AD - 036

90 14 0
                                    

happy reading friend b!
i hope you enjoy this part :)
please vote and comment.


Hari semakin larut, Bulan dan Iqbal belum juga ingin pulang. Mereka masih asik bercengkrama, berbagi cerita. Sesekali mereka berfoto ria, mengabadikan setiap momen yang ada.

Mereka berdua tengah berjalan, menyusuri jalan setapak. Senyum keduanya terpancar jelas, entah sejak kapan Iqbal menggandeng tangan Bulan.

"Bal kamu tahu gak apa yang lebih indah dari gemerlapnya bintang di langit?" Ujar Bulan melirik Iqbal yang berjalan di sampingnya, senyum nya jelas terlihat di mata Iqbal.

"Apa emang?"

"Senyumanmu, senyuman yang pernah membuat ku kesal. Namun pada akhirnya, senyuman itu menjadi penyemangat hari-hariku."

Iqbal terkekeh, lantas memberhentikan langkah kakinya. Melangkah mendekat i sang kekasih, membenahi anak rambut yang menutupi keningnya. Bagaimana dengan kondisi jantung Bulan? berdetak lebih cepat tentunya!

Iqbal berkata, "Pinter banget sih pacar aku gombalnya! siapa yang ngajarin?"

Bulan menggenggam jemari Iqbal yang masih setia berada di tepi rambutnya, gadis itu tersenyum penuh arti. Iqbal yang mendapat senyuman dari seorang gadis yang mula nya jutek itu pun tertegun.

"Belajar dari kamu dong, masa iya aku kalah sih?" Jawab Bulan dengan kekehan kecil, namun melihat Iqbal yang masih terdiam membuatnya sedikit bingung.

"Kok diem? ada yang salah ya? atau tadi garing banget ya gombalan aku?" Tanya Bulan polos, Iqbal pun dengan spontan memajukan wajahnya.

Kini wajah mereka berdua hanya berjarak satu senti saja. Bulan mendadak kehabisan oksigen, dengan jarak seperti ini mana bisa ia berpikir jernih. Iqbal juga tak kunjung memberi respon, hingga ia mulai memajukan wajahnya semakin dekat. Namun ternyata Iqbal membalikkan wajahnya menuju samping telinga Bulan.

"Gak nyangka, pacar aku cantik banget kalau senyum." Dengan suara berat dan lirih, Iqbal sukses membuat Bulan merinding sekujur tubuh.

"Kenapa ya gak dari dulu aja aku kenal kamu? bidadari cantik yang turun dari surga." Ucap Iqbal, lelaki itu kini kembali dengan posisi nya semula.

"Bisa aja kamu, jangan buat aku baper! nanti yang tanggung jawab siapa?" Bulan melipat kedua tangannya di depan dada.

Iqbal tersenyum menggoda, "Ya aku lah mau siapa lagi? tanggung jawab apa nih? mau langsung ke KUA?"

Mendengar jawaban Iqbal, membuat mulut Bulan ternganga. Sedetik kemudian, ia tertawa kecil.

"Ihh Iqbal rese'! jauh banget tahu gak kamu mikirnya!!" Pungkas Bulan, memukul lengan Iqbal dengan bogemnya.

"Utututu ngambek nih ya ceritanya?" Iqbal mencubit kedua pipi Bulan yang sedikit chubby.

"Iqbal sakit tahu!! kamu mah KDBP!!" Cetus Bulan, yang membuat Iqbal menautkan alisnya.

"Apaan tuh KDBP?"

Bulan tertawa kencang, "Kekerasan Dalam Berpacaran!! hahhaha."

"Bisa ae nih barbie blasteran bidadari!"
Iqbal mendorong bahu Bulan ke samping sedikit kencang, membuat gadis itu hendak terjatuh.

"Iqball kasar ih, gak suka deh! mana pipi aku sakit tadi kamu cubit nya kekencengan!" Bulan balik mendorong tubuh Iqbal, namun lelaki itu malah mencekal kedua tangan Bulan.

"Cakit ya? mana cini yang cakit, biar Iqbal tiupin." Ucap Iqbal dengan gaya bicara yang lebay, membuat Bulan menahan tawanya.

Lalu lelaki itu mulai mengusap pipi Bulan, hingga ia tak sadar jika wajahnya sudah semakin dekat dengan pipi gadis itu. Bulan memejamkan matanya, ia takut kalau-kalau Iqbal melakukan sesuatu yang di luar perkiraannya.

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Where stories live. Discover now