51| Stay Gold

4K 413 140
                                    

Jangan lupa VOMENT😭

Ngetik cerita ini diiringi dengan rasa rindu yang teramat dalam kepada seorang JIMIN!

Kangen JIMIN banget😭😭😭

Selamat Membaca

Kau tahu betapa perihnya menahan rindu yang setiap detiknya semakin bertambah, namun tidak pernah sedetikpun ada kesempatan untuk mengobatinya? Rasanya begitu sakit, dan melemahkan si pemilik hati.

Mau tidak mau kita dituntut harus berjalan bersama rasa sakit karena rindu ini. Itu harus dilakukan jima memang ingin melanjuti hidup. Sama halnya dengan Jimin. Lelaki beristri, namun terasa seperti duda beranak satu.

Jimin merindukan Aera.
Sungguh! Jika boleh berteriak dan mengadu kepada semua orang. Dia ingin sekali mengatakan betapa rindunya melimpah ruah.

Namun sepertinya ia tidak perlu melakukan hal itu. Karena hari ini, tanpa memohon selayaknya seorang pengemis, yang dirindukan sedang berdiri di hadapannya.

Dalam posisi bersandar pada salah satu kursi makan, Jimin tidak melemparkan atensinya pada yang lain. Aera yang sedang menyiapkan susu hangat dan bubur, sukses mengambil seluruh perhatian Jimin.

Jimin rindu sekali. Namun tidak sesakit biasanya, hari ini justru dia mengulum senyum dengan masih menduga-duga alasan apa yang bisa membuat Aera dengan mudah masuk ke dalam istananya.

Masih teringat jelas dalam benaknya, bagaimana Aera melangkah masuk dengan senyum yang tulus. Senyum yang menunjukkan bahwa Aera yang ia cari seperti sudah kembali.

"Jimin? Aku akan masuk ke dalam kamar.."

Hingga saat Aera memanggil dirinya. Akhirnya ia menyadari, bahwa Aeranya belum kembali. Aera tidak pernah memanggilnya tanpa menambah embel-embel 'oppa', pun nada bicara sang Aera yang ini sangatlah tegas selayaknya orang asing yang sedang berbicara.

Lantas Jimin hanya bisa mengangguk seraya menyadarkan pikirannya yang sudah berharap lebih kepada Aera saat ini.

Sekitar 10 menit, Jimin belum menyusul masuk ke dalam kamarnya. Dimana ada Ji Ae dan Aera di dalamnya. Dan setelah menimbang-nimbang, akhirnya Jimin memutuskan untuk masuk.

Dia disambut oleh Aera dan Ji Ae. Keduanya sedang bercerita, dan Aera mengusap kepala Ji Ae dengan lembut.

"Boleh masuk?" tanya Jimin yang masih menampakkan setengah badannya dari balik pintu.

"Masuk saja.." Aera mengangguk dengan senyum.

"Appa.. sini.. duduk di sini.." Ji Ae ikut mempersilahkan seraya menepuk salah satu sisi kasur yang masih kosong. Lantas Jimin menurut dan duduk di sana.

"Ji Ae sudah enakan ya badannya?" tanya Jimin setelah duduk.

Dengan cepat Ji Ae menggeleng. "Belum! Panasnya sudah pergi, tapi Ji Ae masih sangat lemas," ucapnya begitu polos, seakan memaksa tetap sakit.

Jimin dan Aera hanya tersenyum melihat tingkah Ji Ae. Dan diam diam, keduanya saling mencuri pandang.

"Sepertinya Ji Ae harus beristirahat. Sekarang sudah malam. Kalau tidur semakin cepat, maka besok pagi Ji Ae akan merasa lebih segar," ucap Jimin. Namun sang anak merotasikan matanya dengan pelan, seperti sedang menimbang-nimbang ucapan ayahnya.

Jujur saja, Ji Ae tidak ingin terlihat segar besok pagi. Baginya, demam ini juga tidak terlalu menyakiti dirinya. Jadi tidak mengapa jika harus terserang beberapa hari lagi, demi dapat berkumpul dengan keluarga lengkapnya.

HITCH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang