FESTIVAL KULINER

109 19 0
                                    

Luna segera mengikuti Raffi masuk ke dalam mobil. Tidak ada yang memulai percakapan, semua hening.

Butuh waktu 15 menit mereka sampai di tempat Festival. Mereka pun sampai dan Luna terburu-buru keluar dari mobil. Luna melongo dengan mulut terbuka lebar.

1 detik
2 detik
3 detik

"Huaaa makanannya banyak bangett!! Gilaa bisa bengkak gue disini,aaa gue mau coba semuanya"
Luna berjingkrak layaknya anak kecil. Luna sangat bahagia, makanan yang banyak + bersama Raffi.
Kebahagian yang hakiki bagi Luna.

"Norak banget"
Desis Raffi. Luna memajukan bibirnya kesal.

"Bodo amat,yang penting makan banyak"
Luna tertawa sambil menatap Raffi.

Raffi hanya berdecih dan berjalan meninggalkan Luna.

"Ih Bintang, tungguin Luna dong"
Luna berlari mengejar Raffi dan mensejajarkan langkah mereka.

Raffi mengajak Luna ke stand es krim. Luna sangat bersemangat mendengar kata "es krim" Luna berjalan mendahului Raffi.

"Bintang mau rasa apa, biar Luna pesenin"
Luna menanyakan kesukaan Raffi apa.

"Terserah"

Luna mengernyitkan dahinya. Sedikit bingung apa yang dimaksud dengan es krim "terserah".

"Gini ya Bintang, Luna udah 16 tahun hidup gak pernah denger namanya "es krim terserah" emang ada ya?
Luna nampak berfikir keras.

Raffi mendengus kesal. Pasalnya setahu Raffi Luna adalah gadis yang pintar, kenapa berubah menjadi bego banget kalo lagi bahas es krim.

"Maksud gue terserah mau rasa apa Lunaaa, ngerti?"
Raffi menekankan kata-katanya agar gadis itu paham yang dimaksudnya "terserah".

"Ohhhh bilang dong"
Luna tertawa tanpa dosa. Lalu berjalan mengantri untuk membeli es krim kesukaannya.

Luna baru ingat, waktu kecil Raffi sangat menyukai es krim rasa green tea.

"Bang, es krim dua ya, yang satu rasa Vanilla dan yang satunya lagi rasa Green tea"
Luna memesan es krim tersebut dengan cukup keras.

Raffi terkejut. Ternyata Luna masih saja ingat es krim kesukaannya.

Luna dan Raffi memilih duduk di depan stand es krim, yang memang sudah di siapkan tempatnya.

Saking semangatnya Luna sampai belepotan memakan es krim tersebut.

"Bintang, bersihin dong. Bibir Luna belepotan nih,yaa please"
Luna memohon kepada Raffi.

"Tangan lo ada dua, bersihin sendiri gak usah manja!"

"Ih, kalo bersihin sendiri ntar gak romantis,kan kalo Bintang yang bersihin kan romantis kayak orang pacaran gitu"
Luna masih berharap Raffi menurutinya.

"Gue bukan pacar lo!"
Jelas Raffi.

Luna hanya menggerutu kesal. Sebagian laki-laki biasanya tanpa disuruh pasti akan membersihkan sisa es krim yang belepotan seperti dirinya barusan.

Luna membersihkannya dengan kesal.

"Mendingan sama Bagas aja tadi"
Gerutu Luna, tapi masih didengar oleh Raffi.

"Yaudah pergi aja"

"Ini aja lo yang gak nyuruh gue sama Bagas bego"
Luna sangat kesal saat ini.

"Masa sih?"

"Lo tu pura-pura bego atau emang bego beneran atau gimana?"

"Makasih, gue tau gue pintar"

"Gak nyambung anjir"

"Yuk"
Ajak Raffi sambil menggandeng tangan Luna.

"Yuk apaan ya Allah, yang jelas dikit kek. Ciee Bintang megang tangan Luna"
Raffi tidak melepaskan genggaman itu malahan semakin erat.

"Mau makan lah. Gak usah PD gue pegang tangan lo,biar lo gak ilang"

Raffi menarik Luna menuju stand makanan yang lain. Sekarang mereka mampir di stand bakso. Terdapat banyak varian bakso disana. Bakso beranak, bakso urat, bakso setan, dan banyak lagi.

Karena penasaran, Luna memesan bakso setan yang katanya sih pedes banget.

Raffi hanya mengikuti kemauan gadis itu. Tidak lama kemudian, pesanan mereka pun sampai. Karena sudah tidak sabar, tanpa aba-aba Luna langsung memakan bakso yang panas dan super pedas itu.

"Haa haa panas panas, pedas bangett aaaa bantuin dongg"
Luna mengeluarkan lidahnya sambil mengibas ngibaskan menggunakan tangannya.

Raffi pun mengambil air untuk Luna dan Luna langsung meneguknya sampai habis.

"Dasar bocah".
Raffi menggelengkan kepala melihat Luna yang masih kepanasan.
Luna hanya nyengir tanpa dosa.

"Gilaa! Enak banget baksonya".
Luna sangat menikmati bakso setan tersebut.

Setelah selesai Luna dan Raffi memilih mengelilingi stand yang ada. Setelah puas, Raffi mengajak Luna untuk pulang

                ***

Luna sudah sampai dirumahnya. Luna berjalan masuk diikutin Raffi di belakanngnya.

Raffi langsung duduk di sofa ruang tengah sambil memainkan ponselnya.

"Bintang!".

"Hmm"

"Emang bener ya, Bintang gak mau temenan lagi sama Luna?"

"Iya, gue emang gak mau temenan lagi sama lo!"

"Beneran?"

"Hmm"

"Bintang yakin?"

"Iya"

"Yakinn?"

"Iyaaa"
Nada Raffi semakin tinggi.

"Hmm yaudah, kan Bintang yang gak mau temenan sama Luna, tapi Luna mau temenan sama Bintang"
Luna kembali tersenyum.

"Huuf, lo kenapa sih ngotot banget mau temenan sama gue?"
Tanya Raffi dengan muka datarnya.

"Lo kan sahabat gue, gak ada sejarah persahabatan itu putus, kecuali yang pacaran"
Kata Luna enteng.

"Tapi gue gak mau sahabatan lagi sama lo"

"Harus mau lah"

"Kok lo maksa?"

"Terserah gue dong, apa salahnya sih kita sahabatan lagi. Kan dulu gue pindah ke Bandung itu dadakan Raffi, gue juga gak pengen pisah sama lo, gue juga pengen pamit sama lo sama bunda, tapi udah gak sempet, waktunya mepet. Lo harus ngerti!"

Kali ini Luna berkata serius. Raffi hanya terdiam memebenarkan perkataan Luna. Sedikit banyaknya semua itu benar. Raffi sedikit merasa bersalah karena keegoisannya yang tidak mau mendengarkan penjelasan Luna.

"Iya deh, iyain aja. Terserah lo"
Raffi kembali fokus menatap ponselnya.

"Jadi kita sahabatan lagi kann?"
Luna sangat berharap.

"Hmm"

"Alhamdulillah ya Allah, Engkau kabulkan doa hamba"
Luna bersujud di atas karpetnya.

"Lebay"
Gerutu Raffi melihat tingkah Luna.

"Makasih ya Bintang kecil ku"
Luna bersorak senang.

"Oh ya, satu lagi gak usah manggil gue Bintang, semua orang aja manggil gue Raffi. Gak usah beda sendiri deh"
Raffi nampaknya kesal karena panggilan Luna.

"Yaudah deh, asal kan kau bahagia"
Luna berlagak layaknya vokalis Armada.

"Ish najis"
Batin Raffi.
   
                ***

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang