52| Resilience

4K 386 75
                                    

Annyeong! Selamat Idul Adha yaa untuk kalian yang menjalani✨✨

Yok yok! Sebelum baca ini baca B.P.U.K dulu yaa.

Jangan lupa VOMENT!💜

Selamat Membaca


Jeju. Pulau erotis nan romantis ini sudah lenyap dari deretan tempat terfavorit bagi Jimin.

Sudah sejak lama dia tidak menyukai tempat yang selalu dijadikan sebagai saksi kenangan manis oleh setiap pendatang. Jimin sudah membencinya sejak sang ayah dan keluarga barunya menghabiskan hidupnya di sini.

Lalu, pulau erotis nan romantis ini semakin mencabik Jimin tatkala kisah tragis mengakhiri hidup sang ayah. Semua menjadi sangat lengkap untuk membuat Jimin semakin membenci Jeju.

Kalau saja disuruh memilih, Jimin tidak akan mau lagi menapaki Jeju. Lebih baik dia menghabiskan waktunya di taman belakang rumah daripada harus menghirup serta memandang segala sisi pulau Jeju.

Namun, Kyung Ji menjadi alasan yang membuat Jimin dengan teguh masih harus terikat dengan Jeju. Barangkali memang sudah saatnya kisah tragis dan pelik ini dikemas menjadi kedamaian di sini.

Kepergian Kyung Ji seolah menyadari Jimin bahwa ia hanya perlu memaafkan dan mencintai kembali orang-orang yang sudah terlibat dalam kematian sang ayah, termasuk dirinya sendiri. Kepergian Kyung Ji seolah menyelesaikan segala masalah yang sangat rumit untuk diselesaikan.

Dan sepertinya Jimin memanglah sudah berdamai dengan kenangan tragis ini, dapat dilihat dari caranya mendaki bukit itu. Dimana pada puncak bukit itu menjadi tempat kedamaian Kyung Ji.

Langkah Jimin pun tidak seberat dulu, saat pertama kalinya dia memutuskan untuk bertemu ayahnya di bukit ini. Saat ini Jimin cukup tenang, dia berjalan penuh ketegaran bersamaan dengan menggenggam tangan putri kecilnya.

"Ji Ae-ya, jadi setuju tidak?" tanya Jimin saat langkahnya terhenti di salah satu kedai yang terletak di ujung jalan pemakaman. Ji Ae pun tampak memperhatikan kedai itu--- memastikan bahwa kedai yang akan menjadi tempat penitipannya akan aman.

"Dari sini, Ji Ae bisa melihat appa. Jadi Ji Ae tidak perlu khawatir, ahjumma pemilik kedai juga sangat baik. Nanti, appa akan memesan es krim untuk menemani Ji Ae menggambar di sini. Tidak lama kok, hanya sebentar. Setelah itu kita akan melihat duck."

Peralatan menggambar, es krim, lalu dijanjikan akan melihat bebek. Mana mungkin Ji Ae bisa menolak ketiganya yang akan ia dapatkan sekaligus hari ini.

"Ji Ae setuju," ucap Ji Ae dengan yakin seraya memperbaiki posisi tali tas sandangnya yang hampir turun.

Setelahnya, Jimin pun membawa Ji Ae masuk, memilih tempat duduk ternyaman dan memesan es krim favorit si kecil. Jimin juga tidak lupa membantu Ji Ae menyiapkan alat menggambarnya. Dan sebelum pergi, Jimin menitipkan Ji Ae kepada seorang ahjumma pemilik kedai.

Dengan begini, Jimin merasa satu bebannya semakin hilang. Karena dia tidak mau Ji Ae tahu bahwa kakeknya tercintanya sudah pergi dan tidak akan kembali. Jimin lebih mampu melangkah dengan nyaman jika seorang diri. Dia menegarkan dirinya sendiri agar tidak menangis.

Namun sepertinya, pertahanannya akan didobrak habis saat melihat seorang wanita yang sudah bersimpuh pada gundukkan tanah kedamaian itu. Jimin mengepal dan bergetar di belakang wanita itu.

HITCH ✔️Where stories live. Discover now