14. - Pembunuh?

56.3K 4.7K 1.8K
                                    

Warning! Typo Bertebaran!
Jangan lupa Like, comment & Share ya🤗

Di sarankan mendengarkan lagu mellow yg kalian suka

☃☃☃

Maura berjalan seorang diri di sepanjang bibir pantai membiarkan deburan ombak yang naik ke daratan mengenai kaki telanjangnya. Gadis itu menerawang jauh mengingat kembali kenangannya bersama Arkan saat dulu, di pantai ini.

Andai saja waktu bisa di ulang kembali, mungkin Maura akan memilih buta dari pada ia harus kehilangan Arkan. Arkan sudah banyak memberikan cahayanya tapi kenapa cowok itu juga memberikan dunianya pada Maura.

Maura tak bisa menanggungnya sendiri.

Maura membutuhkannya, membutuhkan Arkan untuk menghentikan luka dan tangis ini. Menghentikan rasa bersalahnya karena dirinyalah yang telah membunuh Arkan.

Sungguh Maura tak sanggup.

Sentuhan lembut di bahu Maura membuat Maura berbalik mendapati Evan yang berdiri di hadapannya sembari tersenyum.

"Apa kabar, Ra?" tanya Evan membuat mata Maura berkaca-kaca dengan bibirnya yang bergetar menahan tangis.

"Buruk" tangis Maura pecah, Evan pun menarik Maura ke dalam pelukannya. Evan mengerti keadaan Maura selama beberapa tahun ini setelah kepergian Arkan karena diriya pun juga merasakan kehilangan. Kehilangan sahabat kecilnya. Evan sudah menganggap Maura sebagai adiknya sendiri, jadi cowok itu tahu apa bagaimana perasaan Maura saat ini.

Evan menepuk pelan punggung Maura yang bergetar untuk meredakan tangisan gadis itu.

Dari kejauhan Arsha berdiri memperhatikan mereka, tepatnya ke arah Maura yang tengah menangis di pelukan Evan. Arsha mengakui ketegaran Maura selama beberapa tahun ini menghadapi takdir yang tengah menghukumnya. Maura hidup tersiksa di tengah rasa bersalahnya tanpa tahu fakta jika Arkan masih hidup dan kini tengah berjuang untuk bangkit dari tidur panjangnya.

Arsha mengeluarkan ponselnya ketika dering ponselnya berbunyi. Gadis itu menatap layar ponselnya yang tertera nama Reyhan di sana sebelum menggeser tombol hijau dan menempelkannya ke telinganya.

"Halo"

"Lo di lombok, Sha?"

"Iya, gue di Lombok. Evan maksa gue ke sini"

"Titip Calista, Sha. Jangan sampe dia kenapa-napa"

Arsha mendengus. "Kalo gitu kenapa gak lo aja yang ke sini jagain dia?"

"Gue udah putus, lo inget? Karena lo juga hubungan gue sama dia berakhir"

Arsha tersenyum miring. "Biar lo lebih bisa fokus buat kesembuhan adik lo" Arsha memejamkan matanya sejenak lalu menghela napas. "Lo harus profesional, Rey..."

"Demi Arkan" lanjut Arsha.

Terdengar helaan napas dari Reyhan. "Sha..."

"Kenapa?"

"Ini soal Arkan..."

"Kenapa sama Arkan?"

Arsha kemudian menyimak penjelasan Reyhan dari seberang sana sembari menyorot Maura dalam.

☃☃☃

Setelah tangisan Maura mereda, Evan membawa Maura ke Café terdekat dan membelikan es krim untuk gadis itu. Arkan pernah bercerita jika dia harus membelikan Maura es krim untuk menghilangkan kesedihannya, namun sepertinya gadis itu terlihat semakin sedih meskipun Evan sudah membelikan es krim ukuran besar untuknya. Bodohnya, Evan tak menyadari jika apa yang ia lakukan ini semakin memperparah keadaan gadis itu.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now