11

4K 501 13
                                    

**

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*
*

Tak ada suara yang terdengar diantara dua gadis yang sedang duduk berhadapan itu.
Yang satunya sibuk dengan buku di tangannya, yang satu lagi sibuk dengan pemikiran-pemikiran kecilnya.

Suara dentingan jam yang sebenarnya cukup kecil malah terdengar lebih dominan dan menjadi backsound diantara mereka.

"Sana?" Dahyun memilih menyudahi lamunannya. Ia harus bicara dengan Sana saat ini.

Yang ditegur memberikan atensi. Kedua pasang mata biru itu kini saling menubruk satu sama lain.

"Soal tradisi itu.." Dahyun kembali berbicara "apa kau benar-benar menerimanya tanpa bantahan apapun? Mm..maksudku–"

Hah~
Helaan napas kecil Sana menghentikan ucapan Dahyun. Apalagi gadis Minatozaki itu terlihat meletakkan bukunya di atas meja.

"Tidak Dahyun" Sana berujar
"Aku tak bisa menghentikan tradisi itu. Apalagi menolaknya. Tradisi itu adalah sesuatu yang wajib dilakukan" Sambung Sana

Dahyun terdiam.

"Apa kau tak mau menerima tradisi ini?" Sana bertanya karena tak mendapat respon dari si gadis Kim.

"Bukan begitu.." Dahyun tertunduk
"Kau taukan, aku baru saja datang ke kota ini. Dan tiba-tiba aku dikejutkan dengan kenyataan jika aku adalah seorang Bangsawan dan harus menikahi Bangsawan lainnya. Aku.." Dahyun menatap Sana
"Aku hanya kaget" sambungnya

Tak ada tanggapan dari Sana untuk beberapa saat hingga akhirnya Ia berucap
"Aku mendengarnya hari itu. Kau.." Sana menggantungkan ucapannya
"Kau tak mau menerima tradisi ini" sambungnya

Dahyun menautkan jemarinya dengan erat. Jujur Ia pernah mengatakan itu.
"Kau benar. Aku pernah mengatakan itu"

"Lalu sekarang, apa kau benar-benar tak mau memenuhi kewajibanmu itu?"

"Apa aku punya pilihan saat ini?" Dahyun melempar pertanyaan lain.

Sana berdiri dari duduknya. Ia meraih buku di atas meja. Lalu berjalan ke arah rak di belakangnya dan meletakkan buku itu ditempatnya semula.
"Setiap masalah yang kau hadapi pasti punya pilihan Dahyun" jawab Sana lalu kembali duduk di tempatnya.
"Dan pilihanmu itu tergantung dirimu sendiri. Tapi kau harus menerima akibatnya"

"Menurutmu, apa pilihan yang akan ku ambil dalam situasi begini?" Tanya Dahyun

"Aku bukan cenayang Dahyun" jawab Sana
"Tapi kau bebas menentukan pilihanmu sendiri. Aku tak bisa membantumu untuk menentukannya. Jadi kau tinggal memilih. Berlarilah menjauh atau teruslah berjalan ke depan" sambungnya

Helaan napas kasar Dahyun berikan. Otaknya kembali dipenuhi banyak hal.
Ucapan Sana dan pilihan yang diucapkan gadis itu berputar di otaknya.

"Jika aku menerima semua ini, apa kau tak masalah hidup selamanya denganku?" Dahyun bertanya lagi

Blue Eyes ✔Where stories live. Discover now