HAMPIR

49 10 0
                                    

Luna bergegas menuruni tangga untuk menemui Eza yang sudah menunggunya dari tadi.

"Kamu lama banget sih"
Riska menatap putrinya jengah.

"Hehe, sorry mih, namanya juga cewek"
Luna nyengir.

"Yaudah kita pamit ya tante"

"Iya, pulangnya jangan kemaleman ya"

"Oke tan"
Eza melangkah keluar, di ikuti Luna di belakangnya.

Disisi lain.
Raffi sedang menatap langit-langit kamarnya bosan. Raffi masih saja sibuk memikirkan Luna.

Sejenak Raffi teringat alat pelacak yang ada di cincin yang ia berikan kepada Luna. Raffi pun bergegas mengambil ponsel dan mencari dimana Luna berada.

Raffi mengernyitkan dahi. Melihat arah yang sedang Luna tuju.

Club malam? Ngapain Luna ke tempat laknat kek gitu? Batin Raffi.

Tanpa menunggu lama lagi, Raffi bergegas mengambil kunci mobil dan segera menyusul Luna.

***
"Lho kak, kok disini??"
Luna mulai gelisah saat berada di tempat yang penuh zina itu.

"Udah gak apa-apa, kan ada gue. Lagian acaranya di lantai atas"

"Gak, gue gak mau masuk ke tempat beginian, gue tunggu disini aja!"
Luna menolak mentah-mentah.

"Bawel banget sih"
Eza tak menggubris perkataan Luna dan langsung menarik Luna masuk ke dalam.

"Kak gue mau pulang"
Luna ketakutan.

"Bisa diem gak sih?!" Eza membentak Luna kasar.

"Gue takut kak, ayok anterin gue pulang! Gue gak mau disini"
Eza diam dan menarik Luna menuju lantai atas. Eza mencari-cari seseorang dan orang yang dicari pun terlihat. Eza berjalan ke arah orang tersebut sambil menarik Luna paksa.

Luna menatap laki-laki yang sudah berkepala empat itu takut.

"Ini om, orang yang saya ceritain"
Laki-laki itu menatap Luna dengan senyuman yang menurut Luna sangat menjijikan itu.

"Hmmm, boleh juga. Yaudah saya terima tawaran kamu"
Laki-laki itu mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya kepada Eza.
Eza kemudian menerima uang tersebut dan meninggalkan Luna bersama laki-laki itu.

"Kak!! Jangan tinggalin gue"
Luna ingin berlari mengejar Eza, namun tangannya di cekal oleh laki-laki hidung belang tersebut.

"Mau kemana sih cantik? Temenin om yuk?"

"Gak!! Gue gak mau!!"
Laki-laki itu sudah emosi dan menarik tangan Luna lalu memaksa Luna masuk ke kamar yang ada di tempat itu. Luna meringkuk di atas ranjang sambil menangis, sedangkan laki-laki hidung belang tersebut hanya tersenyum penuh kemenangan.

"Jangan deket-deket!!"
Luna berteriak.

"Kenapa sih, galak bener sama om"
Laki-laki itu tertawa. Luna menangis sesenggukan di pinggir kasur.

"Pergi lo brengsek!!"
Luna semakin mundur dan laki-laki itu semakin mendekat padanya.

Brakkk!!
Pintu didobrak kasar oleh Raffi. Terlihat jelas emosi laki-laki itu sedang menyalang.

Raffi berlari dan langsung menghajar laki-laki hidung belang tersebut tanpa ampun.

"Brengsekk lo!!"
Raffi masih saja memukul laki-laki itu. Luna berlari dan bersembunyi di belakang Raffi.

"Heh bocah! Saya udah bayar dia mahal ya!!"

"Saya gak peduli, dia istri saya!!"
Raffi berteriak di depan laki-laki itu.

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Where stories live. Discover now