29. Leave-taking

3.5K 313 72
                                    

Hello guys!
Semoga puasa kalian lancar ya guys.. buat yg menjalankan😄

Ok, Happy Reading guys!❤

Don't be silent readers

Thanks_for_16k_viwers

________________________________

Tak terasa usia kandungan Yura memasuki bulan ke-9. Hanya tinggal menghitung hari saja, bayinya akan lahir kedunia. Memikirkan hal itu tentu Yura merasa senang.

"Jangan terlalu banyak melakukan aktivitas Yura. Eomma takut kau kenapa-napa, tetaplah diam dan hanya beristirahat."

Jika boleh jujur, Yura sangat bosan. Setiap kali ia ingin bergerak kemana-mana, anggota keluarganya akan melarang ini-itu. Yura sedikit merasa terkekang.

Mengingat Yura yang sebentar lagi akan melahirkan, membuat ia harus tinggal di Mansion Keluarga Oh. Awalnya Yura merasa takut jika Oh Sehun akan marah padanya, namun siapa sangka. Pria itu justru dengan mudah mengijinkannya, kadang Yura bingung dengan pemikiran pria itu.

"Apa ada yang kau inginkan Yura?"

Yura menggeleng, ia selalu merasa kenyang. Mungkin karena ia selalu di jejal dengan makanan disini.

"Kau tidak merasakan kram atau sejenisnya? Biasanya ibu hamil akan merasakan kram pada perutnya pada saat umur 9 bulan."

Yura menggeleng pelan, ia bahkan merasakan bahwa tubuhnya sangat bugar, mungkin efek dari rasa bahagia saat ia tinggal di Mansion.

"Yura, aku ingin berbicara denganmu."

Yura dan Na Mi menoleh kearah Sehun yang baru saja datang dari arah pintu utama, lalu berjalan kearah mereka.

Yura mengangguk lalu hendak berdiri dari duduknya. Sang mertua yang melihat itu tentu saja langsung mencegah aksi Yura.

"Kau bisa membicarakannya disini Sehun. Kau tak lihat kandungan Yura sekarang berumur 9 bulan, dan itu sangat rentan bagi ibu hamil."

"Yura hanya berjalan Eomma, bukan hendak berlari marathon. Jangan berlebihan, Yura baik-baik saja."

Yura menjadi merasa bersalah, sebab ia anak dan ibu itu jadi beradu argumen.

"Aku bisa berjalan Eomma. Jangan khawatir." Ujarnya kearah sang mertua.

Na Mi menoleh kearah Yura lalu berganti kearah Sehun "Apa yang ingin kau bicarakan, bicarakan saja disini." Ungkapnya.

"Ini hanya urusanku dan Yura, kuharap Eomma mengerti."

Setelah mengatakan hal itu, kakinya langsung melangkah kearah Yura. Tanpa ijin ia langsung memapah tubuh Yura yang tentu saja membuat Yura terkejut.

Na Mi pun langsung memekik kaget "Ya Sehun! Gendong Yura dengan benar, kau bisa membahayakan dirinya dan juga bayinya!" Teriaknya.

"Cerewet!"

Sang ibu hanya mampu mengelus dada sabar.

"Entahlah, aku sangat ingin memasukkan dia kembali keperutku."

~_~

Sehun mendudukkan Yura di ranjang tempat tidur miliknya. Lalu ia berjalan kearah meja laci, lalu kembali kehadapan Yura setelah ia membawa sebuah map.

Ia menyodorkan map itu kepada Yura "Tanda tangan." Perintahnya.

Yura menatap heran apa isi dari map itu namun ia tetap menerima map yang telah Sehun sodorkan padanya.

"Itu adalah surat perceraian. Bayimu akan lahir bukan? Itu artinya pernikahan ini akan selesai."

Yura membuka map yang berwarna hijau itu. Disana namanya dan juga nama Oh Sehun tercantum, Oh Yoora dan Oh Sehun. Pria itu sudah membubuhkan tanda tangannya, kini hanya perlu tanda tangannya yang sebagai pelengkap.

"Cepatlah tanda tangani surat itu."

Sehun menyodorkan sebuah pulpen pada Yura. Ada sedikit keraguan dihati Yura saat akan menandatangani surat itu.

Sebelum ia menandatangani surat perceraian itu, ia kembali membaca dengan teliti isi surat tersebut. Disana tercantum bahwa hak asuh anaknya berada di tangan Oh Sehun. Tentu saja ia kembali mendongakkan wajahnya kearah pria yang sedang berdiri dihadapannya, seolah meminta penjelasan.

"Aku mengubah perjanjian kita, hak asuh anak akan diberikan padaku."

"Bukankah tuan sendiri yang bilang jika tuan tak menginginkan anak ini? Lagipula tuan telah berjanji kepada saya akan memberikan hak asuh kepada saya semasa perjanjian awal dulu." Protes Yura kesal.

"Aku memang tak menginginkan anak itu, keluarga ini yang menginginkannya."

Dahi Yura berkerut bingung, apa Sehun menceritakan perceraian ini kepada keluarganya?

"Aku tak menceritakan perceraian kita kepada keluarga Oh jika itu yang berada di pikiranmu." Jelasnya.

Sehun kembali melanjutkan ucapannya "Kau tau, keluarga Oh sangat menanti kehadiran bayi itu. Jika aku memisahkannya dari mereka maka aku sendirilah yang akan mati ditangan mereka." Sambungnya.

Yura tetap bergeming, perasaan tak rela memenuhi hatinya.

"Lagipula jika kau mengurus bayi itu, apa kau yakin sanggup menghidupinya? Lihatlah keadaanmu."

Jujur, hati Yura sedikit tercubit mendengar pernyataan pria dihadapannya. Apalagi saat pria itu menyebut anaknya dengan sebutan 'bayi itu' sepertinya Oh Sehun memang benar-benar tak menginginkan bayinya. Atau mungkin membencinya.

"Maaf tuan. Saya tidak bisa menandatangani surat perceraian ini."

Yura menaruh map hijau itu di sampingnya, ia terdiam sambil menunduk.

"Ada apa? Kau takut berpisah denganku Kim Yoora?" Nada sinis terdengar jelas dari ucapan Sehun.

"Aku tak pernah takut untuk berpisah dengan anda." Balasnya.

"Aku tau kau sangat menyayangi bayimu. Namun kasih sayang itu tak akan cukup untuk hidupnya kelak. Ia juga butuh kehidupan layak agar hidupnya selalu bahagia. Jika ia hidup denganku, aku bisa memenuhi segala yang ia butuhkan. Hidup enak? Sudah tentu. Kasih sayang? Ia akan berkelimang kasih sayang. Jangan lupakan bahwa keluarga Oh sangat besar."

Nyali Yura dalam mempertahankan bayinya semakin menyusut. Ia jadi bimbang dengan keputusannya.

"Cepat tanda tangani itu, aku masih bisa bersikap baik padamu."

Ragu. Tapi tangannya tetap spontan mengambil kembali map hijau itu dan mulai membubuhkan tanda tangannya.

Tangannya seakan terseok oleh benda berat saat akan menandatangani surat itu. Hatinya semakin ragu, namun ia tetap menarikan pulpen diatas stempel.

"Bagus. Aku akan mengirim surat cerai kita, kau hanya perlu menunggu kabarnya saja."

Setelah itu, Sehun langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar sambil membawa map hijau itu. Sepertinya ia sangat menginginkan perceraian ini.

"Eomma akan kehilanganmu."

Air matanya jatuh tak kuasa ia bendung, tangannya senantiasa mengelus lembut perutnya. Hanya tinggal beberapa hari lagi bayinya akan melihat dunia.

Dan ia harap saat melahirkan nanti, Tuhan mencabut nyawanya.

~_~

TBC
.
Thanks banget yg udh mau nunggu cerita ini😄 Thanks buat votment kalian, itu bikin aku selalu semangat😊 Thankyou guys🤗
.
Selamat menunaikan Ibadah Puasa bagi yg menjalankan😊
.
See you in next chapters guys! See you in next Sunday!❤
.
#keephealth😉

Marriage With Mr. Sehun [SehunYura] #BJPWWhere stories live. Discover now