TEMPAT YANG SAMA

131 21 0
                                    

Luna tidak pulang ke rumahnya, alasannya Linda memaksanya untuk tinggal dulu dirumahnya untuk makan malam bersama.

Linda juga sudah menelpon Riska jika Luna masih ada di rumahnya.
Luna sudah mandi,karena tidak membawa baju Luna terpaksa memakai baju Kemeja Raffi yang menurut Luna cukup kebesaran.

Awalnya Raffi menolak mentah-mentah permintaan bundanya untuk meminjamkan bajunya untuk Luna, tapi karena ancamannya uang jajan terpaksa Raffi menyetujuinya.

"Luna, maafin Raffi ya sayang udah kasar banget sama kamu"

"Gak apa-apa kok bun, lagian emang salahnya Luna, jadi wajar Bintang marah"
Ucap Luna dengan senyuman yang selalu terukir di wajah cantiknya.

"Semoga aja Raffi secepatnya bisa menjadi Raffi yang dulu"

Linda menghela nafas berat,pasalnya Raffi seketika berubah menjadi sosok yang dingin hanya karena Luna meninggalkannya tanpa kejelasan.

"Maafin Luna ya bun, Luna janji Luna bakal bikin Bintang jadi kayak dulu lagi"
Luna bertekad untuk merubah hati dingin Raffi menjadi lebih baik.

"Iya sayang gak apa-apa itu juga bukan kesalahan kamu, bunda doain semoga kamu bisa ya, yuk kita ke meja makan"
Linda menggandeng tangan Luna menuju meja makan, disana sudah ada Ayah Raffi,Feri.

"Eh ini siapa bun?"
Tanya Feri karena belum pernah melihat gadis itu di rumahnya.

"Lho ayah gak inget, ini Luna yah sahabat kecil Raffi"
Ujar Linda, Feri mengerutkan keningnya sambil mengingat kembali.

"Oh Luna, udah besar ya sekarang tambah cantik lagi"
Feri tersenyum ke arah Luna.

"Hehe iya dong yah, ayah apa kabar, kok ayah keliatannya lebih muda ya?"
Tanya Luna sambil terkekeh.

"Kamu bisa aja nak, kabar ayah baik"
Feri bercerita banyak dengan Luna.
Mereka memang cukup dekat karena dulunya Feri sangat menyayangi Luna sampai-sampai membuat Raffi cemburu.

"Raffi, turun dulu nak, makan malam udah siap"
Teriak Linda dari ruang makan. Raffi langsung turun dan duduk di samping Luna.

Selama makan malam berlangsung mereka semua asik bercengkerama, kecuali Raffi. Kadang terdengar tawa dari mulut mereka.

"Raffi kamu anterin Luna pulang yah"

"Gak, dia udah gede gak perlu di anter"
Tolak Raffi.

"Gak apa-apa bun, Luna bisa sendiri kok"
Kata Luna, senyumnya tidak pernah lepas.

"Gak, kamu itu perempuan, gak boleh pulang sendiri malem-malem, Raffi bunda gak mau tahu kamu harus anterin Luna".
Linda menatap Raffi tajam.

"Iya iya".
Raffi hanya bisa pasrah, Raffi pun menuju bagasi dan mengeluarkan sepedanya.

"Bun, Luna pulang dulu ya, makasih makan malamnya"
Luna menyalami Linda.

"Iya sayang,besok-besok kesini lagi ya"
Linda mengelus kepala Luna.

"Oke bun, Luna pamit ya, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam".
Linda segera masuk ke dalam rumah. Luna segera mengayuh sepedanya dan di ikuti oleh Raffi di belakangnya.
Luna cukup senang Raffi mau mengantarnya meskipun terpaksa.

Luna pun sudah sampai di depan rumahnya lalu mengetuk pintu.
Pintu terbuka dan menampakkan mamihnya sambil tersenyum ke arah Luna dan Raffi.

"Mamihhh, Raffi kangen sama mamih"
Raffi langsung memeluk Riska seperti bundanya sendiri.

"Raffi, wah udah besar ya sekarang, mamih juga kangen sama kamu nak"
Riska tersenyum ke arah Raffi.

"Masuk dulu yuk, kita makan malam"
Ajak Riska kepada Raffi.

"Lain kali aja mih, Raffi juga baru selesai makan"
Tolak Raffi halus.

"Yaah, gak apa-apa deh, tapi lain kali janji ya"

"Iya mih janji, Raffi pulang dulu ya mih, soalnya udah malem, assalamualaikum"
Raffi menyalami Riska dan segera pulang ke rumahnya.
Luna dan Riska pun lalu masuk ke dalam rumahnya.
   
               ***

Paginya Luna sudah siap dengan seragamnya dan menuju ke sekolah menggunakan sepedanya.

Sesampai di sekolah Luna langsung menuju kelasnya. Luna tidak sengaja bertemu dengan Bagas di lorong kelas.

"Eh Luna,ketemu lagi kita"
Sapa Bagas dengan senyuman yang menawan.

"Bagas, lo mau kemana?"
Tanya Luna.

"Mau ke kelas lah, gue baru aja nyampe,gimana kemaren bu Nova gak gigit lo kan?"
Bagas mengajak Luna bercanda.

"Hehe gak lah, secara mana ada sih guru yang tega gigit gadis cantik seperti gue"

Kata Luna dengan pedenya. Bagas hanya tertawa melihat tingkah Luna yang sangat menggemaskan.

"Lo masuk kelas mana?"
Bagas ingin tahu dikelas manakah Luna.

"Gue kelas XI IPA2"

"Lho berarti kita sekelas dong"

"Tapi kok gue gak liat lo di kelas"
Luna heran pasalnya saat dia mengenalkan diri, Luna tidak melihat sosok Bagas di kelas itu.

"Oh, itu kemarin gue sibuk, ada urusan sama guru di kantor"
Luna hanya mengangguk.

Luna pun berjalan bersama Bagas ke kelas mereka. Kelas cukup sepi hanya ada Luna, Bagas dan seseorang di pojok belakang.

Dapat ditebak laki-laki itu adalah Raffi. Raffi nampaknya tidak peduli kedatangan Luna dan Bagas.

"Pagi Bintang kecil di langit yang biru"
Luna duduk di samping Raffi dengan senyuman manis menghiasi wajahnya.

Raffi tidak merespon, dia hanya sibuk memainkan game online di ponselnya.

Luna langsung merebut ponsel tersebut dari tangan Raffi dan memainkannya, Luna cukup mahir dalam urusan dunia game.
Raffi menatap Luna tak suka.

"Balikin gak!"
Dengan nada yang dingin. Luna tidak peduli dengan sikap dingin Raffi.

"Segitu marahnya Bintang sama Luna?  Sejahat itu yah Luna sama Bintang?"
Luna kembali mengeluarkan pertanyaan itu.

Raffi hanya diam, karena tidak ada respon dari Raffi, Luna pun mengembalikan ponsel Raffi.

"Yaudah,Luna balikin ponselnya Bintang, maafin Luna ya"
Luna beranjak dari bangku Raffi, sedangkan Raffi sama sekali tidak peduli dengan apa yang di katakan Luna.

Bagas yang melihat kedekatan Raffi dan Luna heran, ada hubungan apa Luna dan Raffi.

               ***

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang