8. Seperti Arkan

64.1K 5.4K 1.2K
                                    

Warning! Typo bertebaran!
Jangan lupa like dan komen kawan❤

☃☃☃


Setelah membuat tangisan Maura berhenti, Adara mengantar Maura kembali ke kamarnya. Belva datang saat mereka hendak menaiki anak tangga menuju kamar Maura. Belva ikut membantu menuntun Maura berjalan karena memang tubuh gadis itu masih terlihat lemah.

Selama mengantar, Belva mengoceh kenapa Maura memaksakan diri keluar dari kamarnya padahal kondisinya masih lemah untuk sekedar bergalau ria. Adara membela, Maura seperti itu karena merindukan Arkan dan merasa bosan. Apalagi yang Maura lakukan selain bermain piano?

"Mana Joe?" tanya Maura pada Belva.

"Jojo lagi ngambil belanjaan di mobil, sebelum ke sini gue sama Jojo kan belanja banyak cemilan buat Maura, mangkanya telat" jelas Belva.

"Terus lo gak bantuin Joe gitu?" tanya Adara. Belva menggeleng.

"Males. Lagian udah ada Ben kok"

"Anak baru itu ikut juga?" Belva mengangguk.

Maura yang tadinya tengah menatap semburat senja dari atas ranjangnya pun beralih menatap kedua temannya itu.

"Anak baru?" tanya Maura tak mengerti.

"Iya, mahasiswa baru. Anak pindahan dari Jakarta sih, temennya Joe" jelas Adara.

"Ganteng loh, Ra" sambung Belva sembari mengacungkan dua ibu jarinya, kemudian bersedekap. "Tapi sayang, dingin kayak es batu"

"Nyebelin sumpah, pengin gue tendang mukanya yang sok cool itu" tambahnya.

Adara dan Belva seketika terperangah melihat Maura tertawa, meskipun tawa kecil namun apa yang Maura tunjukkan saat ini membuat mereka takjub.

Maura berhenti, menatap kedua temannya dengan kerutan samar di dahinya. "Kenapa?"

"Cantik, Ra" ujar mereka serempak.

"3 tahun kita temenan, baru kali ini gue liat lo ketawa, meskipun itu tawa kecil" jelas Adara. Belva mengangguk setuju.

"Tawa lo itu tulus, Ra. Gak di buat-buat seperti biasanya" tambah Belva. Gantian Adara yang mengangguk.

Maura kembali tersenyum. "Gue mau berubah" ujarnya, pandangannya lalu turun menatap selembar foto dirinya dan Arkan di tangannya.

"Biar Arkan bangga sama gue karena gue bisa kuat lanjutin hidup tanpa dia" Maura lalu beralih ke arah bingkai foto berukuran sedang yang terpajang di dinding kamarnya. Foto dirinya dan Ivanka-Almarhumah bundanya.

"Kayak gue lanjutin hidup gue tanpa bunda"

Maura tersenyum getir dengan tatapannya yang berkaca-kaca.

"Meskipun gue sadar... Gue yang menyebabkan mereka pergi"

Dan suara pecahan kaca pun terdengar dari lantai bawah.

PRANK!

☃☃☃

Alvarel baru saja keluar dari ruang kerjanya setelah mendapat telfon dari Adrian yang memberitahukan bahwa pria itu tak bisa menghadiri peresmian hotel yang berada di Lombok karena perkerjaannya yang menumpuk. Jadi, Adrian menyuruh Alvarel sendiri yang menghadirinya. Pria itu juga menyarankan dirinya untuk mengikutsertakan Maura agar gadis itu bisa melepas stress dan melupakan Arkan sejenak.

Masukan yang bagus. Alvarel pun akhirnya menyuruh Adrian memesankan beberapa tiket.

Alvarel melangkah ke arah dapur, membuat kopi untuk dirinya. Karena sudah ada Adara dan teman-temannya, Alvarel ingin melanjutkan pekerjaannya yang menumpuk di taman belakang.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now