AD - 033

91 13 0
                                    

Happy reading friend b!
I hope you enjoy this part :)
Please vote and comment.

Belum jauh Bulan melangkah, ketika Iqbal hendak menyusulnya Caca datang menghadang jalannya.

"Minggir Ca! Lo ngapain sih tiba-tiba nongol?!"

Bulan yang mendengar itu pun memberhentikan langkahnya, ia menoleh melihat apa yang akan terjadi nantinya, pada Caca dan juga Iqbal kekasihnya.

"Mau ngejar Bulan? Ga capek apa Lo kejar-kejar dia dari dulu?" Tanya Caca, pastinya ia selalu punya maksud di balik pertanyaannya.

"Nggak, dan gak akan pernah capek." Caca mendelik, mendengar penuturan Iqbal.

Ia pun segera merubah ekspresinya menjadi tersenyum licik, "Lo yakin Bal? Buktinya aja Bulan lebih belain Gavin dari pada Lo. Dan Lo bisa lihat kan, meskipun dia sekarang statusnya pacar Lo gak ada tuh tanda-tanda dia beneran cinta sama Lo!"

Iqbal sempat terdiam, lalu menatap ke arah Kanan. Ia melihat Bulan berdiri di sana, menatapnya dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya saat perdebatan tadi. Iqbal menghela napasnya, menutup matanya sejenak. Lalu kembali menghadap Caca dan menatap tajam ke arah gadis licik itu.

"Gak usah sok tahu, Lo ngomong kayak gini karena Lo masih berharap kan sama gue?"

"Asal Lo tahu ya Ca, Bulan dan gue itu saling cinta. Dan gak ada siapapun yang bakal bisa pisahin kita kecuali takdir dari Tuhan!" Setelah mengatakan kata-kata yang menusuk pada Caca, Iqbal pun melangkah pergi dengan langkah yang cepat.

Gue gak nyangka Bal, setulus itu cinta Lo ke gue.

"Ihh Iqbal, kok Lo ninggalin gue? Awas aja ya gue gak akan pernah berhenti buat misahin kalian! Camkan itu!!" Caca pun pergi dengan arah yang berlawanan.

Bulan sudah sampai di kelasnya, namun saat ingin memasuki ruang kelas ada yang memanggil namanya. Sehingga terpaksa gadis itu mengurungkan niatnya untuk masuk, dan menghampiri nya.

"Gavin? Kenapa manggil gue?" Tanya Bulan to the point.

Gavin memasang senyum di wajahnya, "Oh nggak gue cuma mau nanya gimana keadaan kaki Lo?"

Bulan menatap kakinya yang sudah terbungkus kaos kaki, "Udah mendingan kok, udah diganti juga perban nya."

Gavin pun mengangguk-angguk, "Syukurlah kalau gitu, emm sebenarnya tujuan gue ke sini bukan cuma itu."

Bulan beralih menatap Gavin kembali dengan alis yang bertaut, "Terus apa?"

"Lo mau nggak kalau nanti kita ke kantin bareng? Ya gue cuma pingin ngobrol-ngobrol santai sama Lo."

Bulan menghela napas kecil, ia teringat Iqbal yang membelanya di depan Caca. Padahal jelas-jelas Bulan sudah mengabaikan nya sejak insiden kecil di perkemahan waktu itu.

"Sorry ya Vin tapi gue gak bisa,"

Gavin menatap tak percaya pada Bulan, "Loh kenapa? Bukannya Lo masih marahan kan sama Iqbal? Jadi gak masalah kan kalau kita ngobrol?"

Bulan terkejut tatkala mendengar apa yang Gavin katakan, jadi lelaki itu memanfaatkan keadaan? Apa hanya karena dirinya dan Iqbal sedang tidak baik, Gavin bisa seenaknya menggantikan posisi Iqbal?

"Terus kenapa kalau gue sama Iqbal marahan? Lo mau nyoba cari-cari kesempatan Vin? Atau Lo sama kayak Caca, yang mau ngerusak hubungan gue sama Iqbal iya?!"

Gavin dengan cepat menyanggah. "Bul nggak gitu, gue cuma-"

"Stop Vin, kalau gak penting-penting banget gak usah kayak gini ya? Gue jadi ngerasa ini gak adil buat Iqbal, kalau dia aja bisa jaga perasaan gue sebagai pacarnya kenapa gue nggak?"

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Where stories live. Discover now