12| Sincerity

6.1K 483 109
                                    

Jimin menggapai pipi lembut Aera, kemudian mengusapnya dan diakhiri dengan kecupan lembut di bibirnya. Ruangan sempat hening karena tamu ikut terbawa suasana pernikahan Aera dan Jimin yang sangat hangat, lalu menjadi pecah saat Jimin mencium Aera. Sorak soraipun saling bergema, bunga-bunga ditaburkan oleh teman-teman mereka.

Aera tau betul beginilah memang hal wajib yang akan dilakukan di penghujung ikrar janji suci. Berciuman. Iya, memang harus begitu. Tapi hatinya berkata lain, ia merasakan kecupan singkat yang kelewat hangat ini bukan hanya sekedar kewajiban. Penyatuan bibir itu seperti menciptakan sebuah ketulusan dari perasaan Jimin. Aera merasakannya sendiri bagaimana Jimin sangat tulus padanya melalui ciuman singkat itu. Bahkan setelah berciumanpun, manik Jimin yang berbinar sempat menatap dalam mata Aera, seolah berkata bahwa ia bahagia saat ini.

Setelah mendapatkan perlakuan ini, bolehkah Aera berharap bahwa Jimin akan menjadi miliknya seutuhnya?

****
Selesai sudah pengantin baru itu menyalami semua tamu undangan. Dengan tangan yang melingkar di pinggang Aera, Jiminpun membawa Aera untuk turun dari pelaminan, ikut berkumpul dengan keluarga serta teman terdekat mereka yang masih menetap disana.

"Kau lelah?" bisik Jimin.

Diberi pertanyaan seperti itu saja sudah melemahkan jantung Aera hingga ia tidak tau harus menjawab apa. Dia sebenarnya cukup lelah, namun rasa bahagianya kelewat batas hingga mampu menghilangkan kelelahannya hari ini. Bagaimana tidak? Kini ia sudah resmi atas perubahan status singlenya menjadi seorang istri Park Jimin, bahagianya bukan karena Jimin adalah seorang idol, melainkan karena lelaki itu tampak sangat bahagia pula menjadi suami Aera. Saat bersalaman dengan tamu undanganpun Jimin tidak henti-hentinya tersenyum dan memandangi Aera, bahkan saat Bangtan menghampiri mereka untuk bersalaman dan mengucapkan selamat, Jimin selalu membangga-banggakan posisinya yang sudah tidak lagi melajang di depan mereka.

"Kenapa diam saja? Apakah lelah sekali?," tanya Jimin lagi karena Aera tidak menjawab, gadis itu hanya tetap diam dalam langkahnya menuju ruangan khusus keluarga dan sahabat dekat mereka. Jimin menarik pinggang Aera untuk merapatkan jarak antara mereka.

Aera menggelengkan kepalanya dengan cepat saat tarikan itu membuatnya tersadar, "aku tidak terlalu lelah, oppa."

Jimin tersenyum seolah sadar bahwa Aera masih suka terbang sebentar tanpa izin jika diberi perhatian olehnya.

"Ra.." panggil Jimin dalam bisiknya.

Aera memberi reaksi sedikit terkejut saat namanya dipanggil seperti itu oleh Jimin. Entah mengapa rasanya seperti sudah sangat akrab, kalau dipikir-pikir lagi hanya Allina yang memanggil namanya seperti itu, itupun tidak terlalu sering.

"Sebentar lagi akan selesai, kita hanya perlu menyambut keluarga dan teman-teman yang masih ada disini, sebentar saja. Jadi jangan terlalu lelah ya," ucap Jimin sedikit tegas.

Setelah sedikit memberi hormat dengan membungkukkan sedikit tubuhnya kepada keluarga mereka, Aera dan Jiminpun ikut duduk di kursi yang beralaskan kain putih itu. Dari pihak keluarga Aera ada ibu, ayah, Allina serta ibu Allina. Sedangkan dari keluarga Jimin hanya ada ayah Jimin. Kini, mereka sudah duduk dalam satu meja.

Aera melihat bagaimana setiap pasang manik milik semua orang yang sedang duduk di meja ini sedang memancarkan rasa bahagia. Namun, hanya satu orang yang tidak, yaitu pribadi yang berada di sampingnya. Padahal sebelum sampai di meja ini senyumnya tidak pernah berhenti, bahkan tatapannya selalu hangat, sekarang justru berbeda, tatapannya datar, sedikit tersenyum namun Aera tau itu adalah sebuah senyum yang dipaksakan oleh Jimin.

"Annyeonghaseyo Yoon Aera imnida! Maaf karena saya baru bisa memperkenalkan diri dengan layak, abonim."

Lelaki paruh baya yang sedang menjadi fokus semua orang di meja ini kemudian berdiri dari duduknya dan menundukkan sedikit tubuhnya, lalu memperkenalkan diri sebagai ayah Jimin.

HITCH ✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن