21

4.4K 537 83
                                    

*
*

Wajah memerah kala sebuah bayangan terlintas di benak. Mengambil atensi sang teman duduk.

"Kim Dahyun? Apa yang kau pikirkan?" pertanyaan diselingi sentuhan melunturkan lamunan.

"eoh? Tidak ada" jawab Dahyun cepat lalu mulai kembali berkutat dengan bukunya. Mengerjakan tugas yang diberikan karena guru tak masuk.

Tak langsung percaya, Chaeyoung memilih menatap gadis putih itu. Menatap lekat hingga membuat risih.

"Hentikan itu Chae" Dahyun beneran risih

"Aku ingin penjelasan!"

"Baiklah-Baiklah!" Dahyun menyerah. Ia melepas pulpennya dan membalas tatapan Chaeyoung. "Aku memikirkan Sana" lanjutnya

"Apa? Sana? Sungguh perubahan luar biasa Kim" kaget Chaeyoung. Tentu saja karena ini kali pertama Dahyun mengatakan hal seperti ini.

"Ya itu salahnya karena terlalu cantik meskipun sedang tidur"

"tunggu dulu. Maksudmu semalam kalian tidur berdua?"

Anggukan diberikan Dahyun. Tak ada gunanya berbohong.

"Dia yang memintanya semalam. Aku tak bisa menolak"

Ekspresi kaget di berikan Chaeyoung. Dengan cepat Ia menarik kerah baju si gadis Kim. Sebuah tanda benar-benar mengagetkannya.

"Chaeyoung" Dahyun membuat tangan Chaeyoung terlepas dari kerahnya. Lalu memperbaiki bajunya sedikit kesal.

"Sana yang melakukannya?"

"Melakukan apa?"

"Dahyun! Bekas merah itu!"

"Ah itu. Hm" Dahyun mengangguk
"Dan dia menyuruhku memperlihatkannya padamu" sambung Dahyun dengan muka polosnya

"Gadis Jepang itu" Chaeyoung berdiri dari duduknya dengan kesal lalu mulai beranjak pergi dari kelas. Panggilan Dahyun seperti tak didengar oleh gendang telinganya.

Mata melirik kesana kemari. Mencari sosok Minatozaki Sana. Tapi sialnya koridor terlalu ramai. Tentu saja karena para guru sedang mengadakan rapat.

Langkah semakin dipercepat. Ia bahkan tak menggubris sapaan sopan para siswa lainnya. Tak seperti biasanya.

Chaeyoung terus mengikuti langkah kakinya hingga terhenti didepan sebuah ruangan. Pintu dibukanya tanpa ketukan dan izin.

Perasaan lega mendominasi kala gadis yang dicarinya benar-benar berada di ruangan itu.

Mata melirik, tak ada sosok sang calon istri.

Baguslah..

Kaki melangkah lebih dalam. Mendekati Sana yang sibuk dengan sebuah buku.

"Minatozaki Sana"

Teguran itu mengambil atensi sang pemilik nama. Kepala mendongak. Membalas tatapan gadis bermata biru itu.

Blue Eyes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang