BERAKHIR!

68 13 0
                                    

Sudah seminggu lebih Luna koma di rumah sakit. Raffi tidak pernah absen untuk menjenguknya.

"Bos, Luna belum sadar ya?"
Raka membuka pembicaraan.

"Belum"
Raffi menunduk. Dan sedikit mengucap wajahnya.

"Hadeh, kasihan ya si Luna. Baru kemarin dia hanyut, sekarang udah koma"
Lanjut Raka.

"Itu artinya, Luna orang baik"
Rino menepuk punda Raka. Raka hanya mengangguk.

***
Saat ini semua teman Luna berada di rumah sakit menjenguk Luna. Meski belum ada tanda-tanda jika gadis itu akan sadar dari komanya.

"Lun, bangun dong"
Liah menangis terisak melihat sahabatnya yang terbaring di ruangan putih itu.

"Sabar Liah, gue yakin Luna pasti cepet sembuh"
Rino menepuk pundak Liah. Liah mengangguk. Semua teman Luna bergantian masuk ke ruangan untuk melihat Luna.

"Gue yakin, lo pasti kuat. Cepet sadar ya, gue kangen sama lo"
Terdengar suara serak dari Raffi. Sepertinya laki-laki itu menangis. Raffi menenggelamkan wajahnya di balik tangan.

"Bangun Lun, gue tersiksa liat lo kayak gini"
Raffi mengguncangkan badan Luna sambil terisak.

"Sabar bos"
Raka menarik Raffi keluar. Raffi menurut.

"Lebih baik sekarang kita pulang, kita doakan saja semoga Luna cepat sadar"
Bu Bella mengajak anak muridnya untuk pulang ke rumah masing-masing.

***
Raffi sedang uring-uringan di kasurnya. Raffi masih saja terfokus pada ponselnya. Kemudian terdapat notifkasi panggilan dari Linda.

"Halo bun, kenapa?"

"Nak, kamu ke rumah sakit ya sekarang"

"Kenapa bun? Luna udah sadar?"

"Kamu kesini aja dulu"

"Iya bun"

Raffi langsung memutuskan panggilan dan bergegas ke rumah sakit. Sesampainya disana, Raffi melihat Linda dan Riska yang tengah terisak.

"Lho, kenapa bun, mih?"
Tidak ada yang menjawab. Elang mendekat.

"Sabar ya nak"
Elang menepuk punda Raffi. Raffi bingung ada apa sebenarnya.
Raffi melihat ke dalam ruangan Luna dari luar.

Damn!!
Tempat itu sudah dirapikan. Dan Luna di bungkus oleh kain putih. Kaki Raffi gemetar. Dan langsung masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Gak, gak mungkin!!. Ini bukan Luna, gue gak percaya"
Raffi sontak langsung menangis. Raffi mendekat dan membuka kain tersebut secara perlahan.

Degg!!
Dugaan Raffi salah! Itu adalah Luna. Darah Raffi seperti berhenti seketika.

"Gak gak gak mungkin! Lun, bangun lo gak boleh pergi ninggalin gue"
Raffi mengguncangkan tubuh Luna.

"Gue pasti mimpi! Ini pasti mimpi!"
Raffi menampar wajahnya.

"Aws, gak mungkin!! Lunaaa!!"
Raffi terduduk dan berteriak tidak terima.

Linda langsung masuk dan memeluk Raffi.

"Aaarghs Luna bun, Raffi gak rela Luna ninggalin Raffi!!"
Raffi berteriak histeris. Tidak bisa dipungkiri Raffi menangis.

"Hiks, kita harus ikhlas nak"
Linda terisak sambil menenangkan Raffi. Raffi melepas pelukannya dan langsung menendang dinding rumah sakit sambil membuang barang apa saja yang ada di dalamnya.

"Raffi sudah nak"
Elang datang dan mencoba menarik Raffi. Dokter pun masuk dengan Riska di belakangnya.

Raffi menghampiri dokter tersebut.

"Dok, saya gak mau tahu anda harus sembuhin sahabat saya!!"
Raffi menunjuk dokter tersebut dengan amarah yang memburu.

"Maaf nak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan Luna. Tapi Tuhan berkehendak lain"
Dokter itu menunduk.

"Saya gak mau tahu, saya gak terima sahabat saya meninggal dokterr!!"
Raffi berteriak sambil menarik kerah baju dokter tersebut.

"Raffi sudah nak, sudah"
Elang menarik Raffi dan menyuruh dokter tersebut untuk keluar.

"Luna pih, Raffi gak relaa"
Raffi kembali terduduk di lantai dingin itu.

Elang berjongkok di samping Raffi.

"Papih juga gak rela nak, tapi ini udah takdir. Kita harus ikhlas"
Elang memeluk Raffi.ì

"Argghs, kenapa secepet ini Luna pergi pih"
Raffi menangis kencang.

"Sabar nak, sabar"
Elang berdiri.

"Ayo nak kita keluar"
Linda mengajak Raffi keluar.

Raffi mengangguk. Tapi sebelumnya Raffi memeluk Luna untuk terakhir kalinya.

Raffi pun berjalan gontai meninggalkan ruangan tersebut.

Grepp!
Sebuah tangan dingin memeluk Raffi. Raffi mematung. Dan berbalik.

"Prankkkkk!!"
Luna tertawa dengan bibir pucatnya.
Raffi terdiam. Sedetik kemudian Elang dan yang lain masuk ke ruangan tersebut sambil tertawa.

"Maksudnya apa?"
Dengan muka datarnya Raffi menatap Luna.

"Hehe gue ngeprank"
Luna tersenyum bodoh.

"Arhhsss loo tu yaa!"
Ingin sekali Raffi memakan gadis itu hidup-hidup.

"Peacee, sekali-sekali kan nyari sensasi"
Luna dan yang lain tertawa. Raffi hanya menatap Luna sinis.

"Berani lo ngeprank suami sendiri?"

"Hehe kan bercanda bang"
Luna tertawa.

"Ngapain lo berdiri disini, tempat lo di ranjang"
Raffi menggendong Luna ke ranjang.

"Ya gue kan udah sembuh"

"Belum"

"Iya deh, pih pengen pulang"

"Gak boleh, kata dokter seminggu lagi baru boleh pulang"

"Lama banget pih"
Luna merengek.

"Gak usah ngelawan, gue cerain mau lo"
Raffi menatap Luna.

"Hehe gak mau bang"

"Yaudah gak boleh pulang"

"Iya iya, nurut gue mah sama suami"
Luna tersenyum secara paksa.
Semua orang hanya tertawa melihat tingkah Luna. Raffi bahagia, akhirnya Luna sudah sadar dari komanya.

                ***

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Where stories live. Discover now