47

3.8K 421 26
                                    

*
*

Mata itu terlihat terbuka berlahan. Sinar yang cukup terang membuat matanya menyipit. Setelah beberapa detik barulah mata cantik itu terbuka sempurna.

Netra birunya mulai menyisir sekitar. Menscane tempat yang cukup baru untuknya.

Tak sengaja, arah pandang mengarah ke tangan kiri kala merasakan sesuatu yang aneh. Kening mengernyit bingung. Ia ternyata tengah di infus.

"Kau sudah sadar?" suara lembut itu menyapa indera pendengaran. Kepala menoleh ke asal suara.

Gadisnya terlihat diambang pintu. Mencoba mendekatinya dengan bantuan kursi roda.

"Dahyun?"

"Sudah. Jangan bangun dulu Sana. Tubuhmu masih lemah" Dahyun melarang kala melihat gadisnya itu mulai bangkit.

Yang diperintah mengangguk patuh. Tubuhnya memang terasa lemah. Seperti tak ada tenaga.

Dahyun hanya tersenyum. Mencoba berdiri dari kursi rodanya.

"Dahyun, hati-hati" Bagaimana mungkin Sana akan menurut untuk tak bergerak jika melihat gadisnya itu sulit untuk bergerak.

"Sana, jangan bangun" titah Dahyun lagi. Tapi tentu saja Sana tak menurut. Dengan tenaga yang tersisa dan menahan kesakitan kala menarik tangan yang terinfus. Sana membantu Dahyun untuk duduk di pinggir ranjang tempat Ia terbaring.

"Lihat. Darahmu mengalir diselang infus. Istirahatlah dengan tenang Sana" Dahyun mendorong gadisnya itu untuk kembali berbaring.

"Kalau begitu berbaringlah disampingku" Sana meminta dan Dahyun segera menurutinya.

Kini keduanya terbaring dengan posisi terlentang. Dahyun berbaring beralaskan lengan kanan Sana yang bebas.

"Kau merasa baikan?" Sana memecah keheningan sesaat. Sembari memainkan jemari lentiknya di pipi Dahyun. Sesekali menyentuh luka di sudut bibir Dahyun yang terlihat mengering.

"Justru aku yang harus menanyakan itu padamu. Jika kau merasa belum baikan. Aku akan memanggilkan Dokter untukmu" Balas Dahyun.

"Aku tidak apa-apa Dahyun. Aku lebih mengkhawatirkanmu. Kau segalanya untukku"

Dahyun bergerak mengganti posisi. Kini Ia berbaring menyamping demi menatap wajah Sana yang terlihat sedikit pucat. Meskipun Ia sedikit menahan nyeri kala luka tusukan di perut kembali terasa.
"Kemarin kau pingsan tiba-tiba. Aku benar-benar takut" Dahyun berucap.
"Tapi untung saja, kata Dokter kau hanya kelelahan" sambung si gadis Kim tersenyum.

"Jadi karena itu aku terbangun disini?"

Dahyun mengangguk kecil. "Aku tau kau sangat mengkhawatirkanku. Aku senang akan hal itu. Tapi aku tidak akan memaafkanmu jika melihatmu terluka hanya karena aku Sana. Kau juga segalanya untukku"

Sana menatap lekat Dahyun. Ia menyelami mata biru yang berada dalam dekapannya itu. "Katakan padaku Dahyun, apa sekarang kau takut padaku?" Sana bertanya.

"Apa maksudmu?" Dahyun mengernyit bingung.

"Kemarin..kau melihatku menyakiti Taehyung. Aku bersikap seolah bukanlah seorang Bangsawan yang elegan. Melainkan seperti seorang pembu–"

Blue Eyes ✔Where stories live. Discover now