BIMA?

80 17 0
                                    

Pukul 14:23 Lun sudah bersiap-siap untuk pergi bersama Bagas. Awalnya Luna menolak, tapi karena Bagas memaksa, Luna menerima ajakannya.

Hari ini cukup mendung, jadi tidak terlalu panas bagi Luna.

"Assalamualaikum"
Riska keluar membuka pintu.

"Waalaikumsalam"
Riska tersenyum kepada Bagas.

"Siang tante, saya Bagas temennya Luna"

"Oh, masuk dulu nak"
Riska mempersilakan Bagas masuk ke dalam rumah.

"Luna, ada temen kamu"
Riska sedikit berteriak.

Luna segera menuruni tangga menuju ruang tamu. Riska sudah tau jika Luna akan pergi bersama Bagas.

"Yuk"

"Udah pamit sama nyokap?"

"Udah"

Luna dan Bagas berjalan keluar rumah menuju motor Bagas.

"Kemana Lun?"
Bagas bertanya kepada Luna.

"Terserah deh, gue ngikut aja"

Bagas mengangguk. Bagas memberhentikan motor mereka di sebuah taman.

"Lun, gue beli es krim dulu ya, lo mau rasa apa?"

"Vanilla"
Luna sangat bersemangat.

"Oke"
Bagas berjalan ke arah penjual es krim yang tidak jauh dari tempat mereka duduk.

Bagas pun sampai dan memberikan Luna es krim.

"Makasih"
Luna tersenyum kepada Bagas. Bagas hanya tersenyum.

Bagas duduk disamping Luna. Tidak banyak yang mereka lakukan. Bagas hanya mengajak Luna bercerita tentang Luna.

"Eh Lun, gue ke toilet bentar ya"

"Oh oke"
Bagas berjalan ke arah toilet.

"Hey ketemu lagi"

"Lho kak Adit. Kok ada disini?"

"Yaa cuman lagi pengen aja sih?"
Luna hanya mengangguk.

"Eh ikut gue bentar yuk?"

"Eh kemana kak?"

"Udah ikut aja, gue mau nunjukkin lo sesuatu"
Adit menarik paksa tangan Luna. Luna hanya mengikuti Adit.

Luna berjalan di belakang Adit. Luna mengetik pesan kepada Raffi dan Bagas.

Disisi lain, Raffi sedang uring-uringan di kasurnya.

Suara notifikasi dari ponsel Raffi membuatnya penasaran dan membaca pesan. Ternyata dari Luna.

Luna Atria
Fi. Susulin gue ke jalan Kartini deket taman, gue lupa nama tamannya apa tanyain ke Bagas. Gue di ajak pergi sama kakak kelas, namanya Adit. Gue takut Fi, please bantuin gue.

Raffi hanya menatap pesan itu malas. Dan melanjutkan aksi santainya.

"Cih, bodo amat. Gue kan bukan siapa-siapa dihidupnya, lagian ada Bagas"
Raffi berbicara sendiri.

Saat kembali ke taman, Bagas sudah tidak menemukan Luna di tempat itu. Bagas mengelilingi taman namun nihil, Luna tidak di temukan

Ponsel Bagas bergetar dan nama Raffi terpampang jelas di ponsel Bagas.

"Woy, Luna aman kan sama lo?"

"Gini Fi, gue gak tau Luna di mana, gue udah cari di taman tapi gak ketemu"

"Bangsaat!!"
Raffi langsung bergegas mengambil kunci mobil dan pergi mencari Luna.

Bagas melihat ada pesan dari Luna. Setelah membaca pesan itu, Bagas segera pergi menuju tempat itu.
               
               ***
Luna ditarik paksa masuk ke dalam rumah tua yang sudah tidak berpenghuni. Wilayah itu cukup sepi,tidak ada warga atau orang yang menempati wilayah itu.

"Kak gue mau dibawa kemana?"

"Udah diem! Gak usah bawel!"
Kali ini suara Adit agak meninggi. Luna memperhatikan seluruh isi rumah tersebut.

Luna langsung di tarik dan di ikat di sebuah kursi.

"Eh kak kok lo gini sih? Toloooonggg!! Siapapun tolonginn guee!!"

"Percuma lo teriak gak bakal ada yang nolongin lo"

"Salah gue apa?!"

Plakk!
Luna ditampar keras oleh Adit. Luna langsung menangis. Jujur dia tidak pernah setakut ini.

"Lo gak tau salah lo apa?"
Luna menggeleng pelan takut.

"Lo kenal Bima kan?"
Luna sedikit berfikir dan langsung mengangguk. Bima adalah teman Luna di Bandung, meski beda sekolah. Tapi Luna cukup dekat dengan Bima.

"Dia adik gue,dia udah meninggal dan itu semua gara-gara lo!"

"Meninggal? Kenapa? Terus hubungannya sama gue apa!?"
Luna protes tidak terima.

"Dia pernah kan nembak lo, tapi lo gak terima dia. Adik gue terus kepikiran lo sampai-sampai dia jatuh sakit, dan meninggal. Itu semua gara-gara lo Luna!!"
Tetlihat amarah Adit sudah memuncak.

"Itu semua takdir kak, bukan gue yang bunuh!!"

Adit mendekat dengan sebuah pisau di tangannya.

"Gue gak mau tahu alasan lo, yang gue mau lo harus ngerasain apa yang adik gue rasa, lo harus gue siksa!"
Adit mengangkat pisau dan ingin menancapkannya di perut Luna.

Bugh!!
Adit tersungkur. Raffi memukul Adit menggunakan kayu yang cukup besar.

"Brengsek lu!"
Raffi sangat marah saat ini. Untungya Bagas juga sampai di tempat itu. Dan membantu melepas tali yang mengikat Luna. Bagas membantu Luna keluar dari rumah itu dan menelpon polisi.

"Berani lu sama gue!"
Adit mengarahkan pisau itu ke arah Raffi. Beruntung Raffi masih bisa mengindar dan sekali lagi memukul Adit menggunakan kayu.

Adit kembali tersungkur. Saat dirasa sudah aman, Raffi berjalan keluar. Adit sedikit berdiri dan menancapkan pisau ke perut bagian kanan Raffi.

Saat akan kabur, Adit langsung dikepung oleh polisi dan akhirnya ditangkap. Luna berlari ke arah Raffi.

"Raffiii!!"
Luna menangis histeris. Bagas langsung menelpon ambulance.

"Fi bertahan ya, lo pasti kuat"
Luna terisak. Raffi memegang perutnya yang penuh darah segar.

"Gu..e gak a..pa apa kok"

"Udah gak usah ngomong"

Setelah beberapa menit ambulance pun datang dan membawa Raffi ke rumah sakit.

Luna masuk ke dalam ambulance menemani Raffi. Bagas sudah menelpon Linda dan mengabarkan jika Raffi di rumah sakit. Bagas juga menelpon Rino dan Raka untuk membawa mobil Raffi yang masih ada di tempat itu.

Raffi sudah ditangani oleh dokter. Disana sudah ada Linda, Riska, Rino dan Raka. Bagas pamit ke kantor polisi bersama Feri ayah Raffi untuk mengurus Adit.

Luna menangis memeluk Linda.

"Udah sayang, jangan nangis gitu"

"Maafin Luna bun, ini semua gara-gara Luna. Makanya Raffi jadi gitu"

"Udah sayang, gak ada yang salah kok. Udah sewajarnya Raffi jagain kamu"

"Tapi aku ngerasa bersalah bun"

"Gak sayang, kamu gak salah"
Linda mengelus kepala Luna.

Dokter pun keluar dari ruangannya.

"Gimana dok keadaan anak saya?"
Linda nampak begitu tenang. Tapi Luna tahu, dari wajah setenang itu tersimpan kekhawtiran yang tinggi.

"Alhamdulilah, keadaan pasien sudah stabil. Untungnya luka tusukan yang di alami pasien tidak terlalu dalam, hingga tidak merusak organ yang lain".
Linda bernafas lega. Setidaknya Raffi tidak mengalami luka yang serius.

Linda pamit untuk mengurus administrasi dan pulang mengambil sebagian baju untuk Raffi dan di temani oleh Riska.

Dan Luna di suruh untuk menjaga Raffi bersama Rino dan Raka.

               ***

FRIENDZONE Area (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang