MAAF

67 15 0
                                    

Luna masuk ke dalam ruangan Raffi. Sedangkan Rino dan Raka hanya memperhatikan dari Luar.

"Fi bangun dong"
Terdengar isakan dari bibir Luna.
Tidak ada jawaban. Luna semakin menjadi. Luna tahu keadaan Raffi sudah membaik sekarang ini, tapi Luna tidak sanggup melihat sahabatnya terbaring lemah.

"Hiks, maafin gue. Raffii bangun"
Luna sedikit mengguncangkan tubuh Raffi. Masih tidak ada jawaban. Isakan Luna semakin keras.

Rino dan Raka sedikit iba.

"Kasihan ya si bos"
Terpampang raut sedih dari wajah Raka.

"Iya, kagak tega gue liatnya, apalagi si Luna. Sedih banget kayaknya"

"Iya, seumur-umur baru kali ini si bos masuk Rumah Sakit, lo tau kan si bos anti banget sama Rumah sakit"

Rino mengangguk menyetujui perkataan Raka.

"Raffii bangun dongg"
Luna masih saja membangunkan Raffi.
Karena sudah lelah Luna akhirnya tertidur.

"Luna bangun sayang"
Riska membangunkan Luna.

"Yuk pulang, udah malem besok kamu mau sekolah"

"Gak mau mih,Luna pengen jagain Raffi disini"

"Tapi besok kamu sekolah sayang,pulang sekolah kita kesini lagi ya"

"Gak mauu"

"Luna pulang dulu sayang, besok kan Luna sekolah, nanti kalo udah pulang dari sekolah baru kesini lagi"
Linda membujuk Luna.

Luna mengangguk. Dan berjalan keluar dari ruangan Raffi.

                ***

Luna memasuki kelasnya dengan langkah gontai. Tidak ada semangat hidup dari gadis ini.

"Lun, lo kenapa?"
Liah khawatir melihat Luna tidak seperti biasanya.
Luna hanya menggeleng.

"Udah Lun, jangan sedih gitu. Gue yakin Raffi baik-baik aja kok"
Liah menyemangati Luna. Semua orang sudah tahu kejadian yang menimpa Raffi.

"Iya Lun, doain aja bos Raffi cepet sembuh"
Raka menimpali. Rino hanya mengangguk.

"Lun, maafin gue yah, ini semua salah gue. Gue yang gak jagain lo"
Bagas meminta maaf kepada Luna.

"Gak apa-apa kok, gak ada yang salah"
Luna tersenyum.

                ***

Pulang sekolah, setelah berganti baju dan makan siang, Luna langsung bergegas menuju rumah sakit.

Luna ditemani Riska. Setelah lebih dari setengah jam, mereka pun sampai di Rumah Sakit tempat Raffi dirawat.

Luna berlari menuju ruang Raffi.
Linda ssdang duduk tersenyum menyambut kedatangan Luna dan Riska. Luna meminta izin untuk masuk ke ruangan Raffi.

Luna membuka pintu, dan melihat Raffi sudah sadar. Bahkan sekarang sedang memegang ponsel sambil memainkan game kesukaannya.

Luna langsung merebut ponsel Raffi dari tangannya.

"Lho kok gitu sih!?"
Raffi kesal.

"Lo itu lagi sakit bego, sempet-sempetnya lo main game"

Raffi hanya memalingkan mukanya.

"Ngapain lo kesini? Gue bukan siapa-siapa dihidup lo, udah deh mendingan lo pulang"
Luna terkejut atas penuturan Raffi. Luna terdiam, Luna menyesal mengatakan itu kepada Raffi.

"Ya maaf"
Lirih Luna.

"Keluar!"
Raffi menunjuk ke arah pintu.
Luna hanya menggeleng kecil.

"Lo budeg atau gimana? Gue bilang keluar!"
Raffi meninggikan suaranya. Untungnya Linda dan Riska sedang pergi keluar ada urusan sebentar, jadi mereka tidak tahu apa yang terjadi.

"Gak mau"
Luna berkata pelan dengan isakan kecil yang masih didengar oleh Raffi.

"Gak usah nangis! Udah deh, lo pulang aja. Lo juga gak kenal sama gue!"
Kata Raffi datar.
Luna semakin menangis, kali ini cukup kencang.

"Gak ngerti bahasa Indonesia? Gue udah bilang kan, pulang. Ngapain masih disini. Inget ya gue bukan siapa-siapa di hidup lo, gak penting juga!"
Raffi masih saja dengan wajah dinginnya.

"Gak mau"
Luna masih tetap setia dengan isakannya. Raffi mendesah berat. Sejujurnya Raffi tidak tega seperti ini kepada Luna. Bukan tidak tega tapi tidak sanggup.

"Gak mau pulang?"

"Gak mau"
Nasih terdengar isakan Luna.

"Yaudah sini"
Raffi membuka tangannya menunggu Luna menyambutnya. Luna mendongak dan melihat Raffi menunggunya.
Luna lantas memeluk Raffi.

"Hikss maafin gue"
Luna semakin keras menangis.

"Udah udah gak usah nangis lagi"
Raffi menenangkan Luna. Luna masih saja menangis.

"Hikss gue minta maaff"

"Iya gue maafin, gak usah nangis lagi. Kalo lo masih nangis, gue bisa berubah pikiran?"
Luna melepas pelukannnya dan menatap Raffi intens sambil menghapus air matanya.

"Serius di maafin?"

"Iyaa"

"Aa makasihh"
Luna kembali memeluk Raffi.

"Iya sama-sama, udah dong cengeng banget jadi cewek"

Luna memanyunkan bibirnya.

"Gak usah manyun gitu, mau gue tabok tu bibir?"

"Gak mauu"

"Yaudah jangan gitu"

"Fi"

"Hmm"

"Lo masih marah sama gue?"

"Ya masih lah bego"

"Lha katanya udah maafin, kok masih marah?".

"Gue cuman kesel aja"

"Oh gitu, udah makan"

"Belum"

"Gue suapin ya"

"Gue udah besar"

"Yaa gak apa-apa, lo kan lagi sakit"

"Terserah deh"
Luna mengambil bubur yang ada di samping Raffi dan mulai menyuapi Raffi layaknya anak kecil.

"Sebagai permintaan maaf gue, gue ajak lo jalan-jalan deh. Ke dufan mau gak?"

"Gue masih sakit goblok!"

"Ya maksud gue tunggu lo sembuh bego"

"Oh bilang dong"

"Mau gak?"

"Mau"
Luna tersenyum dan Raffi hanya tersenyum simpul. Sungguh Raffi sudah jatuh cinta kepada Luna. Cara Luna memperlakukan Raffi membuat Raffi jatuh semakin dalam.

                 ***

     

                

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora