20| Scruple

6.6K 435 75
                                    

Jangan lupa voment yaaa:)

Selamat membaca💜

Sudah dua minggu mereka meninggalkan tanah beku, Iceland. Semua kenangan yang berada disana rasanya ikut tertinggal dan membeku di Iceland. Mereka pulang seolah tidak membawa kenangan-kenangan hangat yang diukir di sana.

Jimin tampak lebih diam. Apalagi sejak pulang dari sana, dia demam dan tidak kunjung sembuh hingga saat ini.

Sedangkan Aera tengah mengompres kening Jimin dengan air es. Ia melakukannya dalam perasaan bersalah karena tidak mengizinkan Jimin untuk menemui Eun Mi. Dalam rangkumannya, demam ini datang karena Jimin sedang merindukan Eun Mi.

Tapi tetap saja, bagi Aera selama Jimin masih menuruti kemauannya untuk tidak menemui Eun Mi, Aera akan terus mempertahankan keputusannya. Dia percaya, suatu saat Jimin akan terbiasa tanpa ada Eun Mi di sampingnya.

"Panas oppa sudah tidak tinggi lagi," ucap Aera seraya meraih kain dingin dan lembab di kening Jimin, lalu dia meletakannya di dalam wadah.

Lelaki yang sedang terbaring itu masih mengunci mulutnya, bahkan matanya masih mengatup seolah sedang tidak peduli pada istrinya.

Aera hanya tersenyum tipis, hatinya sudah mulai menerima Jimin yang dingin kembali.

"Aku siapkan sarapan ya." Kemudian dia bangkit dari posisi duduknya di kasur, tepat di samping Jimin.

"Aku tidak selera."

Mendengar penolakan itu, lantas membuat Aera segera membalikan badannya dan melihat Jimin yang bangkit dari tidurnya, kemudian lelaki itu mendahului Aera.

"Hari ini aku mau ke studio." Jimin berbicara dalam langkahnya yang mendahului Aera, tidak menatap Aera sedikitpun.

"Lagi?" Kini Aera mulai mengikuti langkah Jimin dari belakang, menuju kamar mandi.

Jimin tidak menjawab. Dalam langkahnya, dia sedang berpikir pertanyaan 'lagi' itu, dia takut Aera justru melarangnya dan menyuruhnya agar berdiam diri saja di rumah. Jimin tidak mau seperti itu, dia tidak ingin bercerita banyak dengan Aera sejak dia membaca isi pesan itu, tapi Jimin juga tidak ingin membahasnya. Jadi, lebih baik Jimin melarikan diri saja untuk sementara hingga emosinya mereda, lalu berharap dapat melupakan permasalahan ini dan menjalani hubungan yang baik lagi.

"Hari ini temankan aku saja." Kini suara Aera dari belakang seolah sedang memerintah. Saat Jimin berbalik badan, dia mendapati Aera yang tersenyum.

Bukannya membalas senyuman manis Aera, Jimin malah menatap kesal. "Pergi saja sendiri." Kemudian kembali berbalik arah.

"Aku akan menemui seniorku di Kafe milik Soobin oppa," jelas Aera yang membuat Jimin kembali harus menghentikan langkahnya dan berbalik badan lagi.

"Dia laki-laki?" tanya Jimin tanpa ekspresi.

"Eoh!" Aera mengangguk semangat.

Tatapan Jimin kembali menajam, menatap Aera yang tidak takut sama sekali kala menjawab pertanyaan yang bagi Jimin sendiri sangatlah fatal jika dijawab tidak sesuai keinginannya.

"Kau mengajaknya ke Kafe Soobin karena ingin menyewa ruangan? Hm?" tanya Jimin lagi.

"Lebih tepatnya karena aku ingin membawa suamiku untuk menemaniku. Aku tau, suamiku ini seorang idol yang tidak bisa dibawa kesembarang tempat. Tapi kalau oppa tidak ikut. Ya sudah, aku akan menyuruhnya bertemu di tempat terbuka seperti taman saja."

Jimin membulatkan matanya. "Aku ikut." Kemudian benar-benar melangkah pergi menuju kamar mandi.

Sedangkan Aera sedang mengembangkan senyum yang begitu lebar. Menandakan bahwa rencananya berjalan dengan lancar.

HITCH ✔️Where stories live. Discover now