19. - All of my life [READ NOTE]

55K 5.8K 5.5K
                                    

"Because all of my life, you are my everything"

"Karena seluruh hidupku, kau adalah segalanya bagiku"

Maura Carissa W.

☃☃☃

"Maura!"

Maura menoleh ke arah sumber suara ketika gadis itu baru saja keluar dari ruang ICU. Belva berlari kecil menghampiri Maura dengan kerutan samar di keningnya. Belva memeluk Maura sejenak lalu memegang kedua pundak gadis itu yang terasa rapuh.

"Are you okay?" tanya Belva, khawatir dengan keadaan Maura setelah mendengar fakta bahwa Arkan masih hidup dan dalam keadaan koma. Belva tahu Maura sangat terpukul, namun gadis itu berusaha menyembunyikannya karena tak ingin melihat orang-orang di sekitarnya khawatir. Tidak tahu bagaimana isi hati dan pikirannya saat ini.

"Baik kok, Bel" jawab Maura dengan senyuman, namun berbanding terbalik dengan wajahnya yang nampak kacau juga kedua matanya yang nampak memerah berkaca-kaca.

Belva kembali memeluk Maura untuk sekedar memberi sahabatnya itu kekuatan. Belva bersyukur setelah mendapat telfon dari Adara jika Maura berada di rumah sakit yang sama dengannya karena sudah mengetahui keberadaan Arkan, padahal ia baru saja ingin menelfon Maura untuk memberitahu keberadaan Arkan hari itu. Namun ia mendapat telfon dari ibunya jika ayahnya tengah kritis, dan itu membuat Belva mengurungkan niatnya dan memilih pergi untuk melihat ayahnya.

Belva menguraikan pelukannya dan mengusap air mata Maura yang jatuh membasahi kedua pipi gadis itu.

"Don't be sad, Ra. Sekarang yang harus lo lakuin tetap berada di samping Arkan, kasih dia kekuatan. Arkan lebih butuh itu dari pada tangisan lo" ujar Belva menyemangati. Belva tersenyum dengan anggukan kecil Maura.

"Gimana kabar Ayah lo?" tanya Maura, Belva tersenyum hangat. Di tengah situasi yang menimpa Maura, gadis itu masih bertanya kabar ayahnya.

"Ayah gue udah lewatin masa kritisnya kok"

"Syukurlah, gue boleh jenguk Ayah lo?" tanya Maura. Belva pun tersenyum lalu mengangguk.

"Of course. Oh ya, lo udah makan belum?" tanya Belva, Maura menggeleng.

"Makan dulu ya, tenaga lo harus di isi"

Maura menggeleng. "Gue gak laper, Bel. Lagian gue masih pengin nemenin Arkan"

"Jangan gitu dong, Ra. Lo juga butuh tenaga, kalo lo sakit siapa yang jagain dan support Arkan?"

Maura termenung.

"Makan dulu ya, janji deh gue bakal traktir es krim kesukaan lo" mendengar itu Maura pun tersenyum.

"Thanks ya, Bel" ujarnya lembut.

Belva mengangguk. "Yaudah yuk!" Belva pun menggandeng lengan kanan Maura dan pergi dari sana.

☃☃☃

Reyhan duduk di bangku panjang rooftop rumah sakit dengan kepala menengadah menatap langit yang nampak gelap, menandakan akan berganti malam. Cowok itu sudah berada di sana sejak satu setengah jam yang lalu.

Reyhan sesekali menghela napas panjang seolah mengeluarkan beban yang di pikulnya saat ini. Tadi Reyhan sempat melihat Bayu, Kevin dan Valdo di koridor, namun ketiga cowok itu hanya membuang muka dan melewatinya begitu saja seolah mereka benar-benar menghapus hubungan pertemanan mereka dengannya.

Reyhan merasa sedih, cowok itu merindukan masa-masa dulu ketika mereka semua berkumpul, bersenda gurau dan saling melemparkan ejekan sebagai bahan candaan satu sama lain. Dulu mereka sangat terlihat akrab dan kompak, saling mengisi dan membela satu sama lain. Reyhan bahkan tak pernah merasa sendiri dan kosong meskipun ia belum memiliki pacar, rasanya memiliki mereka saja sudah membuat Reyhan benar-benar hidup dan terasa lengkap.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now