14| Side

5.5K 481 83
                                    

Jangan lupa vote dan tinggalin komentar di bagian-bagian yang kamu suka atau gemas bacanya🙃

Jika kamu suka dengan cerita ini, tolong bantu aku ya untuk mempromosikan HITCH, dengan cara :
1. Screenshot bagian cerita yang kamu suka.
2. Upload ke Instastory dengan tag IG @yoonanayaa (bisa masukkin caption apapun yang kamu mau).
3. Nanti akan aku add di story aku
3. Sudah, itu saja, gampang kan berbagi kebahagiaan itu😊

Terimakasih dan selamat membaca ya💜

.

.

.

"Kau benar-benar ingin melakukannya? Hm?"

Pribadi itu mendekatkan tubuhnya pada gadis yang sedang terbaring di atas kasur.

Gadisnya tidak melakukan penolakkan sedikitpun, seperti mundur saat di dekati atau langsung beranjak dari kasur. Justru ia masih mempertahankan posisi terbaringnya, seolah siap untuk dihimpit oleh Jimin.

Jimin yang sedikit merangkak, kini sudah berada di atas Aera, menumpu beban tubuhnya dengan kedua tangan di atas kasur. Menatap sepasang manik yang berada di bawahnya, tatapan yang sedang muak dengan gadis dibawahnya tidak memberikan perlawanan sedikitpun.

"Ra, kau benar-benar ingin diriku?"

"Iya! aku ingin sekali---melakukannya" jawab gadis itu dengan tegas.

Jimin yang sedang menatapnya perlahan mendekati wajahnya ke daun telinga Aera. Memberi jeda selama beberapa detik hanya untuk mengendus di belakang daun telinga gadis yang sedang menunggu perlakuan selanjutnya darinya.

Napas lelaki itu terdengar sangat berat. Seolah sedang menahan hasrat atau sedang menahan emosinya agar tidak lepas kendali.

"Aera-ya, tentang perasaanmu.." ucapnya sangat lirih.

Jimin masih memberi jeda, menarik napas dan mengeluarkannya seperti orang kehilangan tenaga.

Sedangkan Aera masih menunggu ucapan gantung dari lelaki yang berada di atasnya tanpa menoleh pada sumber suara.

"Aku ragu dengan itu. Bisa kau pikirkan lagi?" tambahnya.

Kemudian Jimin mengangkat kepalanya, membiarkan dirinya menatap Aera, seketika tatapan bencinya berubah menjadi nanar, seperti sedang mencari sebuah jawaban atas keraguannya.

"Oppa.. A-aku.. tidak mengerti.."

"Kau tau? saat kau terlalu bahagia bertemu seseorang yang sangat kau idolakan, mungkin saja perasaan itu bukanlah sebuah cinta yang tulus.."

Perlahan Jimin menunduk, mengarah pada dua buah gundukkan milik Aera, bukan karena ingin dengan sengaja melihatnya, pemikirannya bahkan sama sekali tidak mengarah kesana, hal itu ia lakukan semata-mata hanya untuk mengalihkan pandangannya.
Kemudian kembali menarik napas dan mengeluarkannya dengan hati-hati.

"Bisa jadi, kau hanya terobsesi padaku."

Aera membuka mulutnya, mengeluarkan napas pada dadanya yang sedang sesak, seakan tidak percaya dengan pernyataan Jimin yang meragukan cintanya. Bulir beningnya jatuh membasahi pipinya saat melihat sosok yang berada di atasnya kini sudah beranjak dari kasur.

"Oppa.. meragukan perasaanku? Hm?" pertanyaan yang diajukan masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar beberapa detik lalu.

"Maafkan aku," lelaki itu menjawab tanpa menoleh padanya, bahkan ia telah melangkahkan kakinya menuju pintu.

HITCH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang