AD - 001

1.5K 49 17
                                    

Hai semua, ini revisi ku ke tiga kalinya
Mungkin banyak perubahan tapi gak berubah jauh banget dari inti ceritanya.

I hope you enjoy this part :)

===

Sang mentari mulai menampakkan dirinya, suara kicauan burung terdengar indah. Gorden yang menutupi cahaya matahari itu pun terbuka, seorang gadis merasakan silau hingga ia harus memicingkan matanya. Tangannya meraih jam weker berwarna biru yang berada di atas nakas.

Sejenak mengumpulkan nyawa untuk segera bangun dan memulai aktivitasnya. Gadis itu beranjak untuk menyiapkan dirinya di pagi hari ini.

Usai bersiap gadis dengan rambut bergelombang yang terurai itu mempercepat langkahnya menuju ruang makan dengan seragam, tas dan sepatu yang sudah melekat di tubuhnya.

"Ayahhh anak perjaka dan perawanmu itu lo kok belum muncul-muncul sih batang hidungnya, gak takut telat apa ya?" ucap Lika— sang bunda sambil berkacak pinggang dengan raut wajah yang terlihat kesal.

"Lah kok cuma anaknya ayah? Mereka kan juga anaknya bunda... iih gimana sih?" sahut Riko— sang ayah yang tak kalah kesalnya karena ucapan istrinya itu, untung sayang kalau nggak udah di lempar ke kandang macan.

"Terserah Ayah aja! BULANNN, LANGITT turun nak, ngapain aja di kamar? Pada semedi?" teriak Lika yang sangat menggelegar ke seluruh penjuru rumahnya.

"Ya ampun Bun, suara Bunda ngalah-ngalahin toak penjual tahu bulat tau gak?! Ini masih pagi loh bun." Langit turun dari kamarnya dengan penampilan rapi dan wajahnya yang kelewat tampan.

"Habisnya kalian sih, lama turunnya. Ngapain aja di kamar? Lama banget." ujar bunda sambil membawa pisau di tangannya dan menatap tajam ke arah Langit.

"Eeh demi kerang laut!!..Ayaaah tolong bunda masa tega mau bunuh anak sendiri."

Sementara sang ayah hanya mendengus kesal mendengar keributan ulah istri dan juga anaknya yang kadang suka buat darah tingginya naik, namun juga mengundang gelak tawa akan kekocakan keluarganya yang unik itu.

"Sembarangan ya kalau ngomong! untung kamu anak bunda yang paling ganteng satu satunya. kalau enggak?! udah bunda lempar kamu di kandang buaya!!" omel Lika yang lalu kembali ke dapur untuk melanjutkan aksi masak-memasaknya.

"Morninggg everybody!!!, Hai Ayah, Hai juga Bundaa."

Gadis cantik yang baru saja hadir di meja makan pun langsung mendudukkan dirinya di kursi. Tanpa dosa langsung saja ia menggigit roti yang sudah di oleskan selai kacang oleh bundanya tadi.

"Hee dasar kutil dugong, gak tau diri banget sih dateng-dateng main nyelonong makan aja." ucap Langit yang lalu ikut duduk di kursi samping gadis bernama Bulan itu.

"Gue kutil dugong? Yang ada lo tuh ketiaknya dugong." ujarnya membalas ejekan dari sang kakak yang tiada akhlak

"Bagusss ya..he'em terus aja berantem ya nak, teruskan berantemmu sampaiiii suksessss." teriak bunda dari arah dapur.

"Ampunn bundaa...tuh kak Langit yang cari gara-gara, gue sumpahin jodoh lo lebih galak dari bunda mau lo?" Bulan menatap Langit dengan tatapan intens.

"Kalau aja ya tuh mulut punya BPKB, udah gue gadaiin!! Kurang ajar banget sih sama kakak sendiri, lo gak tau aja gue tuh di kampus banyak yang naksir. Lo nya aja yang merem gak bisa liat kakak lo yang tampannya udah kayak Lucas NCT." sambil menaik turunkan kedua alisnya dan tersenyum miring.

"Apa???? kayak KULKAS?? hahaha emang sih tuh muka mirip kayak kulkas..ya gak yah?"

"Sudah-sudah mending sekarang berangkat, lama-lama Ayah bisa darah tinggi ngeliat satu rumah berantem Mulu isinya." kedua anaknya hanya terkekeh melihat reaksi Riko yang geleng-geleng kepala.

"Yuk Kak gece! Dahh ayahh dah bundaa!!"

"Woy barbie jadi-jadian tunggu bentar napa!"

•••

Langit dan Bulan sudah berhenti di kawasan SMA Bima Sakti, sekolah SMA terpopuler nomer 1 di banding SMA lainnya.

Kaki yang dibalut kaos kaki putih dan sepatu bergaya slip on itu mulai terlihat ketika Bulan mulai turun dari mobil berwarna merah milik Langit.

"Oy gausah banyak gaya, ntar pulang gece gue males nunggu."

"Santai dong gampang mah nanti liat aja." langkah kakinya yang santai mulai memasuki halaman sekolah kebanggaannya.

Dengan tas berwarna biru laut yang bertengger di punggungnya, jemarinya sesekali membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. Tak sedikit para lelaki yang berada di area koridor maupun halaman sekolah itu melirik ke arahnya dan sesekali berbisik pada temannya.

Bulan POV

Hai kalian pasti belom kenal kan? Gue Bulan Anjelita Cathlyn, orang bilang gue gadis berwajah jutek dan super duper cuek. Sebenarnya persepsi yang di bilang orang gak begitu ngaruh buat gue, maybe karena mereka belum mengenal gue.

Di sini gue bukan tebar pesona ataupun cari kepopularitasan, dan yang kalian lihat tentang para lelaki yang ngelirik gue itu gue anggap karena mereka kagum sama gue.

Gue anak IPA, saat ini langkah gue menuju ruang kelas 11 IPA 1 di mana gue dan para sahabat gue bertemu.

Saat gue sampai dan mulai memasuki kelas, para sahabat gue adalah orang yang paling excited pas gue dateng.

"Ya ampunn anak jutek satu ini kebo lo? Untung bel masuk belum bunyi!"

Gue selalu memutar bola mata gue malas, melihat tingkah satu sahabat gue yang paling overprotektif ke gue.

Dhea Azni Azzahra Rawnie, cewek berambut sebahu, ceria, bawel, dan satu lagi..dia adalah gadis dengan eye smile.

Iya namanya Dhea bisa di bilang sih sahabat gue yang ini paling bawel, kalau udah teriak suara nya itu nyaring kayak toa masjid.

Lupakanlah males gue.

"Udah lah Dhe lo alay deh orang juga baru pertama masuk sekolah, setelah kita berhibernasi beberapa minggu."

Kalau yang ini gue suka, sikapnya yang bodoamat tapi tingkat ke pekaannya tinggi. Dan pastinya dia gak overprotektif ke gue.

Aini Kirania Chalondra, anak-anak lain manggilnya Aini. Dia satu sahabat gue yang cukup dingin juga tapi hanya di saat yang tertentu aja. Emang kadang Aini dan Dhea selalu bertengkar karena berbeda pendapat, dan di situlah yang membuat gue jengah.

Beda banget sama sahabat gue yang satu ini, wajahnya baby face banget! Asli. Manis, kalem, sangat peduli entah sama siapapun.

Amalinda Ayunindya Nesya, dia lebih suka kita panggil Al gue juga gak tau persis kenapa panggilannya 'Al'.

Dia beda dari kedua sahabat gue, dia berhijab, sopan banget, gimana kaum adam di kelas gue gak leleh orang senyumnya aja manis, mana asli lagi gak usah pakek gula.

Kayaknya gue berlebihan deh muji sahabat-sahabat gue, mending kembali ke topik awal aja deh.

Author POV

"Sttt masih pagi, gak usah banyak bacot!"

"Haha rasain loh ati-ati di terkam sama Princess Bulan haha!" tawa Aini pecah melihat komuk Dhea yang memajukan bibirnya.

"Udah mending kalian duduk deh awas ntar wali kelas masuk di marahin loh." dengan suara lembutnya Al membuat kedua temannya terkesiap dan duduk.

Dan benar saja langkah sepatu terdengar cukup keras hendak memasuki ruang kelas yang bertuliskan '11 IPA 1'.

Terlihat di depan pintu kelas, seorang guru berdiri dengan wajah yang cukup garang, juga rambut yang di ikat membentuk gelungan.

Tatapannya tajam membuat seisi kelas tak berani menatapnya.

To be continued...

Tinggalkan jejakmu di kolom komentar

Vote jika suka :)

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Onde histórias criam vida. Descubra agora