27

4.1K 474 54
                                    

*
*

Mata menatap lekat ke arah depan. Sapuan angin kecil dibiarkan menerbangkan helaian rambut. Langit sore nampak memanjakkan mata.

Ayunan terus bergoyang memanjakkan tubuh menikmati kenyamanan. Senyum kecil terbentuk kala mengingat sepenggal moment membahagiakan.

"Ternyata kau disini. Aku mencarimu dari tadi"

"eoh?" suara familiar mengambil atensi. Mata melirik ke asal suara. Sosok gadis berparas cantik dengan rambut hitam panjang yang terurai terlihat mendatanginya.

"Sana? Kenapa mencariku?"

"mm aku hanya khawatir saja padamu" jawab Sana sembari mengambil tempatnya disisi kosong gadisnya Kim Dahyun.

Dahyun mengernyit bingung. Tak mengerti kenapa Sana harus mengkhawatirkannya.
"Khawatir? Kenapa harus khawatir?"

Sana melemparkan tatapan ke arah gadis yang senantiasa menatap lekat kearahnya sedari tadi. "Aku khawatir kau meninggalkanku"

Dahyun tersenyum kecil. Sungguh kalimat yang tak masuk akal. "Sana, aku tak akan kemana-mana"

Helaan napas Sana keluarkan. Berlahan Ia bergerak mempersempit jarak. Tangan terangkat dan melingkar di lengan milik Dahyun. Kepala disandarkan dipundak.

"Aku hanya takut Dahyun"

"Sana.." Dahyun bergerak hingga posisi awal terlepas. Mata menatap lekat iris bola mata biru milik Sana. Ia tersenyum lembut dengan tangan yang terlihat menyapu pelan pipi sebelah kiri sigadis Jepang. "Aku tak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi. Jadi, kau tak perlu takut" sambung Dahyun

Sana mengangguk pelan dan kemudian menghamburkan tubuh untuk memeluk Dahyun. "Kau sudah janji. Dan kau harus menepatinya"

"Iya" Dahyun mengelus belakang kepala Sana "Aku janji. Aku janji tak akan kemana-mana"

.

Makan malam tengah berlangsung. Bersama keluarga besar Minatozaki tentu saja. Hal yang sangat jarang untuk dilakukan karena kesibukan pasangan paruh baya itu.

"Sayang, bagaimana rencanamu untuk akhir pekan ini?" tanya Irene pada sang puteri ditengah makan malam tenang mereka.

"seperti rencana awal. Aku akan tetap melakukannya" jawab Sana

"Kau yakin sayang? Atau biar Ayah saja yang melakukannya?" suara Suho sang kepala keluarga terdengar.

Sana menggeleng tanda menolak ucapan sang ayah. "Tidak perlu Ayah. Ini bukan pertama kalinya aku mengurus sebuah masalah. Akan kulakukan sendiri. Seperti biasa" ucap gadis itu tenang.

Kedua orang tuanya mengangguk mengerti.

"Dahyun?" Irene berbalik menegur gadis lain yang duduk makan bersama mereka. Gadis yang nampak berkonsentrasi dengan makanannya tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari tadi.

"ada apa Ibu?"

"Kau mau ikut dengan Sana akhir pekan ini?"

"oh?" Begitu terkejutnya Dahyun kala mendengar kalimat itu. Sungguh diluar ekspetasi.

Dahyun menatap Sana yang sedang asik dengan makanannya. Tak ada kalimat yang keluar dari mulut gadis itu. Terlalu tenang hingga semakin membuat Dahyun bingung.

Blue Eyes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang