1 - Gak Suka Cowok?

554 57 29
                                    

"Ih, cowok gue gak peka banget heran, deh." Entah sudah berapa kali Sisi mengeluhkan hal yang sama, seolah tak ada topik obrolan lain di dalam kepalanya.

"Ya, lo juga, sih. Udah tau cowok lo begitu masih aja dipacarin." Joana menanggapi ketus sambil memutar-mutar sedotan es jeruk di hadapannya.

"Ya, abis gimana, dong? Gue tuh sayang banget sama dia, Jo. Lo, kan, juga punya cowok. Masa gak paham, sih, yang gue rasain?" Sisi masih membela pacarnya, meskipun di saat bersamaan ia juga kesal dengan cowok itu.

"Lagian lo tiap hari keluhannya selalu sama, 'cowok gue gak peka'. Bosen tau dengernya. Gue yakin si Kyna diem-diem juga ngerasa hal yang sama kaya gue. Ya, kan?" Joana menyenggol lengan Kyna yang sedari tadi asyik menyeruput jus melon kesukaannya. Cewek itu tampaknya tidak begitu peduli dengan obrolan kedua sahabatnya.

"Eh? Kenapa?" Kyna yang tiba-tiba diajak bicara sedikit terkejut.

"Ah, dia sih gak bakal paham yang kita obrolin. Pacaran aja belom pernah." Terlihat senyum sinis di wajah Sisi.

"Parah lo kalo ngomong. Jangan masukin hati, Kyn. Tau sendiri, kan, Sisi kalo ngomong gak disaring." Joana mencoba bersikap netral sekaligus membuat Kyna tidak merasa tersinggung.

"Hmm, ngomongin cowok Sisi lagi, ya? Tenang Jo, gue udah mulai kebal sama omongan nusuknya Sisi. Lagian bener juga kalo gue belom pernah pacaran." Di luar dugaan Joana, Kyna justru menanggapi kata-kata menusuk dari Sisi dengan santai.

Dalam lingkaran persahabatan ketiga gadis itu, Kyna memang yang paling tidak banyak bicara jika topik pembicaraan mulai menyangkut pada hubungan percintaan. Bukannya Kyna apatis dan tidak peduli dengan masalah sahabatnya, tapi hal itu ia lakukan karena memang merasa percintaan bukanlah topik obrolan yang dikuasainya.

Ya, meskipun usia Kyna kini sudah menginjak 20 tahun, cewek itu masih santai dan tidak menganggap penting hubungan percintaan romantis dalam hidupnya. Entah mengapa, Kyna belum tertarik untuk berpacaran. Padahal, di usia yang sama, kedua sahabatnya, Sisi dan Joana, masing-masing sudah mempunyai 2 mantan pacar.

"Tapi ngomong-ngomong, lo gak pengen gitu, Kyn, punya pacar?" Joana melirik ke arah Kyna yang duduk di sebelahnya.

"Nggak," Kyna menjawab singkat.

"Tapi kalau naksir cowok pernah, dong?" Kini Sisi yang bertanya. Cewek itu terlihat sangat antusias menanti jawaban Kyna.

"Ya pernah, sih, beberapa kali." Kyna tampak mengingat-ingat. "Hmm, SMP sama temen sekelas. Terus SMA sama kakak kelas. Tapi gue bingung, itu masuknya naksir atau sekedar mengagumi, ya? Soalnya gue cuma suka aja ngeliat mereka yang jago main basketnya. Anehnya, pas salah satunya nembak gue, guenya justru ragu-ragu." Kyna menjawab sambil menengadah, menatap udara kosong, pikirannya seolah kembali ke masa lalu.

"Setidaknya sekarang kita tau kalau lo masih normal, masih tertarik sama cowok. Gue sempat mikir lo tuh anti sama makhluk bernama cowok. Paham, kan, maksudnya?" Tawa Joana meledak membayangkan kalau sahabatnya itu benar-benar seperti yang ia duga.

"Eh? Sial lo, Jo! Ya gak gitu juga kali. Kalian mikir gitu karena gak pernah liat gue bareng cowok aja, kan? Di lingkungan rumah, gue punya temen main cowok, kok." Kyna tampak sedikit kesal.

"Syukur, deh, ternyata temen kita masih normal. Ya, kan, Jo?" Sisi mengangkat alisnya, meminta persetujuan.

Joana tak menjawab, hanya tertawa terbahak-bahak tanpa menghiraukan Kyna yang semakin menekuk wajahnya karena kesal.

***

Setelah mengobrol santai dengan kedua sahabatnya di kantin kampus, Kyna memutuskan untuk langsung pulang meskipun hari belum terlalu sore. Biasanya, Kyna akan berada di kampus setidaknya hingga pukul 17.00, menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya itu. Tapi hari ini, Kyna memilih pulang lebih cepat karena ada tugas yang harus segera ia selesaikan dan lagi, mood-nya sedang tidak terlalu baik.

Love Speedometer (Completed) Where stories live. Discover now