SAKIT YANG SAMA

67 13 0
                                    

Esoknya, Elang sudah membeli rumah baru untuk mereka. Layaknya keluarga, mereka harus tinggal satu rumah.

"Nak, kamar kamu disamping kamar Dimas ya, jadi kalo ada apa-apa kamu bisa manggil Dimas"
Elang mengacak rambut Luna.

"Oke pih"
Luna membawa kopernya menuju kamar. Luna tercengang. Kamarnya satu ini menurutnya sangat besar.

"Busett, gue berasa anak sultan beneran ini mah"
Luna langsung melompat ke kasur Queen size nya.

"Dek, ada Raffi di luar!"
Dimas berteriak. Luna bergegas menuju pintu.

"Eh kok lo tau gue disini?"
Luna heran.

"Kita satu komplek"
Raffi tersenyum.

"Seriuss, wah jadi sering ketemu deh"
Luna melompat girang.

"Seneng banget bisa deket terus  sama gue"
Raffi tertawa. Luna tersipu malu.

"Jalan yuk"

"Kemana?"

"Kemana aja, abang siap nganterin"

"Hehe bisa ae lu. Gue ganti baju dulu, lo pulang aja nanti gue ke rumah lo, oh iya rumah bunda arahnya yang mana?"

"Simple ae. Lo keluar dari rumah lo, terus belok kiri, terus lurus aja ntar lo juga pasti tahu"

"Oke bos"
Luna tersenyun. Raffi pun pamit untuk pulang.

"Mih,pih,kak Luna pamit ya, mau jalan sama Raffi"
Luna tersenyum.

"Hati-hati ya nak"

"Oke pih"
Luna pun menyalami kedua orang tua dan kakaknya.

Luna pun berjalan menuju rumah Raffi. Setelah berjalan seperti orang bodoh, dari jauh Luna melihat rumah Raffi.

Luna pun mempercepat langkahnya. Saat akan sampai, Luna melihat Raffi menaiki motor dan melaju meninggalkan rumah bersama Rasya.

Luna menatap kepergian Raffi dengan kecewa. Begini rasanya Raffi saat Luna mengingkari janjinya. Sakit.

Luna masih tetap melangkah ke rumah Raffi.

"Assalamualaikum"
Luna mengetuk pintu dan terlihat Linda membuka pintu.

"Eh sayang, masuk dulu yuk"

"Eh gak usah bun, oh iya Raffi ada?"
Luna melontarkan pertanyaan bodoh itu. Sudah jelas Raffi pergi bersama Rasya.

"Barusan pergi sayang sama Rasya, emang kenapa?"

"Hehe gak apa-apa bun, cuman pengen main sama Raffi. Tapi Raffi nya udah pergi, yaudah deh Luna pulang ya bun, besok Luna main deh sama bunda"
Luna masih saja bisa tersenyum.

"Yaudah kalo gitu, hati-hati ya sayang"
Luna mengangguk dan segera pamit pulang ke rumahnya.

"Assalamualaikum"
Luna langsung membuka pintu dengan tertunduk.

"Lho kok cepet banget nak, terus kok sedih gitu?"
Elang menatap heran putrinya.

"Hiks, Luna gak jadi jalan sama Raffi"

"Lho kenapa sayang?"

"Raffi udah pergi sama Rasya"
Luna menangis cukup kencang sampai Dimas keluar dari kamarnya.

"Udah sayang, mungkin kamu salah paham. Siapa tahu urusan Rasya lebih penting dari jalan-jalan. Kan bisa besok nak"
Elang menenangkan putrinya.

"Iya pih"
Luna masih setia memeluk Elang.

"Kenapa lu dek?"
Dimas yang penasaran langsung menanyakan kepada Luna.
Dengan terisak Luna menceritakan semuanya.

"Udah gak usah nangis, bener kata papih, siapa tahu urusan si Rasya lebih darurat daripada jalan-jalan. Masih banyak hari esok dek"
Dimas berjalan menuju kamarnya.

"Katanya mau jalan-jalan, yuk sama papih"
Luna mendongak menatap Elang.

"Kemana pih?"

"Terserah kamu sayang".
Luna menghapus air matanya dan mengangguk. Karena hari ini libur, Elang bisa menemani putrinya jalan-jalan.

Mobil Elang pun melaju meninggalkan perkarangan rumah. Luna mengajak Elang pergi ke Dufan.

"Pih pengen es krim"

"Ayok"
Elang mengajak Luna ke tempat es krim. Luna izin pamit ke toilet.

"Eh Raffi, pas banget ketemu disini".

"Eh pih"
Raffi menyalami Elang.

Luna datang dan terkejut melihat Raffi di situ dan masih bersama Rasya.

"Luna pas banget kita ketemu Raffi disini, kita Jalan bareng yuk nak"
Ajak Elang.

"Gak mau. Luna pengen pulang aja"
Luna berjalan ke arah parkir.

"Kayaknya dia masih marah sama kamu nak. Yaudah nanti kamu ke rumah aja, jelasin sama dia. Papih tau kok dia salah paham"
Elang tersenyum. Rasya merasa bersalah saat ini.

"Iya pih"

"Yaudah papih pulang dulu ya Raffi, Rasya"
Raffi dan Rasya hanya mengangguk.

"Maafin gue ya"
Rasya menatap Raffi.

"Ya"
Raffi membalas apa adanya. Setelah selesai Raffi mengajak Rasya pulang. Setelah selesai mengantar Rasya pulang, Raffi langsung menuju rumah Luna.

Raffi mengetuk pintu.Riska berjalan untuk membuka pintu. Saat akan membuka pintu Riska di cegah oleh Luna.

"Kenapa sih? Cuman masalah sepele kok di besarin. Kamu juga pernah bikin Raffi kayak gini kok. Jadi kalian impas nak"
Riska menjelaskan. Luna hanya mengangguk.

"Raffi masuk nak"
Raffi mengangguk dan duduk di samping Luna.

"Sorry"
Tidak ada jawaban dari gadis itu. Raffi memilih menjelaskan semuanya.

Flashback on
Raffi sudah siap dan mengeluarkan motornya. Saat ingin menstarter motor, Rasya tiba-tiba menghampiri Raffi.

"Fi anterin gue bentar ya ke Dufan, please"
Rasya memohon.

"Gak, gue udah ada janji sama Luna"
Raffi menolak menta mentah.

"Sebentar aja, gue mau beli es krim buat ponakan gue. Mobil gue di bawa sama orang tua gue. Ya please?"

"Emang bokapnya ponakan lo mana? Kan masih ada tetangga yang lain. Kenapa harus gue, udah ah gue mau cabut"

"Yaelah pelit banget. Bokapnya lagi pergi. Gue gak terlalu deket sama tetangga disini. Ya Fi please, ponakan gue lagi nangis keceng banget. Gendang telinga gue aja hampir rusak"
Rasya memohon. Akhrinya Raffi mengangguk dengan malas.

Flashback off.

"Jadi, lo gak selingkuh kan sama Rasya?"
Luna menatap Raffi.

"Gak dong, lo kan istri gue. Maafin suami yang ganteng ini ya"
Raffi memeluk Luna. Luna membalas.

"Iya, istri maafin kok"
Raffi tersenyum. Begitupun dengan Luna.

                  ***

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Where stories live. Discover now