AD - 048 [ ending 2 ]

126 12 3
                                    

happy reading friend b!

"Mengikhlaskan kepergian seseorang bukan perkara hal yang mudah."

___________

Tiga hari berlalu, sejak hari di makamkan nya Iqbal. Semua nya berkumpul di ruang rawat Bulan, gadis itu belum juga sadar. Tak hanya ada Dhea bersama temannya yang lain, Dino pun ikut hadir menjenguk Bulan yang belum tersadar sejak hari dimana ia kecelakaan.

"Gue gak bisa bayangin kalau nanti Bulan sadar, terus dia nanyain keadaan Iqbal." ujar Aini melihat ke arah yang lainnya.

"Pasti berat banget ada di posisi Bulan, kita sebagai sahabat juga ngerasain kehilangan. Apa lagi Bulan?" Dhea pun menimpali.

Gavin mengusap rambut Bulan, "Tapi... gimana pun juga kita tetep harus sampai in ini. Gak adil kan kalau Bulan gak tahu soal Iqbal?"

"Ya tapi gimana cara nya Vin? lo gak lihat kondisi Bulan sekarang? lo tega sama dia?" sanggah Farrel yang tak tega melihat Bulan yang masih terbaring lemah.

Gavin mendekat ke arah Farrel, "Lo bilang gue tega?! tapi lo mikir nggak... kalau dia nanyain tentang Iqbal lo bakal jawab apaan?" lirih Gavin matanya menatap tajam Farrel.

"Diem kan lo? mangkannya kalau ngomong itu di pikir ke depannya gimana!"

Dhea berjalan mendekati Farrel dan Gavin, memisahkan keduanya dengan berdiri nya ia di tengah-tengah mereka.

"Gavin! gak usah pakek keributan emang gak bisa? lo gak kasihan apa sama Bulan? dia juga butuh ketenangan!" bisik-nya dengan raut wajah kesal.

Karena mereka fokus berdebat, mereka tak sadar jika Bulan sudah mulai melakukan pergerakan. Amalinda yang menyadari itu mulai mendekat, dan menggenggam tangan Bulan.

"Bulan? kamu udah sadar? Bul... kamu bisa dengar suara ku kan?"

Gadis itu perlahan membuka matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk. Dengan sayu-sayu Bulan melihat ke sekelilingnya, gadis itu tak kunjung memberi respon.

"Akhirnya lo sadar Bul, ini gue Gavin..." ucap nya seraya mengusap pucuk kepala Bulan dengan lembut.

Bulan pun mulai tersadar sepenuhnya, ia sedikit terkejut melihat sekelilingnya. Kepala nya mendadak pusing, "Ini di mana? kenapa kepala gue sakit banget?"

"Lo ada di rumah sakit Bul, jangan banyak gerak dulu," tutur Devano.

Mendadak Bulan merasakan pusing yang sangat hebat di kepalanya, memori saat dirinya mengalami kecelakaan tragis itu terputar begitu saja di otaknya.

Raut wajah Bulan berubah drastis, gadis itu mulai panik dengan sendirinya. Mencoba terbangun dan melepas selang oksigennya, juga selang infusnya.

"Bulan apa yang lo lakuin? hei tenang, lo gak boleh panik!" ucap Aini yang terkejut melihat perubahan sikap Bukan.

"Kamu mau kemana Bul? ada kita semua di sini? bilang sama gue, lo mau kemana biar gue yang anter!" Gavin menahan kedua bahu Bulan agar gadis itu tak beranjak dari brankar.

"Iqbal Vin, gue mau lihat keadaan Iqbal..." ungkap gadis itu melihat ke arah Gavin dengan tatapan sendu.

DEG...!!

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Where stories live. Discover now