AD - 038

113 14 10
                                    

happy reading friend b!
i hope you enjoy this part :)
please vote and comment.


Lusiana pun memperlambat langkahnya, matanya beralih menatap Devano. Lelaki itu tak juga berpindah tempat sedari awal Lusiana melihatnya. Devano terus terpaku menatap ke dalam ruang rawat Amalinda, dari balik kaca besar yang terhubung langsung dengan ruang rawat.

Lusiana memegang pundak Devano sebelah kiri, "Dev... gue nyari in lo di sekolah, gak tau nya lo di sini."

"Iya, Al sakit." Devano beralih menatap Lusiana, "Gue harus jagain dia di sini, gue mau nebus semua kesalahan gue sama Al."

Lusiana menghela napasnya, "Ya ampun Dev, gak perlu segitunya kali. Kan banyak yang jagain Al di sini."

"Hubungan gue sama Al selesai sekarang, dan itu semua karena gue yang harus nurutin kemauan nyokap lo!"

Semua yang sedang menunggu di kursi tunggu itu melihat ke arah Devano dan Lusiana. Keenan menahan Bulan agar tak menghampiri keduanya. Keenan juga ingin tahu apa saja yang membuat Devano harus terus menjaga Lusiana.

"Kok lo jadi bentak gue Dev? yang Mama bilang itu juga buat kebaikan lo!" Balas Lusiana yang ikut membentak Devano.

Flashback On

Devano dengan terpaksa ke rumah Lusiana, ia sebenarnya sudah muak untuk terus berurusan dengan keluarga Lusiana.

"Dev, tante mau bicara sama kamu!" Ucap Karin dengan nada bicara yang dingin.

Di ruang tamu kini Devano berada, di sana juga ada Laurina dan Lusiana.

"Apa benar, kamu mau lepas tanggung jawab kamu buat jagain Lusiana?"

Devano langsung mengarahkan kedua matanya pada Lusiana, gadis itu hanya menunduk. Laurina yang mengetahui itu pun menggebrak meja dengan sedikit keras, hingga Devano terlonjak kaget.

"Ngapain lo liatin Adek gue kayak gitu? nyokap gue lagi ngomong sama lo!" Ujar Laurina dengan nada yang tak biasa.

"Tante... Dev gak bisa kalau harus terus sama Lusi. Dev juga punya kehidupan, Dev punya pacar Tante."

Seketika mata Karin melotot ke arah Devano, ia tidak habis pikir. Ternyata selama ini anaknya hanya di anggap seorang teman? tidak lebih dari itu?

"Jadi selama ini kamu anggap Lusi apa?! TEMAN?!" Suara Karin mulai meninggi, Laurina juga Lusiana tersentak.

Devano meneguk saliva nya susah payah, ia tidak tahu harus berkata apa sekarang. Tatapan mata Karin seakan ingin membunuh Devano, membuat lelaki itu kehabisan kata-kata.

"D-Dev gak pernah bisa mencintai Lusi Tante, ka-karena Dev udah anggep Lusi kayak Adik Dev sendiri."

Lusiana menitikkan air matanya, ia tahu kalau cinta nya bertepuk sebelah tangan. Laurina yang melihat Adiknya menangis pun menatap Devano nyalang.

"Berani lo permainin Adek gue?! lo lupa sama tanggung jawab lo?" Ujar Laurina.

Karin pun mengambil alih apa yang tadinya mau di ucapkan oleh Laurina.

"Kamu lupa Dev? dulu Ayah kamu sama Papa nya Lusi itu rekan kerja!! dan karena kecelakaan mobil itu, Papa nya Lusi meninggal!!"

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Where stories live. Discover now