DISEKAP

119 21 0
                                    

Riska berdiri di depan Rumahnya sambil menunggu Luna. Sudah pukul 19:00 malam dan Luna belum pulang. Riska coba menelpon Luna tapi tidak di angkat.

Riska pun memutuskan untuk pergi ke rumah Linda siapa tau Luna ada disana.

Sesampai disana Riska langsung masuk dan menemui Linda.

"Lin, Luna ada kesini gak? Soalnya dari tadi gak pulang-pulang"
Riska tampak cemas sekali.

"Emang Luna kemana, dari tadi Luna belum kesini"

"Aku juga gak tau, aku udah nelpon tapi gak di angkat"
Riska langsung menangis memeluk Linda.

"Aku panggilin Raffi dulu ya, siapa tau Raffi tau dimana keberadaan Luna"
Linda segera menaiki tangga menuju kamarnya Raffi.

"Raffi keluar dulu nak"
Linda mengetuk pintu Raffi.

"Iya bun, ada apa?"
Raffi cukup terkejut melihat bundanya yang tampak sekali khawatir. Linda pun mengajak Raffi ke bawah untuk menemui Riska.

Lagi-lagi Raffi dibuat terkejut melihat Riska menangis.

"Lho mamih kok nangis, emang ada apa bun?"
Raffi menanyakan kenapa Riska menangis dan apa yang terjadi.

"Bunda mau nanya, kamu ketemu Luna gak? Soalnya dari tadi Luna belum pulang nak, ini udah malem"

"Luna belum pulang?"
Batin Raffi.

"Terakhir, Raffi liat Luna di sekolah, tadi dia emang agak lama sih bun pulangnya alasannya dia pengen piket kelas dulu"

Raffi mengingat kembali kejadian sore tadi.Seketika Raffi ingat jika Luna akan menuju jalan Ahmad Yani untuk membantu Liah.

Raffi pun langsung menelpon Liah.

"Eh, Luna ada sama lo gak?"
Tanya Raffi tanpa basa basi

"Gak,gue sekarang lagi di rumah"

"Lho bukannya Luna nyamperin lo ya, katanya motor lo mogok"

"Lho gue aja tadi pulang di jemput mama gue pakai mobil, gue gak ada bawa motor tadi pagi"

"Lo serius?"
Raffi tampak kaget atas penuturan Liah.

"Iya, emang kenapa? Luna gak apa-apa kan Fi"

"Luna belum pulang sampe sekarang, gue curiga ada yang jebak Luna kayaknya, lo telpon Rino sama Raka, bilang sama mereka susulin gue ke jalan Ahmad Yani sekarang!"

Raffi langsung mematikan ponselnya dan langsung pergi membawa mobil ke jalan Ahmad Yani.
    
                ***
Perlahan mata Luna terbuka, pemandangan yang dia lihat pertama kali adalah rumah tua yang sudah sangat kotor.

Luna di ikat di kursi dengan mulut yang ditempelkan lem. Luna tidak bisa berteriak. Nafasnya sudah ngos-ngosan. Luna kekurangan pasokan udara.

Untungnya Luna cukup pintar dalam keadaan saat ini. Luna melihat ada paku yang tertancap di kayu di samping kursinya.

Luna mendekat dan mencoba melepaskan lem yang ditempelkan di mulutnya.

Luna bernasib baik, lem tersebut pun lepas dari mulut Luna, meskipun terdapat luka goresan di samping mulutnya.

"Siapa sih, yang nyekap gue kayak gini, kurang kerjaan banget, beraninya keroyokan lagi"
Luna mendumel.

Nafasnya tersengal rumah itu sangat kekurangan udara sehingga membuat Luna kesulitan bernafas.

"Tolonng, siapun di luar tolongin gue!"
Teriak Luna. Sudah setengah jam Luna berteriak sampai-sampai tenaganya terkuras habis.

"Si..aapapun.. too.. tolongin.. gu gu e.."
Luna sudah tidak bisa apa-apa lagi.
Suaranya sudah habis.
               
                  ***
Raffi sudah sampai di tempat tujuan. Raffi langsung berteriak memanggil Luna.

Mendengar suara orang berteriak Luna langsung membuka matanya dan ingin meminta bantuan.

Meski suaranya sudah habis tapi Luna belum ingin menyerah.

"To..longg.. tolongin gue"
Lirih Luna. Luna melihat ada kayu yang cukup besar.

Dengan susah payah Luna menendang kayu tersebut dan mengenai pintu rumah tua itu, dan menimbulkan suara yang cukup keras.

Mendengar ada suara benturan ysng cukup keras Raffi segera menuju ke arah suara tersebut.

"Lunaa, lo di dalem? Kalo lo ada di dalem lo teriak"
Teriak Raffi dari luar.

"Tolongin gu.uee Bin.tan..g"
Samar-samar Raffi mendengar suara minta tolong dari dalam rumah tersebut.

Meski tidak jelas tapi Raffi mendengarnya.

Raffi mencoba mendobrak pintu tersebut, namun tenaganya tidak cukup untuk mendobrak pintu itu sendirian.

Untungnya tidak lama kemudian, Rino dan Raka datang menghampiri Raffi.
Raffi memberi aba-aba untuk mereka bertiga mendobrak pintu tersebut.

Dan akhirnya pintu itu terbuka. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Luna yang sudah tidak sadarkan diri dan di ikat menggunakan tali di sebuah kursi.

Raffi terkejut dan langsung melepaskan tali yang mengikat Luna, Raffi menyuruh Raka untuk menyiapkan mobil untuk membawa Luna ke rumah sakit.

Raffi langsung menggendong Luna menuju mobil.

"No sekarang lo ke rumah itu lagi, dan cari bukti siapa yang ngelakuin ini  sama Luna"
Rino mengangguk dan langsung kembali ke rumah tua itu lagi.

Dengan gerakan cepat Rino sudah kembali selang beberapa menit dan mendapatkan suatu bukti yang cukup kuat.

Sebuah jepit rambut. Raffi sangat tau siapa pemilik jepit rambut itu.

Tanpa membuang waktu mereka langsung menuju rumah sakit.
 
               ***

Luna sudah ditangani oleh dokter. Raffi sudah menelpon Riska dan Linda jika Luna sekarang berada di rumah sakit.

Selang beberapa waktu Riska datang dengan Linda. Riska langsung menangis melihat putrinya di ruangan ICU.

"Raffi, Luna kenapa kok bisa gini nak?"
Linda penasaran apa sebenarnya yang terjadi.

"Ceritanya panjang bun, untungnya kita tahu siapa dalang dari semua ini"
Raffi cukup yakin siapa penyebab kejadian ini.

"Sekarang kita mau ngumpulin bukti-bukti yang lebih banyak lagi tante".
Raka menimpali.

Dokter pun keluar dari ruangan tempat Luna di rawat.

"Gimana dok keadaan anak saya? Dia gak apa-apa kan dok?"
Riska masih terisak.

"Keadaannya sekarang sudah cukup stabil, dia hanya kekurangan pasokan udara"

Dokter tersebut langsung pamit ke ruangannya. Riska pamit pulang ke rumah bersama Linda untuk mengambil baju dan perlengkapan lain untuk Luna.

Rino dan Raka juga sudah pamit pulang. Raffi disuruh untuk menjaga Luna.

"Maaf dek, ini ponsel Luna kami temukan di kantong rok nya"
Seorang suster memberi ponsel Luna kepada Raffi.

"Makasih sus"
Raffi membuka ponsel Luna. Raffi heran kenapa perekam suara Luna sudah terputar dari sore tadi.

"Emang rekaman apa ya?"
Batin Raffi penasaran.
 
               ***

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Where stories live. Discover now