AD - 007

129 23 0
                                    

happy reading!
masih pagi nih hehe, jangan lupa selalu pertimbangkan buat vote okee
semangat pagii ini buat para readers :)

===

"Ekhem gambar siapa tuh?" Rano datang sambil melirik wajah yang di gambar oleh Devano di bukunya.

"Mau tau aja, sana minggir." usir Devano yang menutup bukunya dengan cepat.

"Kenapa sih gak jadian sama Lusiana aja? kurang apa coba sepupu gue yang satu itu." ucap Rano yang langsung mendapat tatapan datar oleh Devano.

"Ck gue harus bilang berapa kali sama lo? dia cuma gue anggap sahabat gak lebih!"

"Siapapun nanti yang akan jadi pacar Devano, gue jamin hidup lo gak akan tenang!" senyum smirk Rano terpampang jelas, menatap kepergian Devano yang entah mau kemana.

Saat ini di 11 IPS 2 tengah gaduh, apalagi kalau bukan karena jam kosong. Terlihat Iqbal yang sibuk bermain gitar dengan kaki yang di angkat ke meja.

"Vin bantuin gue dong!!" rengek Lusiana pada lelaki di kursi depan.

"Apaan?"

"Nih Vin, ih Gavin kok lo gak perhatiin gue ngomong sih!!" kesal Lusiana.

"Iya Lus bentar, mana mana." Lusiana pun menyodorkan buku nya, lelaki bernama Gavin itu mengangguk paham.

Gavin Ravindra Abinaya

Cowok tampan, rambut berwarna ginger brown, senyum nya yang manis, postur badan yang tinggi dan hobi bermain basket. Ia adalah star di SMA Bima Sakti, selalu tampil apa adanya namun memikat hati kebanyakan wanita. Ia termasuk orang yang puitis, bersikap dingin namun juga sosok yang friendly.

"Nah jadi itu kayak gini Lus, awas sampai gak paham gue lempar lo ke lubang buaya." Lusiana pun hanya menyengir.

Gavin sedang tidak mood berada di kelas, lebih-lebih lagi Iqbal adalah orang yang selalu membuatnya darah tinggi. Sikap nya yang songong dan mau menang sendiri membuat Gavin jengah dan memilih bodoamat saja.

"Yaudah gue tinggal keluar kelas." pamit Gavin dan men

Gavin berjalan menyusuri koridor langkahnya tergerak menuju ruang perpustakaan, sebenarnya Gavin bukan termasuk orang yang hobi membaca tapi mencari ketenangan di perpustakaan adalah jalan ninjanya.

Ketika sedang menyusuri rak demi rak mata Gavin tertuju pada satu wanita yang ada di balik rak. Wajahnya begitu damai, bulu matanya yang lentik menambah kesan manis bagi wajahnya yang teduh.

"Hei maaf ganggu ya." sapa Gavin yang sudah berada di samping gadis itu, ikut menelaah buku-buku yang tertata rapi.

"Nggak juga."

"Boleh tau nama lo?" tanya Gavin hati-hati. "Gue Gavin." Lanjutnya dengan lembut.

beberapa detik kemudian wanita itu tidak menjawab sama sekali, namun tangannya terulur memberi sebuah buku yang berjudul 'Bulan'. Seakan mengetahui maksud itu Gavin terkekeh.

Setelah melihat buku itu Gavin tidak melihat lagi wanita yang barusan ada di hadapannya. Ia merasa seperti bertemu bidadari yang mempunyai kekuatan magic.

Satu kata yang menggambarkan Bulan bagi Gavin adalah 'unik'. Senyum Gavin terbit dan mengembalikan buku itu ke tempat semula.

"Tuh kan lo kesini! Vin di cariin pak Agus tuh lo suka lupa kalau ada kelas." kejut Lusiana membuat Gavin reflek memutar badan.

"Serius lo! yaudah yukk!"

•••

Bel pulang pun berbunyi, bagi keempat cewek itu pulang adalah hal yang menyedihkan karena mereka pasti gak bisa ketawa bareng, curcol, gibah in kakak kelas. Karena emang yang namanya kumpul sama temen, sahabat, pacar atau sama siapa pun itu asik banget. Bakal kerasa, kalau udah kehilangan karena inget masa-masa saat bersama dulu.

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Where stories live. Discover now