9. Fell Scared

3.5K 308 20
                                    

Hello guys!
Happy Reading guys ❤
.

Vote and comments please:)

_________________________________

Setelah menyiapkan air hangat dan kompresan Yura beranjak naik keatas, kamar Oh Sehun. Namun baru saja menapaki anak tangga, Yura berhenti sejenak. Pikirannya menerawang dimana keadaan saat pria itu mabuk.

Yura terdiam membayangkan bagaimana sikap pria itu padanya saat mabuk dulu. Apa pria itu akan memukul Yura lagi? Yura membalikkan tubuhnya untuk kembali kedapur. Namun hati nuraninya masih hidup, ia merasa tak sampai hati membiarkannya.

Bagaimana ini?

Yura kembali membalikkan tubuhnya dan melangkah pasti menapaki anak tangga satu persatu. Setelah sampai didepan pintu, Yura mengetuk pintu sebentar dan masuk kedalam parlahan.

Bisa ia lihat pria itu sedang tertidur di ranjangnya. Sepertinya ia mabuk berat, atau mungkin lelah? Entahlah, yang pasti Yura akan segera mengompresnya lalu turun secepatnya.

Yura meletakkan nampan yang ia bawa di atas naskas. Ia dengan telaten mulai membuka sepatu dan kaus kaki milik Sehun. Setelahnya Yura dengan cekatan mengecek suhu tubuhnya, ia tempelkan telapak tangannya di dahi pria itu.

Panas.

Yura mulai mengompresnya dengan air hangat. Tidak mungkin Yura menggunakan air dingin bukan? Udara dingin malam ini.

Yura memandangi wajahnya sebentar. Ia tampan, sangat malah. Namun sayang Yura tidak menyukai sifat pria itu padanya. Setelah mengompresnya cukup lama, Yura melirik jam dinding. Astaga! Bahkan ini sudah pukul 00.34 dini hari.

Yura meliriknya sebentar, tidak mungkinkan ia akan meninggalkan Sehun sendiri? Yura melirik sofa disamping ranjang, mungkin ia akan tidur disofa.

Ia beranjak keluar kamar Sehun dan menuju kamarnya sendiri untuk mengambil selimut dan bantal. Setelah mengambil barang yang ia butuhkan, Yura segera kembali ke atas.

Ia berbaring di sofa. Yura menghadapkan tubuhnya kearah Sehun, mengagumi wajah tampannya sebentar lalu kembali membalikkan tubuhnya menjadi membelakangi pria itu dan mencoba untuk tertidur.

~_~

Yura menggeliat pelan. Samar-samar ia mendengar seperti orang sedang muntah. Tunggu muntah?

Yura segera menegakkan tubuhnya dan beranjak bangun dari sofa. Ia melirik ke samping, ternyata benar. Pria itu muntah. Ia dengan segera turun dari sofa dan memijat leher pria itu. Sehun muntah di lantai dan  Yura akan mengepelnya nanti.

Setelah Sehun berhenti muntah, Yura dengan cepat memberikan air putih yang berada di meja naskas kepadanya. Pria itu meminumnya sampai habis.

Ia mengelap wajah Sehun  yang nampak berkeringat dengan tisue. Pria itu memandang kearah Yura, dan seolah tersadar akan hal itu, buru-buru Yura menjauhkan tangannya dari wajah tegas itu.

"Maaf tuan." Cicitnya.

Yura keluar dari kamar menuju dapur. Ia akan membuatkannya teh madu. Mungkin itu akan menghilangkan mual yang dirasakan Sehun. Setelah siap Yura dengan segera beranjak menuju atas. Ia lihat pria itu sedang duduk termenung.

"Tuan minumlah ini." Yura memberikan minuman yang tadi ia buat untuknya.

Sehun menerimanya dan meminumnya. Pria itu terlihat seperti patung. Apa wanita seperti Hyein sangat berarti baginya?

Yura segera beranjak keluar lagi untuk mengambil plastik, alat pel dan tong sampah. Setelahnya ia berjongkok untuk membersihkan sisa muntahan milik pria itu tadi. Setelah selesai ia mengepel bagian yang terkena muntahan.

"Apa kau tak merasa jijik?"

Yura mendongakkan kepalanya.

"Ini adalah tugas saya." Balasnya sambil tersenyum.

Setelah selesai Yura beranjak keluar untuk mengembalikan alat pel. Sudah berapa kali ia bolak-balik beranjak dari atas ke bawah? Kakinya pegal sekali sekarang. Yura kembali lagi naik ke atas dan masuk kedalam kamar milik Sehun.

"Apa tuan lapar? Aku akan membuatkan bubur." Ujarnya.

Sehun menggeleng pelan, tanda menolak.

Saat Yura akan beranjak mengambil bantal dan selimuti, ia kembali berbalik saat mendengar suara seperti menahan muntah.

Sontak saja Yura segera menodongkan tong sampah. Sehun muntah cukup banyak, dan Yura tak berani mengurut lehernya. Setelah selesai ia kembali mengelap sekitar bibirnya denga tisue dan menghapus keringatnya. Sehun terlihat memejamkan matanya, mungkin ia lelah.

"Apa tuan merasa pusing?"

Pria itu mengangguk samar.

Yura beranjak turun kembali untuk mengambil obat dan air putih. Setelahnya ia kembali.

"Minumlah tuan."

Yura memberikannya obat serta air putih kepadanya. Sehun menerimanya dan meminumnya. Saat Yura ingin mengecek suhu tubuhnya, namun ia mengurungkan niatnya karena terlalu takut.

"Apa tuan masih merasakan demam?" Tanya Yura pada akhirnya.

Lagi, Sehun menggeleng.

Yura bernafas lega, mungkin suhu tubuh pria itu sudah menurun. Ia pun beranjak mengambil bantal dan selimutnya tadi yang sempat tertunda.

"Apa kau tidur disini tadi?" Pertanyaan lirih itu terlontar.

Yura membalikkan tubuhnya sambil menundukkan kepalanya.

"Maafkan saya tuan telah lancang. Saya hanya tidak ingin terjadi sesuatu terhadap tuan." Jawabnya lirih.

Sehun diam memandang lurus. Apa ia marah?

"Maafkan saya tuan." Ulang Yura.

Lama tak bergeming Yura pun beranjak keluar dari kamarnya sambil membawa selimut dan bantalnya. Ia menutup pintu perlahan dan bernafas lega.

Yura segera turun dan masuk kedalam kamarnya. Ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 04.08 pagi, ia memutuskan untuk mandi. Segera ia beranjak menuju kamar mandi, setelah selesai ia beranjak menuju dapur untuk memasak bubur untuk pria itu.

Setelah siap Yura menaruhnya di meja pantry, ia akan sarapan roti terlebih dahulu dan meminum susu ibu hamil. Setelah selesai, ia kembali membawa nampan yang berisi bubur dan susu menuju keatas.

Yura mengetuk pintu sebentar lalu masuk kedalam, ia tak melihat tanda-tanda adanya pria itu. Kemana ia?

Matanya menjelajahi ruangan besar ini, sampai matanya terhenti, dimana pria itu sedang berdiri termenung didepan balkon. Ia pun memutuskan untuk berjalan menuju pintu kaca balkon dan berhenti didepan pintu. Pintu itu sedikit terbuka.

"Tuan, sarapan anda sudah siap. Saya membuatkan bubur untuk anda."

Sehun berbalik menatap Yura, lalu berjalan menuju pintu balkon dan berhadapan langsung dengan wanita itu.

Apa ia marah karena Yura telah mengganggu acara melamunnya?

Tanpa sepatah kata, Sehun  lalu melewati Yura begitu saja dan duduk di tepi ranjang. Ada apa dengannya?

"Suapi aku."

Butuh beberapa detik untuk Yura menyerap ucapan dari tuannya, hingga ia memberikan respon spontan.

"Hah?"

~_~

TBC

.

Jangan lupa votment ya guys... gratis kok.
.
.
.
See you in next chapters!🤗

Marriage With Mr. Sehun [SehunYura] #BJPWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang