01

12.4K 600 46
                                    

D sebuah desa kecil jauh dari pusat kota, hiduplah sebuah keluarga yang terlihat sangat harmonis.
Canda tawa memenuhi hari-hari mereka.

Pekerjaan mereka adalah bertani.
Kehidupan sederhana yang tak tersentuh teknologi.

Ketiganya selalu bekerja sama memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Tak ada rasa lelah yang terlontar.
Mereka melakukannya dengan lapang dada.

Dan ada hal menakjubkan lainnya yang terjadi pada mereka.
Yaitu.. Mata Biru kepunyaan keluarga itu.
Biru seperti langit dan sangat terang.

Bukannya mendapat pujian dan kekaguman dari penduduk sekitar.
Keunikan mereka itu malah menjadi boomerang hingga membuat mereka di jauhi para penduduk desa. Hal itu memaksa ketiganya untuk hidup berdekatan dengan hutan.

Para penduduk menyebut mereka 'keluarga terkutuk'

.

Langit nampak mendung saat ini.
Memaksa keluarga petani itu untuk menghentikan pekerjaan mereka.

Sang pemimpin keluarga terlihat mendekati puterinya yang terlihat murung sembari menatap langit.

"Apa yang kau pikirkan saat ini?"

"Apa langit seperti penduduk desa Ayah?"

"hm? Apa maksudmu sayang?"

"keduanya tak bisa melihat kita menikmati keseharian kita dengan tenang. Mereka selalu bergantian datang mengganggu"

Kekehan kecil terdengar menubruk indera pendengaran gadis yang telah berumur 16 tahun itu.
"Sayang, kau sudah dewasa. Kenapa malah berpikiran seperti anak kecil begitu, hm?"

"Karena aku tidak suka melihat sikap penduduk desa yang seenaknya mendiskriminasikan keluarga kita hanya karena rambut pirangku dan mata biru kita yang berbeda dari mereka!"

"Jangan berbicara seperti itu sayang"

"Tapi itu kenyataannya ayah. Aku tidak suka. Bahkan mereka tidak mengijinkanku bersekolah bersama anak-anak mereka"

"Ayah dan Ibu kan mengajarimu di rumah. Kepintaranmu itu bahkan  sudah mengalahkan kedua orang paruh baya dirumah ini. Bukan begitu?"

Sang anak menghela napasnya.

"Ayah tau, kau ingin memiliki teman dan bermain bersama mereka. Tapi kita tid–"

"Aku paham Ayah!" potong sang anak

Sang Ayah tersenyum
"Terima kasih sudah mengerti!"

Anggukan kepala di berikan.

"Ya sudah, ayo kita masuk kedalam. Hujan mulai turun"

"Baik Ayah!"

.

Pagi menjelang.
Suara ayam berkokok mengisi kekosongan pagi.

Matahari juga mulai terlihat keluar dari tempat persembunyiannya.

"Dahyun sayang? Cepatlah bersiap-siap. Kita harus ke ladang" suara sang Ibu menggema di rumah kecil mereka itu.

"Baik Ibu. Aku akan keluar sebentar lagi!" jawab sang anak yang bernama Dahyun itu.

Tidak memakan waktu lama, gadis bermata biru itu keluar dari kamar sederhananya.
Rambut pirang panjangnya tidak lupa di ikat serapi mungkin.

Kaki berjalan ke arah dapur. Sang ayah dan ibunya terlihat disitu.

"Duduklah lalu makan. Kau harus banyak makan sebelum bertarung hari ini bukan?" ujar sang Ibu

Dahyun terkekeh
"ne. Ibu benar. Baiklah. Terima kasih makanannya"

Anggukan kepala dan senyuman hangat di lontarkan pasangan menikah itu pada anak semata wayang mereka.

"Dahyunie?"

"Ada apa Ayah?"

"Kau tau jika harinya sudah dekat bukan?"

Mendengar hal itu keluar dari mulut sang Ayah memaksa Dahyun menghentikan makannya. Selera makannya hilang begitu saja.

"Aku tau Ayah"

"Apa kau siap jika terpilih?"

Lama terdiam, hingga akhirnya anggukan kepala di berikan Dahyun.

Sang ibunda terlihat berjalan ke arahnya. Duduk di sebelahnya dan mulai menggenggam erat tangan milik anaknya it.

"Jika kau terpilih, kehidupanmu akan berubah 180° disana. Dan ibu akan sangat bangga melihatmu"

Dahyun tertunduk
"Itu tidak ada gunanya jika ayah dan ibu tak ada disampingku. Jadi aku berharap aku tak terpilih"

"Dahyun..."

"Aku sudah bahagia hidup bersama kalian seperti ini"

"Sayang.." sang ibunda mengelus kepala sang anak begitu lembut
"Bukannya kau ingin menjadi pengusaha yang sukses, hm? Jika kau terpilih nantinya, kau bisa meraih keinginanmu itu dengan mudah sayang"

"Tapi kan..."

"Ayahmu dan Ibumu disini akan baik-baik saja. Kau tidak perlu mengkhawatirkan kami" ucap sang Ayah

"Baiklah. Jika aku terpilih nanti, aku akan belajar dengan giat disana. Dan menjadi pengusaha sukses. Dan aku akan datang kembali kesini, lalu membawa ayah dan ibu untuk tinggal bersamaku di pusat kota"

Kekehan kecil terdengar
"Ini baru Kim Dahyun anak kami" puji sang Ayah

Dahyun tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Sebelum itu, sebaiknya kita segera makan. Aku tidak mau kesiangan pergi ke ladang" ucap Dahyun

Kekehan kecil di berikan pasangan paruh baya di hadapan Dahyun.
"Iya sayang"

_Tbc_

I'm back with new story
I hope u like this guys 😊

Blue Eyes ✔Where stories live. Discover now