai waktu bisa di putar kembali, Ra. Biar kakak yang memilih pergi dari pada harus liat kamu kayak gini" katanya pelan.

Air mata Alvarel menetes menatap sang adik pilu. Bagaimana tersiksanya ia melihat Maura seperti ini. Bukan hanya Maura yang merasa bersalah, ia pun juga demikian.

"Apa yang harus kakak lakuin agar kamu kembali ceria seperti dulu, Ra?" sambungnya.

Perlahan kedua mata Maura nan sayu itu terbuka. "Kak Al..."

Alvarel cepat menghapus air matanya lalu tersenyum menatap Maura.

"Udah bangun?"

"Kakak kenapa nangis?" tanya Maura lemah. Merasa bersalah melihat kakaknya itu menangis. Ini pasti karenanya, ini pasti karena ulahnya, pikir Maura.

Alvarel menggeleng singkat. "Gapapa. Kamu belum makan kan? Kakak udah buatin kamu bubur"

Maura menahan tangan Alvarel yang hendak meraih nampan. Gadis itu bangkit dari rebahannya, di bantu Alvarel.

"Maafin Rara ya ka"

"Maaf untuk?"

"Maafin Rara karena selalu terlihat lemah di depan kalian dan selalu ngebebanin kalian. Rara juga ingin bahagia kak, tapi Rara nggak bisa lakuin itu..."

Maura menitihkan air matanya menatap Alvarel.

"Semakin Rara berusaha terlihat bahagia, rasa bersalah ini semakin menguat kak... hati Rara hancur..."

Maura pun menunduk terisak. "Maafin Rara..."

Alvarel terenyuh mendengarnya. Pria itu menatap sang adik prihatin.

"Rara gak salah, semuanya udah takdir dan kakak gak pernah merasa terbebani karena kamu" Alvarel mencoba tersenyum meskipun dirinya ingin menangis. Alvarel merasa lemah jika melihat Maura menangis di depannya seperti ini.

Alvarel menghapus air mata Maura dengan satu ibu jarinya.

"Jangan keseringan nangis, gak baik buat kesehatan kamu. Kakak gak suka liat kamu nangis, itu buat kakak lemah"

Maura mengangguk kecil dan sedikit menarik sudut bibirnya ke atas, berusaha tersenyum. Bagaimanapun ia tak ingin membuat Alvarel ikut bersedih karena dirinya.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now