PENGHIBUR GRATIS

79 21 0
                                    

Sudah dua jam lebih Luna bersandar pada bahu Riska sambil terisak. Riska tidak tahu bagaimana cara menenangkan Luna.

"Udah sayang, jangan nangis terus dong, mungkin Angga bukan yang terbaik buat kamu"

"Luna ngerti kok mih hiks, cuman Luna kecewa aja kenapa harus secepet ini Luna sama Angga pisah"

"Lebih cepat lebih baik sayang, kalo lebih lama lagi, mungkin lebih sakit dari ini yang kamu rasakan"

"Hiks iya mih"

"Yaudah mamih ke dapur dulu ya, mau masak"

Luna mengangguk dan memilih untuk rebahan di sofa.

Riska mengambil ponsel dan memutuskan untuk menelpon Linda.
Riska menceritakan semua yang Luna alami barusan.

Sudah setengah jam Luna hanya uring-uringan di sofa. Jam masih memunjukkan lima sore.

"Assalamualaikum"
Terdengar seseorang mengetuk pintu. Luna tidak peduli, ia masih saja sibuk dengan dunia galaunya.

Riska berjalan membuka pintu dan mengajak orang itu masuk ke dalam rumah.

Seseorang duduk di sofa samping Luna.

"Udah galaunya?"
Raffi menatap Luna datar. Yups orang itu adalah Raffi.

"Diem"
Luna langsung duduk.

"Yaudah, sekarang maunya apa? Makan? Es krim? Nasi goreng? Ayam panggang? Atau Angga panggang?"
Raffi menyebutkan semua jenis makanan kesukaan Luna termasuk Angga.

"Lho kok Angga sih?"

"Ya kalo gak mau terus apa Luna?"
Sekali lagi Raffi bertanya.

"Pengen ayam panggang"

"Yuk"

"Yuk kemana kampret, yang jelas dong!"
Luna sedikit berteriak.

"Ke rumah gue, bunda lagi masak ayam panggang di rumah"

Luna berlari keluar rumah dengan cepat. Raffi terkejut dan berlari mengejar Luna takut gadis itu tiba-tiba ingin bunuh diri.

"Woy lu mau kemana"
Raffi mengejar Luna sampai depan rumah.

"Katanya mau ke rumah bunda, ayok"
Luna langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk.

"Ya Allah, kirain apa"
Raffi langsung masuk ke mobil. Soa Riska, Riska sudah tau Raffi akan mengajak Luna ke rumah Linda.

                ***

"Assalamualaikum"
Luna mengetuk pintu rumah Raffi. Raffi baru saja keluar dari mobil dan menghampiri Luna.

Pintu terbuka dan menampakkan Linda yang sedang memakai celemek.

"Bundaaa"
Luna langsung memeluk Linda. Ya sepertinya Luna akan sangat cengeng jika sesekali tersakiti. Lihat saja saat memeluk Linda, Luna masih saja sempat untuk menangis.

"Jangan sedih dong sayang, kan ada bunda disini, mungkin Angga belum jodoh sama kamu nak. Oh iya katanya mau ayam panggang?"

"Hiks, mau bun"
Linda mengajak Luna masuk dan duduk di atas sofa.

"Yaudah, kamu duduk disini ya sama Raffi, bunda mau lanjutin masaknya biar kamu cepet juga makan ayamnya"

"Iya bun"

"Senyum dulu dong"

Luna tersenyum tulus kepada Linda.

"Nah, cantik banget anak bunda, jangan nangis lagi ya manis"

"Oke bun"
Luna tersenyum lagi untuk kesekian kalinya. Linda berjalan masuk ke dapur meninggalkan Luna dan Raffi.

"Gak usah manyun gitu bibirnya, udah kayak bebek lo"
Raffi mengejek Luna.

"Orang cantik gini di bilang kayak bebek"
Luna menggerutu pelan, tapi masih terdengar oleh Raffi.

"Kalo lo cantik, gak mungkin kan Angga ninggalin lo, terus punya pacar baru, kaciann"
Raffi malah memperburuk keadaan.

"Huaaa bundaaaa"
Luna berlari ke arah dapur mengadu kepada Linda. Raffi meneguk pelan salivanya. Sepertinya akan ada drama antara anak kandung yang tak di anggap.

Linda keluar dengan Luna yang setia menggandeng tangannya.

"Raffi! Udah tau Luna lagi sedih, kamu malah bikin dia makin nangis, jangan gitu dong sama Luna, harusnya kamu hibur, ini malah bilang Luna gak cantik, masa anak bunda yang paling cantik ini dibilang kayak bebek. Awas ya, sekali lagi kamu bikin Luna nangis, bunda gak akan sisain kamu ayam panggang!"

"Lho bunda kok gitu sih, iya iya Raffi minta maaf. Raffi becanda kok, Luna nya aja yang baperan"
Raffi membela diri.

"Bunda gak mau tau alasan kamu"

Raffi hanya diam. Beginilah jika Luna kerumahnya. Raffi merasa menjadi anak tiri dadakan.

"Sayang, kamu duduk dulu ya. Kalo Raffi ganggu kamu lagi, bilang aja sama bunda oke"

"Oke bun"
Linda pun kembali ke dapur melanjutkan aksi memasaknya.

1 detik
2 detik
3 detik

"Ahahahha rasain lo nyet. Makanya jadi orang gak usah rese deh. Luna kok dilawan"

"Halah, lo tukang ngadu kampret".

"Emang gue pikirin".

Saat Raffi ingin membalas, Raffi melihat seekor ulat di bahu Luna. Tepatnya di baju Luna.

Raffi berlari dan bersembunyi dibalik sofa.

"Lun, itu ada ulet di baju lo"
Raffi masih saja bersembunyi sambil sesekali melihat ulat di baju Luna.

Tanpa merasa takut dan jijik, Luna mengambil ulat tersebut. Seketika ide cemerlang Luna timbul.

Luna mengendap-endap ke arah Raffi. Raffi tidak tau jika Luna berada di belakangnya.

"Raffi"
Luna melempar ulat tersebut ke baju Raffi. Raffi melompat tak karuan.

"Woyyy anjir, Luna goblok. Bantuin kampret. Uleet anjir gue takuttt, woyyy huaaa bantuinn"
Raffi berlari-lari sambil melepaskan ulat tersebut dari badannya.

"Hahahah mampuss! Lucu banget dah"
Luna tertawa ngakak.

Setelah merasa aman. Raffi berjalan ke arah Luna dan mengejar gadis itu. Luna berlari sambil sesekali tertawa. Tanpa mereka sadari mereka berlari di sekitaran kolam renang di belakang rumah Raffi.

Byuuuurr!
Karena tidak melihat ke depan, Luna tercebur dan untungnya Raffi bisa menghentikan larinya.

"Hahaha, karma udah otw Lun. Rasain lo"

"Woyy tolongin, gue gak bisa berenang"
Luna seperti akan tenggelam. Raffi langsung melompat ke dalam kolam tersebut dan menyelamatkan Luna.
Luna langsung digendong oleh Raffi.
Luna hanya nyengir tanpa dosa.
               ***

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang