5| Serendipity

7K 564 13
                                    

"Izinkan aku bertemu orang tua mu, Aera"  ucap Jimin.

"Aku tidak bisa, Oppa" jawab Aera seraya menunduk, tidak berani menatap Jimin.

"Kenapa?" tanya Jimin menatap tajam gadis yang sedang menunduk itu.

"Hanya tidak ingin" jawab Aera dengan mengepalkan kedua tangannya.

"Tatap aku." Jimin mendekatkan tubuhnya ke hadapan Aera yang sedang bersandar pada kursi mobilnya.

Aera menatap Jimin perlahan.

"Apa kau nyaman bersamaku?"

"Apa aku terlihat seperti orang yang tidak serius? bukankah seharusnya kau tau bagaimana aku sebenarnya?"

Jimin masih menatap Aera dengan tatapan menuntut namun terlalu manis bagi Aera.

"Aku hanya tidak suka pada semesta yang membiarkan kita seperti ini. Seharusnya kita tidak bisa bersama, Oppa" jelas Aera berusaha melirik ke arah lain, namun mata Jimin mengikuti kemana arah mata itu memandang.

"Jadi kau menolakku? Kau bilang setiap kali fansign akan menyayangiku dan tidak meninggalkanku. Apa kau juga berkata seperti itu pada member lainnya? Hanya untuk menarik hati kami semua? Pada akhirnya, kau tetap akan pergi jika sudah bosan" jawab Jimin.

"Aku tidak akan pergi, Oppa"

"Tapi kau baru saja menolakku Aera, kau tidak mencintaiku, hanya berambisi" ucap Jimin dengan mata yang sedikit sayu.

Aera terdiam sejenak,  hatinya benar-benar berkecamuk karena penghakiman dari Jimin. Ia pun  semakin berani melekatkan tatapannya pada mata sayu milik Jimin.

"Aku.. mencintaimu, Oppa" ucap Aera seraya menahan air matanya.

Jimin tidak menjawab, matanya tetap menatap Aera dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Aera yang menyadari  bahwa dirinya sudah kelewat batas sontak memalingkan wajahnya, ia  benar-benar tidak tahan menatap Jimin setelah mencurahkan isi hatinya selama ini, air matanya sudah saling berdesakan ingin jatuh dari pelupuk  matanya. Terlebih lagi hatinya sudah sedari tadi berteriak.

Namun, dengan cepat  tangan Jimin meraih pipi Aera untuk menahan agar Aera tetap menatapnya,  kemudian tanpa izin Jimin mengecup bibir Aera dengan lembut dan  singkat. Setelahnya, Jimin kembali menatap Aera dengan jarak yang saat ini  benar-benar dekat.

Degup jantung Aera benar-benar tidak dapat dikontrol, matanya membesar saat merasakan ranum hangat Jimin menyentuh bibirnya kelewat lembut. Tubuhnya lemas.
Aroma mint  di tubuh Jimin tercium dengan mudah karena jarak yang sangat dekat. Bahkan hangat dari hembusan napas Jimin menjalar seakan menari-nari di kulit  pipi Aera.

"Aera-ya" panggil Jimin.

Aera hanya menatap,  tidak menjawab, mungkin ia masih berada pada langit ke tujuh. Karena sejak kedekatannya dengan jimin, langit ke tujuh adalah tempat  kesukaannya.

"Aku menginginkanmu".
_

_

Aera melangkahkan kaki menuju kelasnya. Tatapannya kosong, seolah nyawanya tidak sedang menetap di dalam raga. Pikirannya masih tertuju pada sosok lelaki yang sukses membuatnya tidak percaya pada kehidupan yang ia jalani saat ini.

Sementara itu, para lelaki sedang sibuk terpaku dengan ciptaan tuhan yang sedang berjalan melalui mereka, beberapa lelakipun ada yang mencoba mendekati gadis itu. Namun, tidak ada respon sama sekali darinya, ia tetap berjalan tanpa peduli apapun yang terjadi di sekitarnya.

HITCH ✔️Where stories live. Discover now