BUKTI

121 21 0
                                    

Raffi masih penasaran dengan isi rekaman tersebut. Raffi pun mencoba membuka rekaman itu dan mendengarnya secara seksama.

Terdengar suara Luna sedang berbicara sendirian.
Tidak lama kemudian terdengar mulut Luna di bekap oleh seseorang.

Dari rekaman itu terdengar suara tiga perempuan. Raffi cukup mengenali suara ketiga orang tersebut.

Raffi tersenyum sinis, setidaknya dia menemukan bukti yang lebih kuat.

Raffi mengintip Luna dari kaca transparan. Terpampang raut sedih Raffi melihat sahabatnya terbaring lemah tak berdaya.

"Jujur, gue kangen banget sama lo Lun, cuman gue masih sakit hati saat lo ninggalin gue tanpa pamit"
Raffi berbicara sendiri.

Raffi berjalan masuk ke ruangan Luna. Luna masih belum sadarkan diri. Dengan muka pucat dan lemah.

"Bangun dong Lun"
Raffi duduk di depan Luna.
Gadis itu masih saja tidak sadarkan diri. Karena lelah Raffi sampai tertidur di samping Luna.

Luna terbangun dan menyadari dirinya sudah berada di rumah sakit.

"Bintang"
Lirih Luna, dia melihat Raffi sedang tertidur di sampingnya.
Luna mencuri kesempatan mengelus wajah Raffi.

"Gilaa, mulus banget anjir"
Batin Luna. Raffi merasakan sesuatu yang menyentuh wajahnya.
Melihat Raffi yang bangun, Luna lantas berpura-pura masih tidak sadarkan diri.

"Huufft, masih belum sadar ya?
Lo kapan bangunnya sih, gue kangen sama lo nona Gabriella!"
Raffi berbicara sendiri. Dalam hati kecil Luna menjerit bahagia.

"Nih orang gengsinya gede banget ya Allah, bilang ke gue benci,benci, dan benci. Lah barusan bilang kangen sama gue, maksudnya apa coba? Ngeprank?"
Batin Luna kesal.

"Eh, gue bilang apa ya barusan? Kangen? Hahaha, mungkin efek kelelahan kali ya, makanya barusan mungkin gue lagi ngigo, aduh Raffi"
Lagi-lagi Raffi berbicara sendiri.

"Aduh mas, kangen mah bilang aja. Gak usah pake bawa-bawa ngigo, cowok kok gengsian"
Luna mendumel dalam hati.

Tidak lama kemudian, Raffi mendengar suara Riska dan Linda di luar.

"Eh Luna, gue pulang dulu. Lo baek-baek disini, jangan nakal. Satu lagi, jangan suka ninggalin orang tanpa pamit, kalo lo ngelakuin itu lagi sama gue, gue gigit lo!! Kali ini gue maafin lo"

Raffi berkata serius kepada Luna. Meskipun sedari tadi Raffi hanya berbicara sendiri.

Raffi pun keluar menemui Riska dan Linda.

"Bun Raffi pulang ya, sekalian mau ngelaporin siapa pelakunya"
Raffi pamit kepada Linda dan Riska.

"Oh iya mih, Raffi pinjem ponsel Luna ya, soalnya buktinya ada disini"
Raffi menunjukkan ponsel Luna.
Linda dan Riska mengangguk paham.
Raffi bergegas pergi ke kantor polisi.

***
Raffi cukup lega, semua bukti yang dia berikan termasuk jepit rambut yang ditemukan Rino membuahkan hasil.

Pelakunya sudah ditangani oleh polisi. Pelakunya tidak lain Rasya dan teman-temannya. Mereka juga sudah mengakui perbuatannya.

Karena masih di bawah umur, Rasya dan teman-temannya hanya ditahan beberapa bulan saja.

***
Hari ini Luna sudah diperbolehkan untuk sekolah. Luna berangkat di antar mamihnya.

Luna segera bergegas menuju kelasnya. Disana cukup sepi, hanya ada Raffi sendirian di bangku pojok belakang.

Luna berjalan mengahampiri Raffi dengan senyum yang tak pernah lepas.

"Bintangg"
Sapa Luna lalu duduk disamping Raffi.

"Hmm"
Raffi hanya menyahutnya dengan deheman.

"Makasih ya, udah nyelamatin Luna"
Luna tersenyum lebar ke arah Raffi.

"Gue nyelamatin lo itu demi mamih, bukan karena lo"
Ujar Raffi dingin.

"Bodo amat. Oh iya Bintang kangen ya sama Luna?"

"Gue? Kangen sama lo? Gue heran, lo bisa bahasa Indonesia gak sih? Gue udah berapa kali bilang gue itu benci sama lo?"
Luna tertawa mendengar perkataan Raffi. Raffi bingung apa yang lucu dari perkataannya

"Gak mau ngaku nih? Oke Luna ceritain pas Bintang nemenin Luna, Luna denger kok Bintang bilang gini
"Gue kangen sama lo nona Gabriella"
Iya kann"
Luna memperagakan cara Raffi berbicara.

Degg!

"Bagaimana dia bisa tahu, aduh nyesel gue ngomong gitu. Gue bego banget anjir"
Batin Raffi.

"Lo nguping?"

"Gak kok. Kan Luna udah sadar, terus Bintang bilang gitu ke Luna, ya Luna denger lah"

"Oooh, lo pura-pura pingsan gitu?"
Tuduh Raffi.

"Eemm, iya"

"Argghhhs Lo tu ya"
Raffi sangat geram dengan gadis itu.

"Bintang juga bilang, kalo Bintang udah maafin Luna, huaa makasih ya Bintang. Luna terhuraaa"
Luna sangat bahagia nampaknya.

"Terharu anjirr, terhura pala lu"

"Bodo amat. Intinya hari ini Luna dan Bintang baikan"
Luna ingin memeluk Raffi karena saking bahagianya.

"Ets, main peluk aja nih anak, pergi lo, gue udah maafin lo, tapi bukan untuk temenan, ngerti"
Ucap Raffi dingin.

Seketika Luna terdiam. Luna terkejut dengan penuturan Raffi barusan. "Gue udah maafin lo, tapi bukan untuk temenan" kata-kata itu tergiang di pikiran Luna.

Luna bangkit dari kursinya.

"Oh, yaudah"
Luna tersenyum tipis, lalu pergi ke luar kelas.
Raffi heran ada apa dengan gadis itu.

***

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Where stories live. Discover now