56. Epilog

3.4K 230 52
                                    

Hello guys!
.
It is the bonus chap, so happy reading guys❤
.

Vote and comments please:)

_______________________________

Semua berjalan dengan baik, kehidupan yang baik, keseharian yang baik, dan senyuman yang baik. Semua itu Yura rasakan saat ini, bibirnya tak henti-henti terus mengumbar senyum si setiap harinya. Yura tak menyangka ia bisa sejauh ini, takdir membawanya jauh hingga ke-titik ini, menghapus ekspetasi-ekspetasi yang telah tersusun rapi dalam bayangannya.

Tak henti ia terus berucap syukur kepada yang kuasa, kehidupan yang saat ini membuatnya semakin percaya bahwa takdir Tuhan memanglah adil. Manusia tak akan bisa menikmati rahmat Tuhan jika mereka tak bisa bersyukur.

"Yura, kau tak ingin masuk? Udara mulai dingin, jangan sampai kau sakit."

Kepalanya menoleh kesamping, tersenyum kearah sang nenek yang saat ini berjalan kearahnya.

"Aku suka udara dingin."

"Ini bukan saatnya untuk mengungkapkan kesukaanmu, cepatlah masuk."

Decakan terdengar dari belah bibir Yura, apalagi saat ini sang nenek juga tengah menarik-narik tangannya agar bangun dari posisi duduknya. Dan mau tak mau ia akhirnya bangun dari bangku taman yang ia duduki tadi. Berjalan mengikuti sang nenek untuk masuk kembali kedalam Mansion, dan saat pertama kali ia masuk indra pendengarnya langsung di sambut oleh gelak tawa anggota keluarga yang saat ini tengah berkumpul di ruang televisi sambil bercakap ria.

Suasana yang hangat, itulah yang terjadi saat ini. Udara di luar yang dingin, justru berbanding terbalik dengan keadaan di dalam Mansion, suasana penuh kekeluargaan. Lagi-lagi ia tersenyum, lalu setelahnya berjalan kearah sofa dan mendudukkan tubuhnya di samping sang ibu mertua yang saat ini tengah menggendong putranya, sedangkan sang nenek duduk di sofa seberang.

"Kau ingin segelas coklat panas?"

Yura menggeleng, arah matanya menoleh kearah sebuah televisi besar yang saat ini menayangkan sebuah kartun anak-anak. Cukup lama ia berfokus kearah tayangan televisi, sampai sebuah sandaran pada bahunya ia rasakan dan spontan membuatnya menoleh.

"Oppa ingin coklat panas?"

Gelengan lemas ia rasakan di bahu kirinya, membuat Yura mengulas senyum tipisnya sebelum kembali mengalihkan atensinya kearah televisi.

"Aku sedang merasa tak enak badan, kau sungguh tak peka Yura."

Yura kembali mengalihkan atensinya pada sosok suami di sampingnya, ekspresinya berubah menjadi khawatir "Apa Oppa baik-baik saja?" Telapak tangannya secara spontan terulur pada kening sang suami, yang membuatnya langsung berjengit kaget begitu merasakan suhu panas yang menguar dari kening itu.

"Tentu saja tidak."

"Oppa istirahat saja dikamar, aku akan mengantar Oppa."

Yura hendak bangkit dari duduknya, namun harus tertahan begitu pergelangan tangannya di cengkram sang suami. Wanita itu kembali mengurungkan niatnya, membiarkan sang suami jangkungnya itu bersandar pada bahunya.

"Aku akan mengambil obat, hanya sebentar."

Ucapan Yura hanya dibalas oleh gelengan lemah oleh Sehun, pria itu seakan menyuruhnya untuk tak kemana-mana, namun kondisi pria itu justru mengharuskannya untuk bertindak.

Marriage With Mr. Sehun [SehunYura] #BJPWWhere stories live. Discover now