24. - Maaf

711 25 0
                                    

☃☃☃

Alvarel meletakkan nampan berisi makanan dan segelas susu di atas meja, lalu menatap Maura yang terbaring membelakanginya dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya sembari memeluk boneka hingga menutupi seluruh wajahnya itu.

Alvarel tahu Maura tengah menangis, namun gadis itu tak menunjukkannya. Alvarel tidak tahu apa penyebabnya sehingga Maura menutup diri selama tiga hari ini. Maura tak pernah mau keluar dari kamarnya kecuali pada waktu pagi buta, gadis itu keluar membuatkan bubur untuk Arkan. Maura juga tidak lagi pergi ke rumah sakit menjenguk Arkan seperti biasanya, gadis itu hanya meletakkan bekal berisi bubur di atas meja makan dengan secarik surat yang berisi, "For Arkan."

Saat di tanya kenapa Maura tak mengunjungi Arkan seperti biasanya, gadis itu selalu menjawab jika dia sedang tak ingin kemanapun.

Alvarel jadi khawatir. Pria itu sempat syok beberapa hari lalu ketika Joe membawa Maura pulang dalam keadaan tak sadarkan diri. Alvarel sempat marah pada Joe karena menduga jika Joe sudah melakukan sesuatu pada Maura, namun Joe menjelaskan jika dia juga tak tahu penyebabnya karena cowok itu menemukan Maura di trotoar jalan Thames River dalam keadaan kacau.

Maura benar-benar terlihat depresi saat itu. Saat sadar, gadis itu sempat memecahkan kaca hingga melukai tangannya sendiri sembari meracau jika dia tidak seharusnya hidup di atas kematian orang lain, seharusnya dia tidak hidup dan membawa kesialan untuk orang lain.

Sejak kejadian itu Maura semakin pendiam dan mengurung diri di kamar. Dan Maura semakin terlihat kacau setelah melihat postingan Instagram Arkan semalam.

"Ra—"

"Rara mau sendiri, Kak" potong Maura, membuat Alvarel pun menghela napas panjangnya.

"Kakak bawain makanan buat kamu"

"Rara gak laper"

"Ra, kamu belum makan dari kemarin"

"Rara gak laper ..."

"Makan, Ra. Kakak gak mau kamu sakit"

"Leave me alone, please ...." pinta Maura yang masih dalam posisinya.

"Ra—"

"Don't! Go away ... Please ...." potong Maura ketika Alvarel melangkah mendekati ranjang, membuat pria itu lantas menghentikan langkahya.

Alvarel menghela napas panjang. "Okay, but don't forget to eat and take your medicine" ujarnya. Maura pun hanya membalasnya dengan dehaman.

Alvarel memperhatikan Maura sekali lagi sebelum pria itu berbalik dan melangkah keluar kamar.

Sepeninggal Alvarel, Maura menarik wajahnya dan menatap pergelangan tangan kanannya yang di perban. Masih ada rasa sakit di tangannya pasca insiden beberapa hari lalu yang sempat melukai dirinya sendiri.

Mata bengkak dengan lingkaran hitam di sekitar mata, hidung merah, kulit wajah serta bibirnya yang benar-benar pucat membuat orang-orang yang melihatnya pasti merasa iba. Siapapun yang melihat wajah Maura saat ini mungkin mereka akan merasakan ngilu di hatinya.

Bagaimana wajah itu yang biasanya memancarkan warna kini berubah redup, seolah-olah tak ada kehidupan dari wajahnya saat ini. Mata bengkak dengan lingkar hitam di sekitarnya, hidung merah, kulit wajah serta bibirnya yang benar-benar pucat membuat orang-orang yang melihatnya pasti akan merasa iba.

Air matanya lalu menetes ketika kalimat yang di ucapkan Ben beberapa hari lalu kembali terngiang di kepalanya, lalu berlanjut pada perkataan Samuel dan Arkan pada saat dulu. Samuel yang menyebutnya anak sial, lalu Arkan yang pada saat itu menjauhinya hanya karena dirinya pembawa masalah.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now