OLIMPIADE

66 13 0
                                    

Luna sedang ngobrol bersama Liah di bangkunya. Sedangkan Raffi, laki-laki itu sibuk dengan gitarnya ditemani oleh Raka dan Rino.

Guru sedang rapat. Jadi otomatis kelas kosong. Tak lama kemudian Bu Bella masuk ke dalam kelas. Kelas seketika hening.

"Anak-anak, sebulan lagi akan diadakan olimpiade di Bandung. Jadi ibu akan memberitahukan siapa saja orang yang terpilih sebagai perwakilan sekolah"

Raka mengancungkan tangannya.

"Ya Raka ada apa?"

"Yang jadi perwakilan berapa orang bu?"

"Karena yang di olimpiadekan cuma tiga mata pelajaran, jadi satu mata pelajaran di wakilkan dua orang siswa"

"Pelajarannya apa aja bu?"
Kali ini Bagas yang bertanya.

"Fisika, Kimia dan Biologi"
Semua siswa mengangguk. Luna berfikir tidak akan mungkin murid segoblok dia akan terpilih mewakili sekolah.

"Ibu sedikit bangga ya, kelas kita paling banyak terpilih menjadi perwakilan sekolah. Yang di butuhkan adalah enam siswa dan kelas kita mewakilkan lima siswa. Satu siswa yang lain di ambil dari kelas XI IPA3".

"Dikelas kita siapa aja bu?"
Winda bertanya.

Bu Bella mengeluarkan kertas dan membacakan siapa saja perwakilan untuk lomba.

"Disini tertera, Luna dan Bagas sebagai perwakilan Kimia, Rino dan Raffi sebagai perwakilan Biologi, Liah dan Caca di Fisika".

Luna melongo sedangkan Liah melompat kegirangan.

"Wehh bos kok gue gak dipilih ya?"
Raka menunjukkan raut sedihnya.

"Sabar ya, lo pinter cuman sayangnya sedikit goblok"
Raffi malah mengejek Raka.

"Wehh si bos mentang-mentang di pilih sombong ei"

"Wkwk becanda, lu baperan jadi cowok"
Rino dan Raffi tertawa terbahak-bahak. Raka juga ikut tertawa.

"Kok gue kepilih ya?"

"Ya lo pintar bego"
Raffi menjawab dari bangku seberang.

"Woy situ kok nyolot"
Luna semakin mengencangkan suaranya. Untungnya bu Bella sudah keluar.

"Terserah gue dong".

"Berani lu sama gue?"

"Siapa yang takut sama tuyul kayak lo"
Sontak seluruh kelas tertawa. Tiba-tiba seorang laki-laki yang tinggi, putih dan tampan masuk ke kelas itu.

Luna dan Raffi melongo tak percaya.

"Eh abang tukang sate kok kesini?"
Luna berteriak. Seisi kelas menertawai Luna.

Guru itu pun mendekat ke bangku Luna. Luna hanya nyengir tanpa dosa. Benar dugaan Luna. Laki-laki itu adalah abang tukang sate yang kemarin menanyakan nama Luna.

"Yang sopan kamu, saya guru yang akan membimbing kalian yang olimpiade. Kamu juga termasuk kan?"
Luna hanya mengangguk.

"Yang terpilih menjadi perwakilan sekolah, sekarang ikut dengan saya ke ruang les. Kita belajar disana?"

"Sekarang pak?"
Luna bertanya dengan polosnya.

"Tahun depan"
Seluruh kelas menjawab pertanyaan Luna. Luna hanya nyengir.

                 ***
Luna dan yang lain mengikuti guru yang bernama Dimas itu.

"Abang tukang sate kok bisa disini sih?"
Luna berjalan di belakang guru itu.
Raffi tertawa cekikikan di samping Luna.

"Iyaa kok bisa? Abang tukang sate nyamar ya modus mau deketin Luna? Kemarin aja ngotot nanya nama lengkap Luna?"
Raffi menimpali. Guru tersebut menghela nafas berat. Ternyata dua bocah itu menjengkelkan.

"Stop manggil saya abang tukang sate. Saya guru kalian".

"Cia elah abangnya baperan Fi"
Luna tertawa ngakak. Begitupun dengan Raffi

"Terserah kamu deh, kok kamu bisa ya terpilih jadi perwakilan sekolah?"

"Ya saya pintar bang, makanya saya kepilih"

"Saya guru kamu. Bukan tukang sate"

"Lha kemarin kan abang emang jualan sate"

"Jangan di samain Luna. Guru ya guru, sate ya sate"
Luna dan Raffi saling pandang. Kemudian tertawa. Liah dan yang lain hanya menggelengkan kepala melihat mereka bertiga.

"Si abang lucu ya"

"Panggil saya bapak"

"Hehe iya pak. Maaf"
Luna tersenyum.

"Oke perkenalkan saya Dimas. Saya yang akan membimbing kalian untuk mengikuti Olimpiade di Bandung".

"Saya akan membagikan kelompok belajar. Nanti akan saya kasih soal kalian kerjakan berdua. Saya akan memisahkan kalian dari mapel yang sama. Misalnya Luna dan Bagas kalian kan mapel Kimia jadi akan saya pisah, lalu di gabung dengan mapel yang lain".

"Lho kan kita mau fokuskan sama satu pelajaran pak"
Liah protes.

"Iya. Tapi saya tidak mau kalian terlalu terfokus pada satu pelajaran. Saya mau kalian harus bisa menguasai semua pelajaran yang di olimpiadekan. Minimal sedikit banyaknya kalian paham"
Mereka hanya mengangguk menyetujui.

"Oke saya akan membagikan kelompoknya, Luna sama Rino, Bagas sama Liah dan Caca sama Raffi.

"Pak saya mau sama Raffi"
Luna protes.

"Gak boleh. Nanti kamu gak fokus malah bercanda terus sama Raffi".
Luna mendengus kesal.

Pak Dimas membagikan dua buah kertas soal yang berbeda kepada Luna dan teman-teman.

"Kertas itu berisi soal-soal sesuai mapel kalian masing-masing. Nanti jika kalian merasa kesulitan, kalian bisa bertanya kepada rekan belajar kalian. Paham?"

Mereka hanya mengangguk dan mulai mengerjakan soal. Luna mengerjakan soalnya dengan santai. Dalam waktu 20 menit, Luna sudah menyelesaikan semua soal yang di berikan pak Dimas.

"Akhirnya kelar juga punya gue, eh No yang lo udah kelar belum?"

"Belum. Masih tinggal 20 soal lagi"
Luna melihat soal punya Rino. Soal yang tidak susah bagi Luna.

"Ya elah kelamaan lo. Soal beginian mah gampil"
Luna mengambil ahli soal Rino dan mengerjakannya.

"Luna. Kamu ngapain ngerjain punya Rino. Yang kamu udah selesai?"
Pak Dimas tiba-tiba sudah ada di belakangnya.

"Sudah kok pak. Nih"
Luna menyodorkan soal yang sudah di kerjakan kepada pak Dimas.

"Hmm. Pinter juga kamu"

"Kalo saya gak pinter gak mungkin saya kepilih pak"
Pak Dimas hanya tersenyum.

"Anak-anak, gini aja supaya lebih akrab. Panggil saya kakak aja, saya juga masih muda"
Dimas tersenyum.

"Huaaa kak Dimas ganteng banget kalo lagi senyum"
Caca tiba-tiba berteriak.

"Ganteng dari Hongkong"
Jangan tanya ini ulah siapa. Sudah pasti suara Rino dan Raffi.

"Udah jangan ribut. Saya tau kok saya ganteng. Makasih Caca"
Dimas tersenyum lebar.

"Ish pede banget"
Batin Luna.

                ***

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang