AD - 029

88 17 0
                                    

happy reading friend b!
i hope you enjoy this part :)

Devano, Keenan dan Lusiana mereka sudah semakin masuk ke dalam hutan. Setelah susah payah menuruni bagian tanah yang curam, hujan semakin deras langit pun mulai gelap.

"Haduh gue capek Dev, nih Al mana sih kok gak muncul-muncul!" Ujar Lusiana memecah keheningan di derasnya hujan, sukses membuat Keenan menatapnya dengan tatapan nyalang.

"Lo kalau banyak ngeluh mending tadi gak usah ikutan, nyusahin tahu gak?!" Sentak Keenan namun Devano segera menahan bahu Keenan agar tak semakin menanggapi Lusiana.

"Udahh kalian bisa gak sih gak usah debat sekarang? kita harus gerak cepet sekarang sebelum kita semakin kehilangan jejak Al!"

Mereka pun kembali mencari Amalinda, Keenan dan Devano terus meneriaki nama Amalinda. Berharap mereka bisa mendapat balasan dari Amalinda.

"Al!! KAMU DIMANA??" Teriak Devano yang begitu jelas menunjukkan wajah gelisah nya.

"Al!! GUE DI SINI! Please panggil nama gue lagi, gue janji ga bakal biarin lo sendiri lagi." Keenan benar-benar menyesal karena terlambat menyelamatkan Amalinda saat gadis itu berteriak menyerukan namanya.

Bulan tampak panik karena sudah hampir satu jam teman-teman nya belum kembali, gadis itu melepas tangan Iqbal yang ada di bahunya. Ia berjalan keluar area perkemahan.

"Pacar!! lo mau kemana?? nanti lo bisa sakit kalau hujan-hujanan lagi." Iqbal berlari mengikuti langkah kaki Bulan yang mulai menjauh.

"Loh Bul lo mau kemana? kembali ke tenda ya? nanti lo sakit kalau di sini!" Titah Gavin saat berpapasan dengan Bulan, namun gadis itu tak menghiraukan ucapan Gavin.

Dengan cepat Gavin memeluk pundak Bulan dari belakang, membuat gadis itu meronta-ronta.

"Lepass Vin, jangan tahan gueee! pasti ada yang terjadi sama Dhea, Aini juga Al!! gue takutt kalau mereka--"

Gavin pun memutar tubuh Bulan menghadap ke arahnya, ia memegang kedua bahu Bulan.

"Hey Bul lo dengerin gue ya...di sana kan ada Dev, Keenan dan lainnya gue yakin mereka bisa jaga diri. Percaya sama gue ya?" Ujar Gavin mencoba membuat Bulan tenang, namun sebuah tangan menepis kasar kedua tangan Gavin yang memegang bahu Bulan.

"Apa-apaan lo Vin?? ngapain lo pegang-pegang pacar gue?? lo masih mau ngerebut Bulan dari gue??" Sergah Iqbal membuat Gavin dan Bulan membelalakkan matanya.

Iqbal menarik Bulan agar mendekat dengannya, "Jangan lo pikir kalau lo bisa ngemilikin Bulan!! karena gue gak akan pernah biarin Bulan deket sama orang kayak lo!"

•••

"Ran itu Ainii, ayo ke sana sekarang!!" Ujar Akbar heboh kala melihat tubuh Aini yang tergeletak dengan baju penuh lumpur di dasar jurang yang tak terlalu curam.

Dhea yang sedari tadi tampak gelisah pun ikut melihat apakah itu benar Aini atau bukan.

"Iyaa Bar itu Aini, ayo cepetann kita turunn." Dhea bisa melihat jelas tubuh Aini yang tergeletak di bawah sana tak sadarkan diri.

Sebenarnya ia merasa sangat khawatir, bahkan ia lebih mengkhawatirkan keadaan Aini dari pada keadaan nya sendiri yang kini telah basah kuyub.

Namun ego nya lah yang membuat ia bertingkah seolah ini bukan salahnya, melainkan karena Aini sendiri yang membuat dirinya sampai terjatuh memasuki jurang.

Setelah sampai di dasar jurang, mereka mencoba menyadarkan Aini. Mereka terkejut melihat kepala Aini yang terluka dan mengeluarkan darah.

"Ayo buruan Ran lo gendong Aini, dia terluka parah." Ucap Akbar sambil mengecek nadi di tangan Aini dan lehernya.

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Where stories live. Discover now