11| Sweet Day or Bad Day?

6.5K 506 23
                                    

Besok merupakan hari dimana Aera dan Jimin akan mengucapkan ikrar pernikahannya di depan tuhan dan semua orang yang berada disana. Gugup? tentu saja, apalagi Aera dan Jimin tidak pernah bertemu lagi sejak insiden malam itu, Jimin pernah menelponnya satu atau dua kali hanya untuk membahas urusan pernikahan, setelahnya langsung memutuskan panggilannya tanpa basa-basi.

Namun Aera percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Begitulah Aera, selalu optimis pada hubungannya dengan Jimin. Terlebih lagi sejak kedatangan Allina untuk menginap di rumahnya membawa pengaruh besar pada suasana hatinya, Aera akan selalu bahagia bila bersama sahabatnya ini. Mereka juga sudah bercerita banyak malam kemarin mengenai semua garis tangan yang sedang Aera lalui.

Allina sangat serius jika sudah berhubungan dengan Aera, terutama urusan percintaan. Masalahnya, Aera itu tidak pernah berpacaran, hidupnya ia habiskan hanya untuk memuja Bangtan. Baginya pacaran hanya akan mempersulit kerjaannya sebagai masternim, sehingga lebih baik tidak akan mencoba sama sekali daripada akan hancur ditengah jalan.

Maka dari itu Allina sangat terkejut saat Aera memberi kabar bahwa ia akan menikah, kabar baik itu ia sampaikan dari telepon beberapa hari lalu. Allina semakin terkejut bahwa yang menikahi sahabatnya adalah Park Jimin, orang yang selama ini benar-benar Aera impikan. Mustahil!

Walaupun sudah mendengarkan penjelasan Aera, tetap saja menurutnya tidak masuk akal, bertemu-lalu menuntut, begitulah penjelasan Aera. Tapi bagaimanapun juga itu sudah menjadi garisan tuhan. Disisi keterkejutannya, sebenarnya Allina juga sangat bahagia medengar kabar ini. Jika dipikir-pikir lagi, Jimin sangat cocok untuk Aera, lelaki berkepribadian hangat disandingkan dengan wanita berkepribadian unik pun ceria seperti Aera adalah sebuah persandingan yang pas, benarkan?. Jimin juga sepertinya tipe orang yang setia, Allina percaya bahwa mereka bisa saling membahagiakan. Ya, sampai saat bertemupun Allina masih menunjukkan rasa bahagia dan tidak percaya atas takdir yang dikaruniai sahabatnya, andai saja Aera bercerita bahwa Jimin masih akan tetap berpacaran dengan wanita lain setelah menikah.
Iya, andai saja.
Mungkin Allina akan menyuruh Aera membatalkan pernikahan gila ini.

Secangkir cokelat hangat dalam genggaman Aera malam ini menjadi teman baik untuk menemaninya saat duduk di balkon atas kamarnya yang menyuguhkan lampu-lampu rumah sebagai pemandangan di malam hari.

Aera yang duduk dengan dibaluti selimut pada bahunya itu sedang merenungi keputusannya untuk tetap menikah dengan Jimin. Bagaimanapun ia adalah seorang gadis 19 tahun yang tidak mempunyai pengalaman sama sekali dalam urusan percintaan. Tapi, dia justru akan menghadapi kehidupan dimana kedewasaan dan ketabahan adalah yang terpenting, sudah ia bayangkan, kisah hidupnya pasti akan pelik. Namun bukan Aera namanya kalau tidak memikirkan sesuatu yang baik pula, dia akan selalu percaya pada hatinya yang mengatakan Jimin itu adalah orang baik.

Malam ini, ia sedang saling menabahkan diri sendiri, meyakinkan dirinya sendiri bahwa musim semi haruslah tetap terjadi walau sudah melewati musim dingin panjang yang menyakitkan sekalipun.

"Aera.."

Aera tersadar dari lamunannya, kemudian menoleh kebelakang dan tersenyum.

"Appa.."

Lelaki itu kemudian berjalan menuju Aera dan duduk disamping putrinya, melipatkan tangannya sebagai tameng dinginnya udara diluar, "Allina belum pulang?"

Aera menggeleng dan tersenyum, "Dia akan kembali ke rumah saat jam 10. Dia pasti masih makan malam bersama ibunya."

"Allina itu orang yang baik. Setelah sampai di Seoul kemarin, dia langsung meminta izin pada ibunya akan menginap dua malam untuk menemanimu. Untung saja ibunya tidak kalah baik karena mengizinkan putrinya yang sangat ia rindukan harus lebih memilihmu dibanding ibunya"

HITCH ✔️Where stories live. Discover now