AD - 028

82 15 3
                                    

happy reading friend b!
i hope you enjoy this part :)

===

Perseteruan masih terus terjadi, mereka diam sejenak saling menatap. Pikiran mereka sudah di penuhi keegoisan masing-masing, tidak ada yang sadar kalau mereka bersahabat.

Dhea mulai tertawa membuat Aini tercengang, "Haha lo tahu?? gue sekarang bahagia! karena apa? KARENA GUE BERHASIL BUAT LO PUTUS SAMA KAK FAIZ!! Ahahaha."

Aini pun mencengkram baju Dhea hingga mendekat padanya, "LO GILAA!! kenapa lo lakuin ini sama gue Dhe?! lo bilang kita sahabat kan?!"

"Iyaa gue gila!! haha gue puas sekarang, karena apa? karena lo putus! dan prinsip gue itu kalau gue aja gak bisa dapetin Kak Faiz dan seharusnya lo juga gak bisa Aini! see sekarang gue berhasil!"

Aini benar-benar kesal, emosinya sudah di atas ubun-ubun. Ia mendorong tubuh Dhea kasar hingga gadis itu tersentak, namun bukan Dhea jika ia hanya diam saja. Dhea membalas itu dengan dorongan yang cukup kuat di tangannya, hingga sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

"Aaaaaaaaaaaaaaaa!!"

Aini terjatuh ke dasar jurang, tubuhnya berguling-guling dengan kasar. Beberapa kali tubuhnya bertabrakan dengan bebatuan, gadis itu masih sadar. Banyak luka yang terdapat di tubuhnya, hingga sampai ke dasar jurang yang tak terlalu dalam tubuh Aini tertahan oleh bebatuan.

"Ha? A-Aini?? apa yang gue lakuin?!" Dhea panik, ia menutup mulutnya tak menyangka.

Gadis itu mengacak rambutnya kasar, ia bingung harus bagaimana. Ia sudah meneriaki nama Aini tapi tidak aja jawaban sama sekali, hujan turun Dhea semakin ketakutan. Gadis itu menangis, ia sendirian sekarang.

"Tolongg hikss...siapapun tolong gue!!"

•••

Iqbal dan Bulan masih asik berjalan berdampingan, mereka sudah mendapatkan dua buah kotak. Hujan pun mulai turun perlahan, namun dengan cepat berubah sangat deras.

"Guys mending kita neduh dulu di bawah pohon besar itu!!"

"Gue setuju, buruan Ca lo gak usah sok sedih!" Gavin langsung menyaut tangan Caca, karena gadis itu merajuk saat Iqbal malah memberikan kotak yang di temukannya pada Bulan bukan dirinya.

Mereka sudah berteduh, Bulan menggosok kedua tangannya mencari kehangatan. Iqbal tersenyum melihat itu, ia mengeluarkan sebuah kupluk rajut berwarna coklat.

"Pacar jutek! gue pakein lo kupluk ini ya? biar rambut lo gak basah kena hujan, nanti kepalanya pusing loh." Ujar Iqbal dengan senyumannya, tangannya bergerak memakaikan kupluk rajut itu.

Bulan tertegun, matanya tak berkedip sama sekali. Iqbal...lo perhatian banget gue gak nyangka, gue jadi...

Jarak mereka saat sangat dekat, Bulan dapat melihat jelas bibir Iqbal yang sedang berbicara padanya. Tangan Iqbal masih memakai kan kupluk coklat itu, sambil mengelus lembut rambut Bulan yang sedikit basah itu.

"Nah kalau gini kan cantik, pacar nya Iqbal udah gak kehujanan lagi." Senyum Iqbal tercetak jelas, baru saja ia ingin kembali menghadap depan Bulan menahan tangan Iqbal.

"Kenapa pacar?" Bulan memeluk Iqbal erat, lelaki itu terkesiap. Untung saja ia tidak jatuh saat Bulan memeluk nya tiba-tiba.

"Pacar jutek? kedinginan ya? mau gue pakein jaket?" Tanya Iqbal dengan tangan yang membalas pelukan Bulan, namun gadis itu tak bergeming wajahnya semakin tertutup oleh rambut nya yang beralih menutupi wajahnya.

"Pacar? lo kenapa?"

"Gue sayang sama lo Bal."

Deg! Iqbal melotot, jantungnya berdebar, seperti ada kupu-kupu terbang di dalam perutnya saat ini.

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang