AD - 045

92 12 2
                                    

happy reading friend b!

" Selalu ada perpisahan di setiap pertemuan, dan selalu ada rasa penyesalan setelah merasakan kehilangan."

_________

"Aku tau Al, semua ini salah ku. Aku yang gak menghargai kamu sebagai pacar aku, aku yang egois karena selalu ingin di mengerti." ucap Devano nadanya terdengar lirih.

Amalinda menatap manik mata Devano, tak ada kebohongan di sana. Hanya ada air mata yang mulai menetes, seperti nya ucapan Devano sangat tulus.

"Al... maaf aku udah gak becus jadi pacar kamu, aku bahkan gak tau kalau kamu sakit keras. Dan saat aku tau kenapa harus terlambat?"

"Umi sama Abi bahkan gak kasih aku ijin buat jengukin kamu Al... mereka gak biarin aku buat liat kamu secara langsung, beberapa kali aku cuma liat kamu dari kaca." mendengar penuturan Devano membuat hati Amalinda terenyuh.

"Maaf Al maaf, maafin semua kesalahan ku... kamu gak tau betapa hancurnya aku pas kamu mutusin buat mengakhiri hubungan kita! bahkan sampai saat ini rasa ini gak pernah berubah, kamu tetap orang nya Al gak ada yang lain!"

Devano tak peduli jika dirinya di anggap cengeng sekalipun, saat ini perasaannya sedang bimbang, ia berusaha mencurahkan semua isi hatinya pada Amalinda. Devano menggenggam erat tangan Amalinda, sembari menunduk dengan isak tangis nya.

"Aku gatau lagi Al, harus ngelakuin apa biar Umi, Abi gak benci sama aku?? bahkan berkali-kali Keenan ngelarang aku buat deketin kamu... aku cuma mau tau keadaan kamu Al, aku khawatir, aku terus mikirin kamu!"

Amalinda tak kuasa menahan air matanya, gadis itu menatap langit-langit kamar rawatnya. Tak mau jika air matanya terus menetes jika menatap Devano yang kini sudah banjir air mata. Sejujurnya Amalinda masih memiliki perasaan itu, tapi ia tak ingin mengutarakannya.

"Ngelihat kamu terbaring lemah di rumah sakit itu buat aku gak tenang Al, kenapa gak aku aja yang sakit?? kenapa harus kamu?? harus nya yang pantes buat ada di sini itu aku! karena aku gak akan tega Al ngeliat kamu harus ngerasain sakit ituuu."

Amalinda menarik tangannya dari genggaman Devano, "CUKUP DEV! kamu gak perlu ngomong kayak gitu! ini itu udah takdir! apapun yang udah terjadi itu udah takdir dari Tuhan!"

Dengan isak tangisnya Amalinda masih mampu untuk membentak Devano, ia berkata seperti itu karena tak ingin Devano terus menyalahkan dirinya sendiri. Devano pun terdiam membisu, air matanya berhenti mengalir. Ia tak menyangka jika Amalinda akan bersikap seperti ini padanya.

"Al... look at me," Devano menjeda ucapannya.

"tolong katakan bagaimana aku harus memulai semuanya untuk bisa kembali bersama mu? aku ingin kita bisa seperti dulu. Seperti awal aku mengenalmu..."

Devano kembali meraih tangan Amalinda, gadis itu pun mematuhi nya untuk menatap kedua mata nya. Amalinda masih terisak, gadis itu tak berniat menjawab pertanyaan yang Devano berikan.

"Aku sayang kamu Al, aku cinta sama kamu dari dulu sampai sekarang ini bahkan sampai kapanpun itu..." ucap Devano kembali suara nya terdengar lembut, seperti tulus dari lubuk hati paling dalam.

Amalinda melepaskan genggaman tangan Devano, "Dev... aku nggak bisa jawab pertanyaan kamu, kamu tau kan kita itu udah selesai beberapa minggu lalu?"

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang