7. Fighting Yura!

3.8K 323 34
                                    

Setelah menebus vitamin dan suplemen penambah darah di Apotik, Yura pun duduk dibangku depan Apotik sambil menunggu taksi online yang ia pesan.

Wanita itu memandangi kendaraan yang berlalu-lalang. Sampai perhatiannya tertuju penuh pada seorang pria dan wanita yang baru saja keluar dari sebuah restoran. Bukankah itu Oh Sehun? Dan tunggu, Park Hyein? Sedang apa mereka?

Bukankah Pria itu seharusnya bekerja sekarang? Ah, tentu saja mereka sedang menghabiskan waktu bersama. Dan untuk apa Yura harus repot-repot berfikir pria itu bekerja atau tidak?

Namun mengapa melihat mereka membuat sesuatu terasa sesak seperti ada yang menghantamnya.

Pandangannya harus terhalangi karena taksi online yang ia pesan telah sampai. Yur pun segera masuk sebelum hati ini bertambah sesak.

"Apartemen Signiel Seoul."

"Baik nona."

Taksi melaju membelah jalanan Seoul. Hari ini sangat berat. Entahlah rasanya Yura ingin menangis.

Tak terasa mobil taxi sudah berhenti di depan bangunan tinggi yang disebut apartent.

"Sudah sampai nona."

"Terimakasih." Yura memberikan uang dan segera beranjak turun.

Ia membuka pintu Apartemen. Tunggu! Sepatu milik siapa itu? Ia mulai masuk kedalam. Apa ini? Bukankah ini jas milik Oh Sehun? Mengapa tergeletak dilantai? Dengan segera ia memungut jas tersebut. Bukan hanya jas, dasi serta ikat pinggang pun juga ikut berserakan. Tunggu, bukankah ini dres wanita? Tapi ini bukan dres miliknya.

Pikiran Yura mulai kalut. Sungguh rasanya ia tak ingin berfikir yang tidak-tidak. Namun semua ini membuat pikirannya blank!

Ia beranjak menuju kamar atas. Kamar Oh Sehun, semoga pemikiran ini tidak benar.

Sampai didepan kamar ia dapat melihat pintu kamar yang terbuka sedikit. Yura menutup mulut dan telinganya bergantian saat ia mendengarkan suara wanita yang sedang mendesah.

Yura menggelengkan kepalanya. Air matanya berlomba-lomba berjatuhan. Yura menangis! Rasanya sesak sekali! Ia segera turun dan berlari menuju kamarnya. Baiklah, ia sakit sekarang. Rasanya ia ingin menghancurkan apa saja saat ini. Wanita itu menutup wajahnya dengan bantal.

Astaga! Apa mereka tak bisa memilih tempat lain untuk bercinta? Apa mereka sengaja ingin menunjukkan sejauh mana hubungan mereka?

Ia mengusap kasar air mata diwajahnya "Yura! Kau harus bisa Yura! Kau harus selalu ingat posisimu Yura! Baiklah Yura, fighting! Kau bisa!"

Ia menghela nafas kasar lalu mulai beranjak dari ranjang, lalu berdiri untuk merapikan tempat tidurnya.

~_~

Yura meneguk susu hamilnya. Kedua sejoli itu belum turun dan Yura bersyukur untuk itu. Ia langsung mencuci gelasnya dan menyiapkan makan siang.

Setelah makan siang telah siap Yura berniat memanggil keduanya. Makan siang miliknya sudah ia sisihkan dan sudah ia taruh dikamar. Tidak mungkin ia harus menunggu mereka makan dan menyaksikan keromantisan mereka berdua bukan?

Namun saat sudah didepan kamar ia tak berani mengetuk pintu itu. Pintunya juga seperti tadi terbuka sedikit. Dengan keberanian yang ia kumpulkan. Yura mulai mengetuk pintu itu sebentar, tidak ada jawaban. Yura pun mulai mengetuk lagi.

"Tuan! Makan siang sudah siap."

Baiklah, tidak ada sahutan, ia pun beranjak turun. Wanita itu menuju kamarnya untuk makan siang, ia memakan makanan miliknya sambil melihat kearah luar jendela. Setelah habis ia beranjak untuk menuju dapur.

Sesampainya didapur ia langsung menyuci piring kotornya dan menempatkannya di tempat semula. Yura melirik kekamar atas, tidak ada tanda-tanda mereka akan turun. Ia mengangkat bahunya acuh, berjalan kearah ruang televisi dan menonton acara kesukaannya.

Hampir satu jam ia menonton film kartun. Setelah acara kartun selesai ia mematikan saluran televisi dan beranjak menuju kamar. Mungkin membaca beberapa buku terdengar menggiurkan.

Saat melewati dapur ia melihat Sehun dan Park Hyein sedang memakan makan siang mereka. Kapan mereka turun? Yura bahkan tak menyadarinya. Abaikan itu, lihatlah posisi mereka.

Pria itu memangku wanitanya sambil menyuapinya dan bersenda gurau. Bahkan mereka seolah tak menganggap keberadaan Yura. Walau Yura yakin mereka pastu menyadari keberadaannya, namun mereka sengaja tak melihat.

Yura menahan nafas sebentar sebelum menghembuskannya perlahan. Ia tersenyum kecut lalu melanjutkan jalannya menuju kamar. Setelah masuk ia langsung mengambil beberapa buku dan duduk disofa untuk membacanya.

Hampir 2 jam Yura membaca buku. Ia melirik jam dinding, pukul 15.03 dan tentu saja Yura langsung beranjak dari sofa dan merapikan buku sambil mengembalikannya ketempat semula.

Ia membuka pintu kamarnya, merasa tak melihat tanda-tanda adanya dua sejoli itu ia mulai beranjak menuju dapur. Mengambil segelas air dan meneguknya.

Baiklah ia akan membersihkan rumah jika mereka sudah tak ada. Saat sedang membersihkan meja ia dapat mendengar suara gelak tawa berasal dari ruang televisi. Yura memutar bola mataku malas. Apa mereka berniat membuatku cemburu eoh?

Ia kembali membersihkan meja, biarlah ia tak peduli dengan mereka.

"Yura!"

Panggilan itu membuatnya spontan menoleh. Oh Sehun, pria itu memanggilnya, dengan segera Yura menghampirinya.

"Ada apa tuan?"

"Buatkan kami dua gelas jus."

"Baik. Em... jus apa yang tuan inginkan?"

"Kau ingin jus apa sayang?" Tanya Sehun pada wanita dipangkuannya.

"Aku ingin jus apel saja."

"Dua jus apel."

Bahkan ia menyuruhnya seperti memesan minum direstoran. Yura pun hanya nengangguk dan menuju dapur untuk membuatkan mereka jus.

~_~

TBC
.
.
.
Jangan pelit bintang ya! Gratis kok!
.
.
See you in next chapters!

Marriage With Mr. Sehun [SehunYura] #BJPWWo Geschichten leben. Entdecke jetzt