47| Stay With Her

4.3K 396 255
                                    

Cie yang kemarin emosian🤪

Jgn lupa VOMENT !!



Selamat membaca!
• • • •


"Aku ingin melakukan ini berkali-kali denganmu," ucap Aera sebelum Seokjin menghujamnya kembali.

"Kita akan lakukan itu. Kau akan kubuat menyerah dan meminta ampun padaku."

Tanpa mempedulikan apa konsekuensi yang mungkin akan mempersulit hidup mereka, pasangan gila ini kembali menikmati babak kedua. Suasana terasa lebih panas dari yang sebelumnya, mereka mulai sahut menyahut menyambut pekik gairah yang memompa setiap gerakkan.

Kali ini, Seokjin membiarkan Aera terkapar lemas di atas kasur dengan kepala yang tergantung di sisi kasur, sedangkan dirinya masih sibuk mencari titik pelepasannya di atas Aera. Aera berkali-kali menggigit bibirnya seraya menatap pintu kamar dalam keadaan terbalik. Hingga entah pada sentakkan ke berapa, yang jelas pekikkan Aera semakin mengisi ruangan, pada saat itu pula pintu terbuka. Dalam pandangan yang masih ditutupi gairah, dia melihat sosok lelaki di ambang pintu. Tanpa ragu, Aera lantas mengukir seulas senyum pada mulut yang sedikit terbuka itu. Dengan mata sayu, Aera tidak melepas tatapannya pada lelaki yang begitu mencintainya. Wanita itu seolah ingin menunjukkan kepada lelaki itu bahwa yang boleh melakukan hal ini hanyalah Seokjin seorang. Sedangkan Lelaki itu tidak berhak mendapatkan kenikmatan apapun darinya.

Iya, lelaki itu, suaminya sendiri. Orang yang kemarin sempat ia cium berkali-kali, namun kemarin juga ia jadikan sasaran tamparan kerasnya.

Jimin melihat semua adegan menjijikan ini. Posisinya masih membeku di ambang pintu dengan bulu kuduk yang masih berdiri, serta emosi yang semakin meluap. Tidak ada yang berbeda saat dulu dengan malam ini, dia sama-sama kecolongan, wanitanya lagi-lagi tenggelam dalam pelukkan lelaki itu, yang selalu berhasil merebutnya.

Masa lalu memang tidak bisa diubah kembali, namun saat ini akhir lukanya ada pada keputusannya sendiri. Jika dulu Jimin dibodohi dengan hubungan terlarang yang dirahasiakan darinya, malam ini dia akan mengakhiri semuanya dengan adil.

Menusuk si brengsek itu sampai mati adalah keputusan yang terbaik. Bagaimanapun Aera adalah istri sahnya, tidak ada lelaki manapun yang boleh menyentuhnya, apalagi saling memuaskan nafsu seperti yang menyambunya saat ini. Jadi menurut Jimin, membunuh bukanlah cara yang salah untuk menghukum manusia yang tidak berakal.

Dengan langkah yang begitu berat serta perasaan kian kalut oleh emosi, Jimin berjalan menuju pasangan yang hampir mencapai titik pelepasan. Tangan yang menggenggam pisau itu mulai bergetar hebat tatkala Seokjin terkesiap dan berdiri mengambil sehelai kain secara acak sebelum akhirnya mendekatinya dengan air muka yang tidak bisa tergambarkan lagi.

Dalam diam,  Jimin kembali meyakinkan dirinya, setidaknya ia pernah memaafkan Seokjin serta kembali memberi kepercayaannya kepada Seokjin. Memberi kepercayaan kepada orang yang pernah menyakiti kita adalah hal tersulit, apalagi untuk orang yang memiliki fobia seperti Jimin. Namun, Jimin pernah melawan penyakit itu demi hubungan baiknya dengan Seokjin. Jadi jika saat ini dia menghabiskan Seokjin tanpa ampun, maka dia tidak akan merasakan penyesalan apapun. Begitulah keyakinan yang ia tanam saat ini.

"Jimin-ah!"

"Aku bisa memaklumi kesalahanmu sewaktu dulu. Namun jika kau melakukan yang kedua kalinya, berarti kau mengkhianatiku, Seokjin," ucap Jimin dengan langkah yang semakin diperbesar. Hingga akhirnya Jimin melayangkan tikamannya tepat kepada Seokjin jika saja Aera tidak berlari dan menjadi tameng targetnya.

HITCH ✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن